25. Serpihan kebohongan yang akan menjadi kebenaran.

1.5K 60 3
                                    

"Sampai detik ini kamu masih menjadi alasanku untuk tidak menerima siapapun"
-A. 20

------------------------------------------------

Henry sudah setengah sadar sekarang,secara mereka sudah nunggu sekitar 4 jam lebih. Malah sekarang udah waktunya Henry untuk nonton pertandingan bola,tapi dia mengorbankan waktunya untuk hal sia-sia.

Eit.

Bukan gitu,maksudnya sia-sia menemui Arkan bukan sia-sia menemani Dira. Kalau nemani Dira sampe seharian penuh Henry pun akan secara sukarela menawarkan dirinya terlebih dahulu.

Kini Dira masih stay ditempat duduknya bersama minumannya yang sudah dipesan sekitar 4 sampe 5 gelas,bahkan isi perutnya dipenuhi sama air. Gimana gak gembung coba?

Dira menghela nafasnya berat, "Gue, sebenarnya bodoh atau tolol?" Gumamnya pelan.

Dira mengacak-ngacak rambutnya dengan kasar,kini pun moodnya sangat berantakan. Seharusnya dia tak mengambil keputusan untuk menemui Arkan,lagian ini percis bukan Dira karna rela menunggu lelaki asing demi memuaskan rasa penasarannya.

Dira menepuk paha Henry dengan kuat,bukan kuat saja. Malah kuat sekali.

Henry terkejut,langsung bangun dari tidurnya dan membelokkan kedua matanya sekaligus.

Henry menghela nafasnya kasar, ternyata Dira yang memukul pahanya. Kalau saja bukan Dira yang melakukannya pasti orang itu sudah habis dibogem oleh Henry.

"Sakit tau,Dir" Eluhnya.

Dira tentu saja tak perduli, "Cabut yok. Gila gue relain waktu gue nungguin orang asing disini"

Henry tersenyum hambar, sambil berpikir "Kenapa gak dari tadi,njir"

Dira melangkahkan kakinya keluar kafe itu dengan hentakan penuh kekesalan. Sementara Henry sedang membayar tagihan pesanan mereka tadi.

"Astaga,ini pesanan kami tadi mba? yakin bill nya gak ketuker sama punya orang lain?" Ucap Henry penuh tanda tanya.

"Tidak,mas. Ini pesanan mba-mba yang berambut hitam pekat tadi. Dia udah mesan minum beberapa kali sewaktu mas ketiduran."

Henry tertawa hambar,sambil menatap malu mba-mba pramusaji itu. "Nih,mba" Ucapnya.

"Untung sayang,Dir. Rela deh gue semua harta gue kasih ke elo"

Dira yang kini sedang menunggu diparkiran selalu berdecak sebal menunggu Henry yang tak nampak batang hidungnya itu. Sudah dibuat sebal dengan Arkan kini malah giliaran Henry pula membuat Dira semakin moodnya hancur.

"Mana sih tuh anak. Kalo konci mobilnya sama gue tuh,dan gue tinggal idup-idup dia disini"

"Dira?" Ucap lelaki berperawakan kurus tinggi.

Dira mengerutkan keningnya,sambil berpikir ini siapa lagi?apa pacarnya dimasa lalu juga? kenapa banyak orang asing akhir-akhir ini muncul dihidup Dira.

"Maaf,lo siapa?"

"Gue Gibran,temen Arkan. Lo Dira kan?" Ucapnya sambil tersenyum.

Dira mengangguk mengerti "Ooo" Sautnya.

"Lo kesini mau jumpa Arkan?"

Dira tertawa jengkel,dengar nama Arkan saja membuatnya ingin mencabik-cabik orang yang bernama Arkan itu. "Boro-boro mau jumpa,nampa batang hidungnya aja kagak"

"Kenapa lo gak bikin janji temu sama dia dulu?"

Dira lagi-lagi tertawa padahal yang dikatakan Gibran sama sekali tidak lucu. "Set dah,janji temu? Ngaco parah!"

Cowok galak vs Cewek jutekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang