8 : Imam surgaku

13.2K 2.1K 618
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Kini dia adalah Kahfiku. Imamku, surgaku, dan cinta sehidup sematiku.
~Naura Shafa Azzahra~
@skn.nisa

⚠ Awas baper ️⚠️
Untuk yang tidak sanggup melihat keuwuwan ini. Disarankan membacanya sambil berpegangan pada tiang.

Happy Reading

Rasanya baru kemarin aku menangis di tinggal pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rasanya baru kemarin aku menangis di tinggal pergi. Baru kemarin aku menolak kehadirannya. Baru kemarin dia datang membawa selembar kertas menawarkan diri melakukan taaruf denganku. Dan rasanya baru kemarin dia mengkhitbahku di depan Ummi. Hari ini, tepatnya pagi hari. Dimana jarum jam dinding menunjukkan pukul sembilan, orang-orang berdatangan meramaikan Masjid At-thaubah demi menyaksikan langsung sebuah akad nikah.


Segala jenis pernak-pernik sebagai simbol seserahan di susun begitu rapinya. Lukisan hena di punggung tanganku membuat kesan indah, dress berwarna putih tulang melekat sempurna begitu pas di tubuhku ukurannya. Sebuah bunga melati menjuntai disamping jilbabku, meski terkesan horor ini adalah permintaan Ummi.

Katakan saja aku sedang berada di alam bawah sadar. Tapi sekali lagi, aku sengaja mencubit pipiku sendiri yang rupanya tetap sama, sakit. Ternyata pernikahan aku dan Kahfi terjadi, terjadi dalam kurung waktu dua bulan setelah bertemu di Bandara kala itu.

“Cantik,” Puji seorang wardobe make up selesai melukis wajahku. Aku hanya menimpali ucapannya dengan senyuman tipis.

Aku sendiri sedang berada di ruangan kecil bersama beberapa orang perias. Bisa di katakan ini adalah detik-detik mendebarkan di jemput calon suami. Iya, calon suami! Karena sejak mendengar kedatangan Kahfi setengah jam lalu. Jantungku semakin menggila saja tidak normal lagi, bahkan Ummi dan Najwa tidak ada disini menemaniku memilih ingin melihat Kahfi melafazkan akad.

Ini sama sekali tidak adil! Aku harus menuntut mereka berdua nanti. Jelas-jelas akulah yang seharusnya mereka tunggu disini, bukan Kahfi.

Brak.

Panjang umur, baru di bicarakan Najwa mendadak muncul. “Shafa....dengerin..” Dia berdiri di sampingku, menatapku lewat pantulan cermin “Sebentar lagi akadnya mulai....banyak-banyak istigfar, takut kamu kena serangan jantung.”

Sedari pukul lima pagi pun aku sudah terkena serangan jantung. Mendengar dia datang jantungku berhenti berdetak, lalu memompa darah lagi dengan kecepatan di atas rata-rata.

“Fa...ya ampun....” Najwa berteriak kegirangan saat suara penghulu mengitrupsi Kahfi menjabat tangan.

Sejenak aku mematung. Seluruh persendian tubuhku rasanya lemas, perasaan haru ini menjalar keseluruh tubuh berkumpul di rongga dada. Aku menggenggam tangan Najwa erat, sangat erat.

Kahfi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang