3 : Jawaban Taaruf

15K 1.9K 148
                                    

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ

Jika semua moment penting dalam hidup itu bisa di abadikan lewat kamera saja. Maka aku memilih mengabadikannya lewat hati, agar bisa tersusun rapi. Sebab hati tidak bisa menghilangkan sebuah kenangan begitu saja, terutama menghapuskan.
@skn.nisa

Happy Reading ❤

Tiga minggu sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiga minggu sebelumnya.

Jepang sedang di landa musim gugur. Warna daun akan berwarna hijau dan pada akhir musim gugur akan berwarna merah atau orange, perpaduan warna daun tersebut akan memberikan kesan tersendiri. Awal musim gugur di Jepang masih terasa panas di siang hari dan akan terasa dingin di malam hari. Udara akan semakin dingin di saat saat berakhir nya musim gugur memasuki musim dingin.

Kahfi sedang mengantarkan kedua orang tua beserta adiknya ke bandara yang dua hari lalu datang menghadiri acara wisudanya disana, sementara dia akan tinggal beberapa hari lagi di Jepang dan pulang menyusul nanti setelah menyelesaikan beberapa urusanya.

“Bunda hati-hati ya,” Kahfi mencium punggu tangan Husna——Bundanya. Kemudian bergantian pada sang ayah, Imran “ayah tolong jagain dua bidadarinya Kahfi.” Katanya di akhiri kekehan.

Imran menepuk bahu putranya “Bidadarimu juga bidadarinya ayah, sudah kamu kembali sana. Kita mau masuk dulu.” Titahnya.

“Iya, hati-hati. Sampai di Indonesia langsung hubungi Kahfi nanti.”

“Iya-iya, Assalamualaikum.”

“Waalaikumussalam.”

Kahfi melambaikan tangan menatap punggung keluargnya semakin menjauh dari pandanga. Dia berputar arah, dan menemukan Dion membawakan dua kopi panas, di berikan satu untuknya.

Arigato,” (terima kasih) Ucap Khafi pada Dion.

Dion melirik ke arahnya sekilas “Anata no kangei. Kore wa muryōde wa arimasen.” (Sama-sama, tapi ini tidak gratis.) Balasnya lalu tertawa.

Kahfi ikut tertawa.

Sampai di luar Bandara, mereka berdua menaikan syal terbuat dari rajutnya menutupi mulut. Memasukan satu tangan ke dalam jaket. Karena malam akan segera tiba, udara disana mulai terasa dingin.

Kahfi menghentikan sebuah taksi, membuat Dion spontan membulatkan mata “Tenang, saya yang bayar.” Ucap Kahfi paham arti tatapan Dion.

Transportasi taksi di Jepang memang cukup mahal. Sebagai seorang pelajar mereka berdua biasanya menggunakan transportasi bus atau kereta bawah tanah. Mau tak mau Dion ikut masuk saja bersama Kahfi.

“Rencanya setelah pulang gimana?” Tanya Dion.

Khafi mengangkat bahu tidak tahu “Planning sih banyak, cuma gimana nanti aja lah. Salah satu rencanya sih mau wirausaha, setelah itu mau bangun yayasan, baru fokus sama keahlian.” Meskipun terdaftar lewat jalur beasiswa, orang tua Kahfi adalah seorang dokter. Sedangkan sang kakek seorang pengusaha.

Kahfi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang