17 : Rindu yang usai

10.1K 1.7K 156
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Ada kalanya, sunyi bersuara.
Seperti rindu ini yang tak pernah usai.
@skn.nisa

Happy Reading

Dulu ketika umurku sembilan tahun, Abi pernah mengatakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dulu ketika umurku sembilan tahun, Abi pernah mengatakan. Jika ingin meraih surga, maka raihlah dengan sungguh-sungguh, jangan setengah-setengah. Targetkan, niatkan, lalu amalkan.

Biasanya sedari kecil, setiap pulang sekolah di jemput Abi, dia selalu mengajarkanku berinfaq di depan sebuah masjid ketika melintasinya sebesar seribu rupiah. Kegiatan itu rutinku lakukan, jujur awalanya atas keterpaksaan. Anak seusiaku waktu itu hanya bisa berpikir bagaimana  caranya menghabiskan uang jajan. Bukan memasukannya pada kotak amal. Tapi didikan itu berhasil membuatku tumbuh seperti sekarang. Membiaskan membagikan rejeki sedikit-sedikit pada orang yang membutuhkan.

Dulu, ketika aku pertama kali ingin masuk sekolah dasar. Abi ingin mendaftarkanku ke sekolah madrasah, aku menolak mentah-mentah karena kebanyakan teman-teman di lingkunganku masuk ke sekolah negeri. Akhirnya Abi mengizinkan dengan memberikan syarat bahwa aku harus memakai jilbab. Awalnya sama berat, namun perlahan itu bisa ku lakukan sampai akhirnya menjadi terbiasa.

Abi mengatakan, anak perempuan itu adalah tanggung jawab ayahnya. Selangkah dia keluar rumah tanpa jilbab, selangkah pula dia mendorong orang tuanya ke pintu neraka. Ketika diberitahu itu aku menangis tersedu-sedu mengadu pada Ummi, membayangkan jika saja aku melakukan hal tersebut akan mendorong Abi masuk neraka.

Siang ini, aku melihat bakti sosial sekelompok organisasi mahasiswa sedang membagikan makanan di pinggir jalan. Sudut bibirku tertarik, menyaksikan pemandangan ini. Kepedulian sosial itu penting, saling membantu satu sama lain adalah anugerah terbesar. Karena manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan, tidak bisa hidup sendirian.

Ada beberapa cara dalam memberikan bantuan, ketika kita tidak bisa membantu dengan harta, maka bisa dengan tenaga, jika tidak bisa pula keduanya, maka kita bisa membantu dengan doa. Lampu merah menyala, segerombolan orang mulai melangkahkan kaki menyebrang, begitu pun aku yang kebetulan ingin pergi ke toko kue di samping Mall.

“Selamat datang...,” sambut seorang gadis cantik di toko yang kebetulan berdiri di depan pintu guna menyapa para pengunjung.

Aku tersenyum ramah membalasnya. Lalu menuju etalase kue yang memajang beberapa jenis olahan dengan bahan utama tepung terigu. Tampilan kue red velvet menarik minatku ingin membelinya. Ah! Aku jadi teringat Najwa juga yang kebetulan sangat menyukainya.

Sejak hari Najwa menamparku, Fatih malam-malam datang mengucapkan permintaan maaf. Dan menyampaikan bahwa sementara waktu ini Najwa pergi ke Bandung, menginap di rumah neneknya. Kami berdua memutuskan lost contact sementara waktu. Agar Najwa bisa lebih tenang di sana tanpa memikirkan masalah di Jakarta.

Kahfi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang