بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْ
Jika berduka, jangan berputus asa.
Jika kehilangan, bersikaplah sewajarnya saja.
Sebab hidup bukan tentang kemarin, dan hari ini saja,
Masih ada esok yang harus di hadapi juga.
@skn.nisaHappy Reading ❤
Kisah yang baru ingin di mulai dalam sekejap pudar dalam kedipan mata. Penantian ini sia-sia, harapan ini sirna. Tiba-tiba hati di renggut sunyi, hilang bagai lamunan yang sedang di terka pikiran. Kristal bening yang menetes di wajah kedua orangtua Kak Hanan masih membekas di mataku.
Ya Allah, bukan ini yang aku inginkan.
Sehari setelah kejadian itu, aku benar-benar putus asa. Hilang pijakan di atas tanah, bahkan untuk sekedar bersuara pun susah payah. Ini tidak pernah terbayangkan, aku menanti dia pulang. Kak Hanan berjanji akan datang untuk mengkhibahku, Kak Hanan mengatakan akulah yang akan menjadi tulang rusuknya.
Lalu apa ini Ya Allah?
Kenapa dia pergi di saat dia belum sempat menepati janjinya. Kenapa dia pergi tanpa sempat berpamitan! Kristal bening itu kembali menetes di ekor mataku tak kala mendengar suara sirine mobil ambulance mengantarkan kedatangannya di rumah. Maha adil hidup ini, kedua orangtuanya datang untuk menjemput kepulangan Kak Hanan. Allah memiliki cara lain mengantarkan Kak Hanan kehadapan kami.
Aku memalingkan wajah saat keranda jenazah lewat didepanku begitu saja. Berusaha keras aku bertahan agar tidak menangis, namun meratapi nasib ini sungguh membuat dadaku perih. Tanpa sempat membahagiakan, Kak Hanan justru pulang memberikanku luka sayatan yang sangat dalam.
"Ummi.." Lirihku menumpahkan tangisan di bahu Ummi seraya memeluk tubuhnya.
Ummi mengusap punggungku seraya berkata "Ikhlaskan Hanan, Shafa. Allah tahu yang terbaik. Allah lebih sayang Hanan, karena itu Allah ingin Hanan pulang kesisi-Nya. Jangan menangis lagi, biarkan Hanan pergi dengan tenang sayang..." Ucapnya.
Aku tak kuasa menahan kesedihan ini agar tidak terlihat, bahkan nasihat yang Ummi berikan tidak cukup untuk melupakan pedihnya. Sebab nyatanya aku adalah orang ketiga yang sangat terluka atas kepergiannya setelah kedua orangtuanya.
Sungguh, kematian itu sesuatu yang pasti akan datang. Kita tidak pernah mengira kapan akan terakhir kali bertemu. Allah yang maha mengetahui, Dialah sang pemilik kehendak hidup dan mati. Sering kali aku di ingatkan, bahwa dunia ini tidaklah abadi, tiap-tiap yang bernyawa memiliki batas waktu.
"Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) memajukannya." (QS. Al A'raf: 34).
Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, "Renungkanlah wahai manusia, (sebenarnya) kamu akan dapati dirimu dalam bahaya, karena kematian tidak ada batas waktu yang kita ketahui, terkadang seorang manusia keluar dari rumahnya dan tidak kembali kepadanya (karena mati), terkadang manusia duduk di atas kursi kantornya dan tidak bisa bangun lagi (karena mati), terkadang seorang manusia tidur di atas kasurnya, akan tetapi dia malah dibawa dari kasurnya ke tempat pemandian mayatnya (karena mati). Hal ini merupakan sebuah perkara yang mewajibkan kita untuk menggunakan sebaiknya kesempatan umur, dengan taubat kepada Allah Azza wa Jalla. Dan sudah sepantasnya manusia selalu merasa dirinya bertaubat, kembali, menghadap kepada Allah, sehingga datang ajalnya dan dia dalam sebaik-baiknya keadaan yang diinginkan." (Lihat Majmu' fatawa wa Rasa-il Ibnu Utsaimin, 8/474).
KAMU SEDANG MEMBACA
Kahfi [Selesai]
روحانيات⚠️ Romance - Spiritual ⚠️ Jika masih ada pria di dunia ini yang mampu memuliakan wanitanya, maka tidak ada alasan bagiku menolak kedatangannya. Jika mencintai dan dicintai adalah pilihan. Maka memilihnya adalah takdir yang telah Tuhan tetapkan. 📖...