12 : Hilang Jejak

11.2K 1.7K 172
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Perbanyaklah mengingat Allah karena itu adalah obat. Jangan buat dirimu terlalu banyak mengingat manusia, karena itu adalah penyakit.
-Umar Bin Khatab-
@skn.nisa

~ Happy Reading ~

Lantunan surah Ar-Rahman yang di bacakan Mas Kahfi mengalun merdu memenuhi isi kamar sejak lima belas menit lalu subuh ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lantunan surah Ar-Rahman yang di bacakan Mas Kahfi mengalun merdu memenuhi isi kamar sejak lima belas menit lalu subuh ini. Fa-biayyi alaa’i Rabbi kuma tukadzdzi ban. Tidak perlu di jelaskan lagi berapa banyak nikmat yang Allah berikan untuk hambanya.

Bahkan kalimat berulang Fa-biayyi alaa’i Rabbi kuma tukadzdzi ban tertulis sampai 31 kali dalam surah Ar-Rahman yang terletak di akhir setiap ayat yang menjelaskan nikmat Allah.

Ar-Rahman adalah salah satu dari nama-nama Allah. Sebagian besar dari surah ini menerangkan kepemurahan Allah. kepada hamba-hamba-Nya, yaitu dengan memberikan nikmat-nikmat yang tidak terhingga baik di dunia maupun di akhirat nanti.

Dug.

“Aws...”

Mas Kahfi mengakhiri bacaan yang kebetulan sudah selesai. Dia bergegas menyimpan mushaf Al-Quran lalu menghampiriku yang tersandung ujung nakas kayu.

Mas Kahfi berjongkok di depanku, melihat ibu jari kakiku “Yah...Berdarah dek, kamu jalannya gimana gak liat-liat.” Omelnya, kemudian memerintahku duduk.

Inilah aku, yang selalu hilang kesadaran ketita terpesona dengan sosoknya. Ingin berjalan keluar kamar saja tidak bisa mengalihkan pandangan dari pria bernama Kahfi. Jujur saja, ini juga salah satu nikmat Allah bisa mengaguminya dari dekat. Masya Allah. Mas Kahfi rupanya memiliki kekuatan ajaib bisa membuat aku seperti ini.

Mas Kahfi keluar kamar, tak berselang lama masuk kembali membawa betadine dan handsaplast di tangannya.

“Diam sebentar ya, ini pasti perih.” Ucapnya mewanti-wanti.

“MAS!” Pekikku.

Aku mencengkeram lengannya kuat tak kala obat merah itu di siram pada luka. Ujung kukuku sepertinya ikut patah sampai rasanya begitu perih.

“Sudah aku bilang ini pasti perih, tahan sebentar ya..” Mas Kahfi mulai meniup-niup lukanya, lalu memasangkan handsaplast.

“Jangan Mas,” cegahku.

Melihat Mas Kahfi meniup-niupkan lukanya seperti itu membuatku merasa bersalah, apalagi di bagian kaki. Aku baru saja seperti membuatnya bertekuk lutut. Rasanya tidak sopan dia melakukan itu untuk istrinya.

Kahfi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang