23 : Mendadak Berubah

9K 1.4K 247
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Manusia tidak selamanya bisa hidup di kegelapan. Suatu hari dia pun akan mencari cahaya untuk menemukan jalan terbaik di hidupnya.
@skn.nisa

Untuk kesekian kalinya pria itu mengganti kain berupa kompresan di kening sang istri. Kahfi mengantikan pakainya dengan piyama tidur, sesekali dia juga menggesekkan telapak tangannya Shafa agar lebih hangat. Tubuh wanita itu benar-benar dingin, wajahnya pasi pusat akibat demam tinggi.

Ini adalah kesalahan Kahfi, harusnya dia bisa menahan amarah sehingga tidak perlu merepotkan Shafa basah kuyup kehujanan berujung wanita itu terbaring sakit. Kahfi terlalu marah di hadapkan kembali dengan Nessa! Benar, dia tidak bisa menyalahkan gadis itu sepenuhnya karena pernah meninggalkan Kahfi dulu.

Bedanya Kahfi yang dulu bukan dia yang hidup di masa sekarang. Kahfi yang dulu bukan orang yang biasa menyelesaikan masalah dengan kepala dingin. Orang lain berkata, satu kesalahan besar bisa mengubah semuanya dan terus teringat di banding beribu kebaikan yang pernah di lakukan. Kahfi membuktikan itu benar!

Masalah Altar belum terselesaikan penuh, di tambah kehadiran Nessa. Dua orang itu sangat ingin Kahfi hindari agar rasa bersalahnya hilang. Walaupun dia sendiri sadar, semuanya tidak akan pernah selesai jika dia belum menebus dosanya di masa lalu.

Mungkin yang Shafa lihat selama hidup bersamanya Kahfi adalah imam yang baik, padahal kilas balik dirinya tak lain adalah pria yang tidak bisa mempertanggung jawabkan perbuatannya sendiri.

“Mas...” suara serak sang istri menyadarkan Kahfi dari lamunan. Wanita itu baru tersadar sekarang.

Kahfi meletakan kain di kening Shafa ke tempat semula di atas nakas. “Adek ada yang di rasa sakit? Maaf gara-gara Mas adek jadi pingsan.”

“Bukan salah Mas,” tukasnya.

Shafa berusaha duduk di bantu Kahfi, dia bersandar pada punggung ranjang tempatnya berbaring. Kepalanya masih terasa berat, beberapa hari ini kondisi fisiknya mudah lelah.

Kahfi tertunduk, rasa bersalah menyelimutinya pada Shafa. Dia tak berani sekedar menatap manik mata milik wanita itu. “Dek, masalah yang tadi——”

“Lebih baik di lupakan Mas, posisi kita sama-sama pernah di tinggalkan. Tapi bukan berarti sikap Mas juga harus seperti tadi pada Nessa.” sela Shafa.

“Mas tau, karena itu Mas menyesal.”

Kahfi berpindah tempat duduk, dia meletakan punggung tangannya di kening Shafa memeriksa suhu tubuh wanita itu.

Kahfi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang