11 : Rumah Kakek

13.6K 1.7K 161
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Mengungkapkan rasa jauh lebih baik dari pada memendamnya.
@skn.nisa

Dont forget Al-Quran adalah sebaik-baiknya bacaan.

Happy Reading ❤

Kahfi memasukan koper ungu muda milik Shafa ke bagasi mobilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kahfi memasukan koper ungu muda milik Shafa ke bagasi mobilnya. Dia mendapatkan telepon dari kakeknya yang tiba di jakarta, dan meminta dia datang kesana mengajak Shafa. Kebetulan hari ini Kahfi berencana membawa Shafa pulang ke rumah orang tuanya, jadi kebetulan bisa mampir sebentar disana.

“Udah selesai semua?” Tanya Kahfi takut ada barang milik Shafa tertinggal.

Shafa menggeleng pelan “Udah kayanya Mas.” Ucapnya yakin.

Mereka berdua melemparkan tatapan pada Ummi Salma. Terutama Shafa, berat baginya melangkah meninggalkan sang ibu yang selama ini sudah merawatnya sendirian.

Tampak semburat luka sekaligus bahagia di mata Umminya, luka harus ikhlas melepaskan kepergian putrinya, dan bahagia melihat putrinya sudah menikah dengan sosok pria baik seperti Kahfi.

Shafa melangkahkan kaki lebih dekat, matanya terasa memanas seketika. Dia memeluk Umminya dibarengi setetes air mata meluncur di ekor matanya.

“Shafa pamit ya Ummi, Ummi jaga kesehatan, istirahat yang teratur. Nanti Shafa sering-sering berkunjung ke rumah, Ummi jangan lupakan Shafa....” Tuturnya disela isak tangis.

Ummi Salma mengusap punggung wanita itu lembut “Iya sayang, kamu yang betah ya disana. Ikuti apa perintah suami kamu, Ummi akan selalu mendoakan kamu sayang...”

Mereka berdua melepaskan pelukan. Shafa menghapus jejak air matanya, kemudian mencium punggung tangan Umminya, begitu pun Kahfi.

“Shafa pamit ya Ummi...”

“Iya sayang.” Ummi Salma beralih pada Khafi “Tolong di jaga bidadarinya Ummi,” Pesanya pada sang menantu.

Kahfi tersenyum “Baik Ummi.”

Mereka mengucapkan salam, sebelum akhirnya Kahfi dan Shafa masuk ke dalam mobil, meninggalkan pekarangan rumah. Di mobil pun, Shafa sengaja membuka kacanya penuh, membiarkan angin menampar wajahnya secara halus, membiarkan sisa air mata mengering.

“Adek sedih lagi?” Kahfi bisa hilang fokus menyetir kalau melihat Shafa seperti itu.

“Enggak,” Jawabnya singkat.

Kahfi teringat sesuatu “Dek, coba tolong buka laci itu, nanti di dalam ada kotak kecil kamu ambil.” Titahnya pada sebuah laci dasbor.

Shafa berpaling dari jalanan, dia membuka laci tersebut atas perintah Kahfi. Benar saja, disana Shafa menemukan kotak kecil berwarna hitam. Shafa mengambilnya, di berikan itu pada Kahfi.

Kahfi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang