بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Dia mungkin menerima kehadiranmu, tapi itu dulu. Jauh sebelum kamu melukai hatinya.
@skn.nisaLima belas menit sudah berlalu. Tetapi kegiatan meeting tak kunjung dilaksanakan. Berulang kali orang-orang di dalam ruangan itu melirik gusar arloji pada pergelangan tangan mereka. Tak terkecuali dengan Kahfi yang menengguk minuman di botolnya sampai habis demi menetralisir degup jantungnya yang tak kunjung mereda. Berulang kali pula Kahfi melirik ke arah pintu berharap wanita itu masuk kesana.
Hampir satu tahun lamanya mereka tidak di pertemukan. Kerinduan yang setiap harinya mengebu, hari ini tersampaikan lewat sebuah kebetulan. Seandainya Kahfi tahu sejak lama jika desai keinginannya adalah proyek Shafa. Mungkin Kahfi sudah lama meresmikan itu demi mendapatkan kesempatan bertemu.
Kahfi lelah menunggu kepulangan wanita itu selama ini. Orang-orang terdekatnya menutupi kemana Shafa pergi. Yang bisa Kahfi lakukan setiap hari demi menutupi kerinduannya adalah datang ke rumah Shafa, meski itu hanya dari kejauhan saja bisa dia lakukan. Kahfi tak pernah usai melakukannya, sepulang kerja dia pasti akan mampir di sana.
“Pak Haris, kapan meetingnya bisa di mulai? Pak Kahfi harus mengadakan pertemuan lain juga, kita bisa membatalkan——”
“Tidak akan ada yang dibatalkan.” potong Kahfi menyela ucapan sekretarisnya.
Kahfi menatap satu persatu orangnya “Saya akan tetap mengambil desain ini, apapun yang terjadi. Kalian tidak bisa memutuskannya kecuali saya.” tegas pria berjas abu-abu tua itu.
Haris beranjak dari tempat duduknya bersiap pergi, “Saya minta maaf atas ketidak nyamanan ini. Saya akan mencari karyawan saya, meeting ini akan tetap di lanjutkan.” ujarnya.
Tak berselang lama sebelum Haris sempat pergi. Pintu terbuka lebar, seorang wanita masuk dengan kepala menunduk. Kahfi mengukir senyuman tipis, rasanya dia baru saja melihat pelangi setelah hujan turun.
Shafa menarik salah satu kursi, tepat berhadapan dengan Kahfi. “Kita bisa mulai meetingnya, maaf saya tadi ada urusan mendesak.” ucapnya.
Haris menghela napas lega, layar proyektor mulai di nyalakan. Mereka semua menatap ke depan, kecuali Kahfi. Dia memilih menatap ke depan seseorang yang duduk sejajar dengannya dibandingkan harus menatap layar. Meski begitu, Shafa tidak sadar apa yang di lakukan Kahfi, wanita itu enggan menoleh sedikit pun kearahnya.
“Selanjutnya, Shafa yang akan melanjutkan.” Haris mengakhiri pembukaan.
Shafa beranjak dari kursinya maju ke depan, begitu pun Kahfi mulai mengikuti setiap pergerakan yang di lakukan Shafa. Satu persatu slide demi slide desain di perlihatkan.
“Baik, untuk bagian utama kantor. Kita bisa menentukan mengambil tema dengan dasar lingkungan hijau, maksudnya dari desain yang saya rancang. Kegiatan kantor setiap hari terkadang membuat para karyawan merasa jenuh, degan mengambil latar penghijauan, kita bisa menambahkan kesejukan dengan menyusun beberapa tanaman yang bisa menyerap racun.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Kahfi [Selesai]
Espiritual⚠️ Romance - Spiritual ⚠️ Jika masih ada pria di dunia ini yang mampu memuliakan wanitanya, maka tidak ada alasan bagiku menolak kedatangannya. Jika mencintai dan dicintai adalah pilihan. Maka memilihnya adalah takdir yang telah Tuhan tetapkan. 📖...