13 : Maaf Kahfi

11.4K 1.6K 287
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Kesabaran itu ada dua macam :
Sabar atas sesuatu yang tidak kau ingin dan sabar menahan diri dari sesuatu yang kau ingini.
~Ali bin abi thalib~
@skn.nisa

~ Happy Reading ~


Hampir tiga puluh menit mengelilingi tempat-tempat yang biasa aku dan Najwa kunjungi. Kami belum bisa menemukan keberadaan gadis itu, ayah dan ibunya sudah aku hubungi, dan ternyata Najwa benar tidak ada di rumah. Sampai akhirnya sebuah warung makan sederhana yang menyajikan berbagai olahan seafood membuat kami menemukan keberadaannya disana.

Najwa tipikal wanita yang ketika marah melampiaskan pada makanan. Gadis itu penyuka makanan seafood sedangkan aku sendiri paling tidak bisa memakan olahan laut. Terutama kepiting dan lobster. Akhirnya aku terpaksa harus menghampiri Najwa, meski di mejanya terdapat dua makanan itu yang lama-kelamaan akan membuatku mual.

“Wa..” Panggilku.

Najwa menoleh, dia buru-buru membersihkan sisa makanan di mulutnya dengan tisu. Menatap kedatangan kami satu-persatu, terutama pada Fatih yang kini duduk di hadapannya. Aku sendiri duduk disamping Najwa, dan Mas Kahfi berada di hadapanku, sejajar dengan Fatih.

“M-mau ngapain disini?” Tanyanya seolah sedang protes.

Aku menatapnya sendu. Harusnya Najwa menceritakan masalah ini sejak awal padaku, kami akan mencari jalan keluar bersama-sama. Ku pikir alasan Najwa selama ini cukup yang mengatakan dirinya belum siap menikah, ternyata Ibunya Fatihlah menjadi ancaman terbesar Najwa menerima pinangannya.

“Aku merasa gagal jadi sahabat kamu Wa,” kataku, Najwa menoleh dengan raut wajah tak terbaca “Kamu sembunyikan ini semua dari aku? Ini alasan kamu tolak Fatih, Wa?”

“Aku bisa apa Shafa?” tetes air mata meluncur membasahi pipinya detik itu juga “Aku bisa apa? Aku tau aku salah, justru hanya ini satu-satunya cara buat Fatih jauh dari aku.”

“Najwa..”

Aku memeluk Najwa, dia mulai mengeluarkan isak tangis. Di tempatnya Fatih pun terlihat terpukul atas luka yang dialami Najwa. Bagaimana pun pernikahan bukan hanya menyantukan dua hati saja, melainkan menyatukan dua keluarga juga. Aku paham, aku mengerti bagaimana rasanya ada di posisi Najwa. Ketika menantikan rida orang tua, tetapi tak kunjung mendapatkan, melainkan kedatangan penolakan.

“Kita cari jalan keluarnya sama-sama ya, aku tau kamu terluka. Tapi coba kamu lihat Fatih yang selama ini perjuangin kamu...”

“Hiks..percuma Fa, percuma.”

“Disetiap kesulitan itu pasti ada kemudahan. Jika kalian berjodoh bagaimana pun caranya Allah akan mempersatukan kalian, sekarang kamu hanya perlu ikhtiar mendapatkannya.” Ucapku.

Kahfi [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang