destiny~3 (revisi)

51 11 0
                                    


• • •

• • •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"INGAT, yang kau benci tak pernah bisa menghancurkanmu. Ingat, yang paling bisa menghancurkanmu ialah ia yang kau cintai."





Mei keluar dari ruang operasi iya melepas semua alat yang iya gunakan lalu membuangnya kedalam tempat sampah yang ada di luar ruang operasi.

Mei menghela nafas kasar. "Kalau aja Mpet ngak libur aku pasti tak selelah ini" keluhnya sambil memijat lengannya.

Berjalan menuju ruangannya untuk berganti baju karena waktu sudah menunjukkan jam 11 malam, jika dia mau dia akan tidur di rumah sakit saja tapi setelah dipikir-pikir hari ini mama dan ayahnya akan datang ke Thailand karena dua hari lagi iya akan wisuda jadi iya memilih untuk pulang saja. Mei mengambil tasnya lalu berjalan keluar untuk menuju meja resepsionis.

"Apa tidak ada lagi yang harus aku kerjakan?" Tanya Mei saat sampai di tempat resepsionis.

"Tidak ada dokter"

"Baiklah kalau begitu aku pulang dulu, aku akan datang besok"

Wanita penjaga itu mengangguk "Baik dokter"

Mei tersenyum lalu berjalan keluar menuju parkiran dan sesekali tersenyum kepada orang yang iya lewati.

• • •

Mei menekan jadi jempolnya pada tombol hijau yang ada di apartemennya lalu pintu terbuka iya pun masuk kedalam dan mendapati lampu ruang tengah masih menyalah.

Iya mengedarkan pandangannya dan menemukan dua orang pria kecil sedang asik bermain games di ruang tamu.

Mei merebut ponsel dari dua pria itu. "Sudah tengah malam bermain video game tidak baik untuk kesehatan terutama kesehatan matamu"

Keduanya mendengus kesal lalu berjalan masuk kedalam kamarnya. Mei pun masuk kedalam kamarnya mengganti baju setelah itu tidur di atas kasurnya, saat iya sudah hampir terlelap suara ketukan kembali membangunkannya.

"Kak apa aku bisa tidur di sini?" Tanya pria yang sedikit lebih kecil dari yang satunya.

"Tidak tidurlah dengan chenle"

"Tidak mau kau tau dia sangat berisik, lagi pula kan aku ingin tidur dengan kakak sepupuku yang paling imut yang paling cantik dari semua sepupuku" bujuk Renjun sambil menutup pintu kamar.

"Tentu saja aku yang paling cantik karena di antara kalian berdua cuma aku yang perempuan"

Renjun terkekeh lalu berjalan ke arah kasur dan membaringkan tubuhnya di atas kasur lalu memeluk Mei dari samping.

Red thread of destiny | Dong SichengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang