• • •
"Aku menginginkanmu seutuhnya, selamanya, kamu dan aku, setiap hari."
•
•
•
•
•Suasana pagi hari ini cukup terang bahkan jalan mulai kering karena bekas hujan tadi malam semua warga sudah beraktivitas seperti biasanya bahkan ada beberapa yang masih menikmati hari libur mereka dengan sekedar berkumpul bersama keluarga mereka untuk menikmati secangkir kopi atau teh panas. Begitu pula yang sedang di lakukan oleh empat orang di sebuah unit Apartemen mewah yang ada di ibu kota China itu.
Terlihat mereka sedang menikmati pagi ini dengan bahagia bahkan tak jarang suara tawa seorang gadis yang memenuhi ruangan itu kalah seorang dari mereka membuat sebuah lelucon. Hingga aktivitas yang mereka lakukan harus terhenti kala suara bell bergema di apartemen elite itu.
Tin dong tin dong
Seorang gadis beranjak dari kursinya lalu berjalan menuju pintu bercat putih itu, lalu membukanya. Kala pintu terbuka terlihatlah seorang wanita yang seumuran dirinya sedang berdiri di depan pintu dengan dua koper di bagian sisinya.
Wanita itu tersenyum "nyonya Đông saya kemari untuk menjemput Kevin dan sunwoo" katanya lembut.
"Oohhw nyonya Jung??" Tanya orang yang di panggil nyonya Đông itu dan di tanggapi dengan sebuah anggukan "kalau begitu silahkan masuk saya akan memanggil mereka"
Wanita itu menahan nyonya Đông "tidak usah saya terburu-buru" tolaknya dengan lembut.
"Oohhw baiklah, tapi boleh saya bertanya emang ada apa ya?? Karena yang saya ingat nyonya baru dua Minggu pergi bukanya anda akan pergi selama tiga bulan??"
Wanita itu menghela nafas "nenek saya meninggal dunia dan harus pulang dengan cepat, apalagi saya tidak enak menitipkan mereka terlalu dan menyusahkan nyonya"
"Tidak sama sekali, mereka tidak menyusahkan bahkan saya dan suami saya sangat senang dengan kedatangan mereka, kalau begitu saya akan memanggil mereka dan mengambil barang-barang mereka" jelasnya lalu berlalu masuk kedalam rumah.
Gadi itu membereskan barang-barang yang dimiliki oleh Kevin dan sunwoo dengan sedih, setelah selesai iya lalu berjalan kearah dapur dan mendapati tiga orang pria yang sedang bercengkrama.
"Sayang siapa yang datang?" Tanya pria dewasa yang di duduk di samping kedua anak kecil itu dan sedang memandangi gadis yang sedang sibuk membersihkan bekas makanan yang ada di mulut keduanya.
"Eomma Kevin dan sunwoo" balasnya malas.
"Itu berarti mereka akan pergi dan tak akan bermain di sini lagi, tapi..... Bukanya masih lama ya?? Eomma Kevin dan sunwoo akan kembali dari perjalanan bisnisnya??" Tanya pria itu.
"Nenek mereka meninggal" balasnya malas yang hanya mendapat anggukan dari pria itu lalu iya berdiri dari duduknya dan berjalan kearah kevin dan sunwoo.
"Kalau kalian sudah sampai di Korea jangan lupakan kami papa dan mama menyayangi kalian berdua. Makanlah yang banyak jangan sampai sakit , ok" kata pria itu lalu memeluk dengan erat kedua anak kecil itu.
"Kami ngak lupa kok kan Kevin dan sunwoo sayang mama papa" balas Kevin lalu membalas pelukan yang di berikan pria dan wanita yang mereka panggil papa dan mama itu.
Setelah Adeng sedih itu wanita tadi membawa Kevin dan sunwoo menuju pintu keluar dengan tas kecil yang ada di punggungnya. Lalu menyerahkannya kepada nyonya Jung lalu mereka bertiga pun pergi setelah memberi satu kecupan untuk sang gadis.
Gadi itu memandangi Meraka hingga pintu lift tertutup lalu iya berjalan masuk kedalam apartemen nya tak lupa mengunci pintu dan menghampiri pria yang sedang asik mencuci piring lalu memeluk pria itu dari belakang.
"Winwi aku merindukan mereka" winwin pun berbalik dan membalas pelukan gadis tadi.
"Aku juga merindukannua tapi apa boleh buat mereka harus pergi bersama eomma mereka" balasnya sambil merapikan anak rambut gadis itu, "kan aku sudah bilang lebih baik kita sendiri yang buat mereka ka perlu kita buat yang kembar Lima jadi semakin asik"
"Ya kau selalu saja-"
Tok tok tok
"Aiiss mengganggu saja" gerutuhan winwin lalu melap piring yang sudah iya cuci.
Gadis itu hanya menggeleng kepala lalu berjalan kearah pintu lalu membukanya . Saat pintu terbuka iya melihat dua orang pria tinggi dengan kantong plastik besar yang ada di dua tangan mereka.
"Selamat pagi kak mei!!" Teriak pria yang memiliki suara yang mirip seperti lumba lumba itu.
"Yak!! Zhong chenle kenapa suara mu keras sekali gendang telinga ku akan pecah!!" Maki pria yang memiliki tubuh yang lebih kecil kepada chenle sedangkan wanita yang di panggil Mei itu sudah berjalan terlebih dahulu iya malas menghadapi dua orang gila yang ada di depan sana.
"Kakak aku datang untuk bertemu dengan mu" kata pria kecil itu sambil memeluk Mei dan langsung di balas oleh Mei yang di ikuti oleh chenle.
Sedangkan pria yang berdiri di depan pintu dapur hanya memandang dengan kesal apa yang baru saja yang di lakukan oleh kedua bocah tak tahu diri itu.
"Renjun adikku yang kecil kini semakin kecil saja" kata Mei sambil menepuk punggung pria yang bernama Renjun itu. Sedangkan chenle sudah terbahak-bahak dengan tawa kas lumba-lumbanya itu.
"Chenle adik ku sayang!!! Biar aku tebak ayah baru saja memberi mu black card lagi kan?" Tanya yang langsung di angguki oleh chenle.
"Dari mana kakak tahu?"
"Tentu saja aku tahu, lihat kepala mu semakin besar saja seakan-akan akan meledak" sontak Renjun tertawa hingga membuat perutnya sakit sedang dengan chenle iya hanya berjalan ke arah tembok lalu menghadap masuk ke tembok, itu adalah hal yang sering chenle lakukan kala iya dengan ngambek.
Tapi bukannya mendapat bujukan dari kedua kakaknya Mei dan Renjun sedang asik membongkar semua isi belanjaan mereka lalu memasukkannya kedalam lemari es.
"Aaaaa... Jahat sekali tak ada yang ingin membujukku kalau winwin Hyung ada di sini iya pasti akan membujukku" katanya sambil menghentakkan kakinya hingga iya pun langsung menutup mulutnya karena salah bicara.
Mei hanya terdiam memandangi winwin yang ada di hadapannya bahkan mata mereka bertemu dan dapat Mei lihat raut wajah sendu milik suaminya itu.
"Kak!! Kau tahu aku membeli ini semua dari gaji pertama ku" kata Renjun dengan semangat.
"Oiya kakak-"
"Gaji pertama apanya orang aku yang memberi mu uang" balas Chenle lalu duduk di meja makan.
Renjun pun ikut duduk "hehehe maksud ku gaji pertama karena telah menjadi supir pribadi mu" chenle hanya mendengus sedangkan Renjun membuka sebuah kotak pizza keju kemudian memakannya sama halnya yang dilakukan oleh chenle.
Sedangkan Mei masih asik membereskan barang belanjaan mereka. Dan untuk winwin iya hanya memandangi istrinya yang sedang berberes menurutnya Mei sangat cantik saat iya serius. Setelah selesai iya pun beranjak menuju lantai atas.
"Kakak mau kemana" tanya chenle, dan membuat Mei berbalik melihatnya.
"Aku akan kembali tidur"
"Tapi ini kan masih pagi menjelang siang?" Kali ini Renjun yang menimpali.
"Terserah ku, ini kan rumahku aku bebas melakukan apa pun yang aku mau dan kalian dua bocah tak ada sangkut pautnya" balas Mei ketus lalu berjalan menaiki tangga.
"Kalau nenek lampir yang ada di dalam tubuh kakak keluar dia sangat kejam ya?" Tanya Renjun yang langsung di angguki oleh chenle.
"Yak!! Aku bisa mendengar nya" teriak Mei dari lantai dua, sedang mereka berdua hanya terkekeh sambil kembali mengosib kan keburukan kakak mereka dan sesekali menyuap potongan pizza ke dalam mulutnya. Sungguh hal yang nikmat yang tiada duanya apa lagi melakukannya dengan orang yang lebih banyak.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red thread of destiny | Dong Sicheng
Hayran Kurgu©riskawati12345 Takdir seolah mempermainkan beberapa orang. Tersesat dalam hal yang bernama cinta, lalu di pisahkan dalam sebuah maut. Jika bisa memilih, mungkin dari mereka akan meminta 'mari bertemu dan membuat kisah yang terus bahagia. Hingga di...