Bab 27 (Permainan Anna)

2.8K 208 13
                                    

"Ngapain dia di kelas kita? Dia murid baru di sini? Wah bisa gila gue liat dia."

"Dia temennya Tae kan? Cewek cantik yang waktu itu?"

"Eh Gia, gue pindah ke depan ya." Erin langsung berdiri dan beranjak menuju bangku di samping Tae yang terlihat kosong.

"Erina!! Kenapa kamu pindah tempat duduk?" tanya guru yang berdiri di depan kelas.

"Kayaknya saya mulai rabun pak. Papan tulis gak keliatan dari belakang."

"Ah sudahlah, kamu tetap duduk di sana dan jangan pindah tempat duduk lagi. Oh iya Anna, silahkan kamu duduk bersama Gia."

Tatapan mata Erin terus tertuju pada Anna yang berjalan menuju bangkunya. Sulit dipercaya ternyata dia menjadi murid baru di sana. Wajah Anna memang masih terlihat berumur belasan tahun, tapi gaya berpakaian dan cara bicaranya seperti orang dewasa. Awalnya Erin mengira Anna adalah seorang mahasiswa.

"Kenapa dia di sini?! Gue kesel banget sumpah." bisik Erin sambil memegang pipi kanannya yang masih memerah.

"Masih sakit ya?"

"Diem lu!! Gue lagi kesel. Kenapa temen lu harus sekolah di sini? Gak ada sekolah lain apa?"

"Mungkin dia...."

"Iya tau dia pengen deket-deket sama lu, jadi pindah sekolah ke sini. Udah mau lulus tapi masih aja nerima murid baru, sekolah apaan ini. Gue yakin lulusnya karena duit sogokkan."

"Dia gak perlu lulus sekolah. Gak sekolah pun dia pasti dapet kerja." jawab Tae sambil melihat ke arah papan tulis.

"Kok bisa gitu? Wah gak adil ya. Mentang-mentang dia anak konglomerat kayak lu, bukan berarti bisa ngelakuin apa aja tanpa sekolah. Hampir aja gue iri."

"Erina Agatha!! Kamu mau belajar atau ngobrol? Perhatikan apa yang bapak jelaskan."

Bel istirahat tak terasa telah berbunyi. Murid-murid berhamburan dari kelas menuju kantin.
Erin menarik Gia yang masih membereskan bukunya untuk segera pergi ke kantin. Matanya teralihkan ketika melihat Anna dikerumuni banyak lelaki, yang kemudian  berjalan mendekati Tae. Ia seakan tak suka melihat hal itu. Erin kemudian berjalan ke arah Tae dan menariknya agar berdiri.

"Kita ke kantin yuk." ajak Erin sembari menatap Anna.

"Anna, mau ikut ke kantin juga?"

"Gak usah, dia kayaknya gak laper. Kita aja yang ke kantin." ucap Erin dengan sinisnya.

Tae hanya terdiam melihat Erin dan Anna saling menatap dengan penuh kekesalan.

"Gia, kita ke kantin duluan yuk." ucap Tae seraya menarik Gia keluar dari kelas.

"Eh Tae!! Tungguin gue."

"Lu mau kemana?" ucap Erin menghentikan. " Lu ngapain sekolah di sini? Wah bisa gila gue liat lu setiap hari di sekolah."

"Lu mau tau? Gue sekolah di sini supaya bisa lebih cepet misahin lu sama Tae. Gue kesel nunggunya. Kapan lu cerai sama dia?"

"Jadi lu di sini cuman mau misahin gue? Otak lu ditaro dimana? Lu bener-bener mau ngehancurin hidup gue? Udahlah terserah lu, gue gak mau lagi berurusan sama orang kayak gini. Semuanya ada di tangan Tae. Walau gue pisah sama dia, belum tentu dia mau sama lu. Coba aja lu pisahin gue."

"Baguslah kalau lu nyerah." jawab Anna lalu berjalan pergi.

"Fokus sekolah!! Jangan fokus ngerebut suami orang!"

"Gue gak perlu sekolah." ucap Anna sembari membalikkan badannya dan kembali berjalan pergi.

Umurnya memang masih anak SMA, tapi ia telah lulus kuliah dan menerima gelar profesor. Ya, dialah Anna remaja jenius yang sudah sukses diusia belia. Ketika teman-teman sebayanya masih duduk di bangku SMP, Anna telah menjadi seorang mahasiswa di salah satu universitas di Jepang. Kejeniusannya memang tak diragukan lagi, ia menguasai lebih dari tujuh bahasa dan menjadi dosen dibeberapa universitas.
Itulah yang membuat Anna bisa masuk disekolah manapun yang ia inginkan.

My Idiot Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang