"Gue ngerasa gak harus ngelakuin ini. Mustahil si Tarran bisa pura-pura jadi si Tae apalagi dia kayaknya suka bikin onar. Apa gue gak usah dateng aja. Ah kenapa sih si Tae harus sakit segala. Gak ada hari lain apa?"
"Ngapain lu ngelamun? Pake masang muka melarat segala." ucap Tarran yang sudah berpakaian rapi.
Seketika Erin terkejut dengan penampilan Tarran malam itu. Ia sungguh berbeda. Pakaian formal namun tetap elegan melekat pada tubuhnya, untuk sesaat ia menyangka Tarran adalah suaminya, Tae. Ia berpikir alangkah tampannya jia Tae memakai pakaian seperti itu, mungkin ia tak akan menerima cacian dan hinaan dari orang-orang yang menganggapnya tidak waras."Lu beneran mau pake baju kayak begini? Bukannya mau ke pesta, lu malah keliatan mau narik becak."
"Enak banget lu ngomong, Tarran!! Ini baju gue udah yang paling bagus."
"Pake baju yang Tae beliin kemaren sana."
"Itu baju belum gue bayar ke Tae. Sayang kalau udah di pake."
"Ngapain si Tae beliin lu baju kalau gak di pake? Udah cepet pake baju yang bener. Atau lu mau gue yang pakein bajunya?"
"Ih lu mesum."
"Banyak ngomong lu. Cepetan!!" bentak Tarran sambil mendorong Erin masuk kembali ke kamarnya.
Erin pun muncul dengan gaun yang dibelikan Tae. Gaun yang indah dan cocok untuknya, yang membuat Tarran tertegun sejenak.
"Berangkat sekarang?" Ajak Tarran.
"Jangan aneh-aneh disana. Gue gak mau nama Tae makin rusak gara-gara lu. Lu cukup pura-pura jadi Tae dan gak usah sok kegantengan apalagi nyari cewek bening disana. Lu paham?"
"Iya istriku. Malam ini gue bakal jadi suami yang baik buat lu dan nunjukin kalau suami lu ini gak idiot."
"Sialan. Gak usah berlagak jadi suami gue juga. Gue masih single."
"Halah. Si Tae di deketin si Anna aja lu udah mau kabur, single apaan tuh."
Erin mulai terlihat kesal dan melayangkan tangannya untuk memukul Tarran. Namun Tarran malah menggenggam tangan Erin dan menariknya pergi.
Gemerlap lampu menghiasi rumah Selia yang megah. Iringan musik khas anak muda terdengar sampai keluar rumah yang menandakan tengah diadakannya pesta yang meriah. Erin mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam kerumunan tamu undangan di susul Tarran yang berjalan dibelakangnya.
Pandangan semuanya tertuju pada Tarran yang malam itu terlihat sangat mencolok. Pakaian mahal dan modis dengan wajah tampan dan rambut rapinya membuat semua orang tak henti memperhatikan Tarran."Apa temen-temen lu belum pernah liat cowok cakep? Gitu amat ngeliat gue." bisik Tarran.
"Udah lu diem. Fokus aja pura-pura jadi si Tae." jawab Erin sambil berbisik di telingan Tarran.
Seorang wanita terlihat terjatuh dengan minuman yang tumpah tepat di bajunya. Orang-orang hanya menertawainya tanpa mau membantu. Tarran yang melihat hal itu tiba-tiba berlari dan membantu wanita tersebut yang tak lain adalah Gia. Ia mengeluarkan sapu tangan dari sakunya dan mencoba membersihkan tumpahan minuman yang membasahi baju Gia.
Gia hanya menatap Tarran dan terlihat tersipu dengan sikap manisnya. Entah apa yang Gia pikirkan namun untuk sesaat ia sangat bahagia melihat Tarran yang dianggapnya adalah Tae."Bajunya kotor. Mendingan cepet di basuh sama air bersih, nanti takut nodanya gak bakal ilang apalagi bajunya warna putih kayak gitu." Ucap Tarran sambil membantu Gia untuk berdiri.
" Lu gakpapa Gia? Apa ada yang luka?" tanya Erin.
Gia tak menjawab dan kemudian berlari menjauh."Kayaknya dia malu jatuh di depan banyak orang kayak gini."
"Mending lu susul dia, takut dia ada yang luka atau kenapa-kenapa." sahut Tarran.
"Yaudah lu tunggu di sini. Jangan kemana-mana. Gue bakal ke sini lagi sebelum acara dimulai." ucapnya yang kemudian berlari menyusul Gia.
Tarran menengok kiri dan kanan dan hanya tersenyum ketika orang-orang menatapnya.
Banyak wanita mulai mendekat padanya dan melempar beberapa pertanyaan:•"Ini beneran lu? Tae yang idiot itu?"
•"Kok lu ganteng banget?"
•"Lu udah waras sekarang?"
Dan pertanyaan lain yang membuat Tarran tak nyaman. Ia baru tahu apa yang dirasakan Tae selama ini. Apa Tae tak merasa sakit hati dengan perkataan orang yang menganggapnya sebelah mata? Bahkan hanya memanfaatkannya karena wajah Tae yang tampan. Sungguh perasaan yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata.
Dengan perlahan Tarran merangkul salah satu wanita yang mengerumuninya. Ia mendekat dan berbisik di telingan wanita tersebut.
"Gue gak idiot."
Wanita itu terlihat kaget dengan tingkah laku Tarran. Ia menatap mata Tarran yang tersenyum padanya.
Seseorang tiba-tiba mendekat dan menarik Tarran menjauh dari kerumunan wanita tersebut. Ia kemudian memegang tangan Tarran yang masih terlihat kaget.
"Akhirnya lu dateng juga. Hari ini lu ganteng banget. Apa sifat lu yang idiot itu juga bakal berubah kayak penampilan lu malam ini?" Ucapnya yang tak lain adalah Selia.
"Siapa nih cewek? Songong amat. Pake berani pegang-pegang gue lagi. Apa dia si Selia yang diceritain si Erin?"
"Selia.." panggil Tarran.
"Apa?" jawabnya "Lu barusan manggil nama gue?"
"Emang gue manggil siapa lagi selain lu?"
Selia terkejut dengan ucapan Tarran yang dianggapnya Tae. Ia menganggap mustahil Tae bisa berbicara seperti itu.
"Kok lu bisa ngomong kayak gitu?! Cara bicara lu gak kayak anak kecil lagi. Mustahil orang idiot kayak lu bisa begitu. Lu selama ini pura-pura idiot ya?"
"Emang kata siapa Tae idiot? Gue waras-waras aja kok."
"Berarti gue bener. Cowok ganteng kayak lu mustahil orang idiot." ucapnya sembari mengelus wajah Tarran.
Tarran langsung memegang tangan Selia dan menatap matanya.
"Selamat ulang tahun. Sorry gue gak bawa kado buat lu."
Tarran mendekatkan wajahnya dengan wajah Selia. Selia tiba-tiba menutup matanya. Namun, Tarran membelokkan wajahnya dan berbisik di terlinga Selia."Waktu gue idiot, gue suka banget. Lu wangi dan cantik. Tapi karena sekarang gue udah waras. Jangan pernah ganggu gue dan Erin lagi." bisiknya sambil mengedipkan sebelah mata.
Selia tertegun dan tak percaya. Di hari ulang tahunnya ia dipermalukan seperti itu.
"Apa maksud lu?" teriak Selia yang membuat ia jadi pusat perhatian.
"Berhenti manfaatin muka gue buat keuntungan lu. Lu kira gue beneran idiot? Lu gak liat gue waras kayak gini?"
Kemarahan Selia meradang. Ia amat sangat marah dengan kelakuan Tarran yang membuatnya dipermalukan di depan semua orang. Ia hanya terdiam dan melihat tamu undangan saling berbisik memperhatikan dirinya. Ia kemudian pergi dengan wajah marah dan malu.
"Lanjut aja pestanya. Kayaknya yang punya pesta lagi gak enak badan." Ucap Tarran yang ditujukan untuk seluruh tamu undangan.
"Lah, ini ada apaan." tanya Erin yang baru datang.
"Semuanya udah beres. Yuk pulang." ajaknya yang kemudian menarik Erin pergi.
Tiba-tiba Arkan muncul tepat dihadapan mereka."Apa yang lu lakuin?"
"Ayo Rin, kita harus cepet pulang." ucap Tarran yang tak menghiraukan Arkan.
"Ada apa sama lu Tae? Lu ngehancurin acara ulang tahun orang lain? Lu udah gila?" tanya Arkan.
"Siapa sih lu?"
Arkan terkejut. Mana mungkin Tae tak mengenalnya.
Tarran kemudian bergegas pergi dengan menarik Erin yang terlihat kebingungan.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Idiot Husband [END]
Novela JuvenilTAHAP REVISI [Bahasa no baku] "Mukanya sih cakep kagak ketulungan. Kulit putih, idung mancung, tinggi kek tiang listrik, apalagi bibirnya itu loh, ukhhh merah menggoda. Tapi sayang idiot. Idiot dan bikin gue stres. Begitulah bentukan suami gue. Cowo...