Bab 29 (Hilang)

2.7K 206 12
                                    

"Dari mana kamu? Tadi malam kamu tidur dimana hah?!"

"E..Erin nginep di rumah Gia mah."

"Jangan bohong. Tadi malam mamah telepon Gia, tapi dia bilang gak tau kamu ada dimana. Jangan bilang kamu nginap di rumah laki-laki? Kamu ngapain tadi malam hah!! Dasar anak kurang ajar. Mamah gak pernah mendidik kamu jadi kayak gini."

"Denger dulu penjelasan Erin mah. Erin emang nginep di rumah Arkan karena hujan. Tapi di sana Erin tidur sama adik perempuannya kok. Beneran mah Erin gak bohong."

"Halah alasan. Istri macam apa yang ninggalin suaminya buat tidur di rumah laki-laki lain? Kamu gak pernah mikir gimana perasaan Tae? Kalau kamu begini terus cerai saja sekalian, daripada Tae harus sakit hati. Karena suamimu baik dan penurut kamu jadi seenaknya. Kalau kamu gak suka Tae bilang aja, jangan mainin dia kayak gitu!!"

Ibu Kayla terlihat sangat marah. Belum pernah ia melihat ibunya semarah itu. Ibunya yang selalu menasihati dengan lembut kini berubah. Erin sadar, mungkin kesalahannya sangat besar kali ini. Tak sepantasnya ia tak pulang malam tadi.

"Ibu mertuamu meninggal. Dia sudah dimakamkan tadi pagi. Tapi kamu malah keluyuran. Dasar menantu kurang ajar." ucap ibunya beranjak pergi.

Terkejut. Tentu saja ia merasa terkejut. Bagaimana bisa ia tak mengetahui hal itu? Rasa bersalahnya semakin besar.
Tanpa pikir panjang ia bergegas pergi menuju rumah mertuanya.

Hening, sepi dan dingin. Itulah yang pertama kali dirasakan ketika melangkah masuk ke dalam rumah megah milik mertuanya. Rumah yang sangat luas tapi terlihat tak berpenghuni.
Erin berlari ke sana kemari mencari seseorang yang dapat ia temui. Hingga akhirnya ia melihat Tarran tengah duduk di meja makan sembari memegang gelas berisi air putih. Tatapan matanya terlihat kosong.

"Tarran!"

"Erin?! Lu dari mana aja? Kenapa tadi malem lu gak datang?"

"Maafin gue Tarran. Gue beneran gak tau kalau mamah mertua meninggal. Gue nyesel Tarran. Maafin gue."

"Lu ketemu Arkan kan?"

"Dari mana lu tau? Jangan salah paham. Kalau gue tau bakal kayak gini jadinya, gue gak mungkin ketemu sama dia. Gue emang kurang ajar." ucapnya sambil terus menangis tersendu-sendu.

"Gakpapa, gue ngerti. Gue yakin lu gak mungkin kayak gini tanpa alasan."

"Tae mana?"

"Dia di kamar."

Erin berlari menuju kamar Tae. Perlahan pintu ia buka. Namun kamar terlihat kosong. Ia melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar.

"Ada apa?" tanya Tae yang tiba-tiba muncul di belakangnya.

"Tae?!" teriak Erin kaget. "Lu baik-baik aja kan? Maafin gue. Gue gak tau kalau mamah udah gak ada. Gue minta maaf Tae. Gak seharusnya gue pergi ninggalin lu tadi malem."

"Gakpapa." jawab Tae dengan dingin.

"Lu gak marah? Sekarang tolong anterin gue ke makam mamah. Gue mohon."

"Lu pergi sama Tarran aja."
Tae berjalan menuju kasur dan duduk diatasnya.

"Gue mau dianterin sama lu. Gue mohon, kali ini aja. Gue gak bakal ngelakuin kesalahan yang sama. Maafin gue."

"Keluar sekarang. Gue bilang keluar!!!"

Erin terkejut mendengar Tae membentaknya. Belum pernah ia melihatnya seperti itu. Apa Tae sangat marah?

"Tae..."
Dengan perasaan sedih dan sakit hati Erin berlari keluar kamar. Air matanya terus jatuh. Rasa bersalahnya semakin besar ketika melihat Tae seperti membencinya.

....

Dua hari telah berlalu. Kini Erin dan Tae tinggal di tempat yang berbeda. Erin tinggal bersama ibunya dan Tae bersama Tarran.
Jarak sangat terasa ketika Tae berubah menjadi dingin. Sikapnya sangat berbeda. Tae yang sering tersenyum dan ceria kini menjadi pendiam dengan tatapan mata yang dingin.

Tanpa putus asa Erin terus mencoba mendekati Tae dan menghiburnya. Tapi itu semua sia-sia. Tae sangat acuh padanya. Bahkan pada siapa pun ia bersikap sama.

"Tae! Lu mau ikut ke kantin atau mau nitip sesuatu? Gue, Gia, sama Anna mau ke kantin."

"Gak usah, makasih." jawabnya sambil terus menulis dibukunya.

"Beneran? Eh, kita main dulu yuk pas pulang sekolah." ucap Gia antusias.

Tae tak menjawab. Ia pun berdiri dan beranjak pergi.

"Minggir." kata Tae ketika Anna berdiri menghalangi jalannya.

Rasanya aneh melihat Tae bersikap seperti itu. Apa sesuatu terjadi ketika ibunya meninggal? Semua itu menghantui pikiran mereka.

"Gue takut Tae kayak dulu lagi."

"Emang dulu kenapa?" Gia bertanya.

"Udah tiga kali dia nyoba bunuh diri, dan sebelum dia ngelakuin itu ya kayak sekarang, sikapnya tiba-tiba berubah jadi dingin. Gue yakin bakal ada sesuatu yang terjadi setelah ini. Erin, lu jangan biarin dia sendiri. Lu kan satu rumah sama Tae, lu harus awasin dia mulai sekarang."

"Masalahnya gue udah gak serumah sama Tae. Dia gak mau ketemu gue. Bahkan liat gue aja dia gak mau."

"Oh iya gue lupa, lu kan mau cerai sama dia." ucap Anna sembari memutar bola matanya.

"Di situasi kayak gini lu masih ngomongin yang begituan? Wah gila ya lu."

"Dah ah, gue mau pergi. Lanjutin aja berantemnya." Gia berjalan menuju keluar kelas.

Hari tak terasa terus berganti. Namun sikap Tae tak berubah. Hingga akhirnya ia tak terihat lagi. Tae menghilang. Tarran dan Erin terus mencari keberadaannya. Tak bisa dipercaya Tae menghilang begitu saja. Apa yang sebenarnya terjadi?

__________________________________________________

Jangan biarakan ia berubah karena ulahmu. Karena ia akan menghilang tanpa kamu sadari.

My Idiot Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang