Bab 9 (Arkan? Awan? atau Tae?)

4.4K 351 15
                                    

"Tae, lu pulang sendiri aja. Gue mau mampir ke rumah emak gue dulu."

"Mau Tae anter?"

"Gak usah. Gue mau dianter si Awan aja. Lu cepet pulang, jangan banyak tanya."

Tae terdiam dan melihat Erin yang mulai menjauh bersama Awan.
Ia kemudian duduk di atas motornya. Bunyi handphone berdering tiba-tiba terdengar.

"もしもし , タエ ! まだ私を覚えていますか ?  それは私です、アンナ."
[moshi moshi, Tae! Mada watashi o oboete imasu ka? Sore wa watashidesu, An'na]
(Hallo , Tae ! Apa kamu masih ingat aku? Ini aku, Anna.)

"アンナ?!"
(Anna?!)

...

"Jadi, lu mau cerai secepatnya sama si Tae?"

"Iyalah. Gue cuman perlu bertahan sebulan sama dia. Setelah itu gue bisa pisah dan jalanin hidup gue."

"Nikah apaan sebulan."

"Bego lu nyampe urat sarap. Mana ada yang mau sama idiot kayak dia. Udah ah lu banyak ngomong, ayo cepetan kita ke warnet."

"Lah, katanya mau kerumah emak lu? Kenapa jadi ke warnet?"

"Itu cuman alesan gue. Ayo kita pergi sekarang."

Erin pun menarik Awan dan tiba-tiba Arkan  muncul dihadapan mereka.

"Arkan? Ngapain lu di sini?"

"Gue ngikutin kalian." jawab Arkan seraya merangkul Awan yang berada di hadapannya.

"Yuk, gue ikut ke warnet."

Erin dan Awan hanya terdiam dan saling menatap. Apa yang dilakukan Arkan? Hari ini ia tak terlihat seperti dirinya.

"Aw, gue gak jadi ke warnet." Erin tiba-tiba berbalik arah dan berjalan berlawanan dengan mereka.

"Lu mau kemana?" Tanya Awan yang mengejarnya.

"Gue mau pulang."

"Biar gue anter. Awan, lu pulang aja." Sahut Arkan yang langsung menarik Erin pergi.

"Tunggu!! Biar gue yang nganter dia. Lu mendingan yang pulang." Awan kemudian melepaskan tangan Arkan yang memegang tangan Erin. Suasana mulai tak tenang. Entah apa yang mereka pikirkan.

"Situasi apaan ini? Dikira ini sinetron indonesia. Gue tiba-tiba berasa direbutin cowok keren. Apa gue secantik itu? Apa mereka yang matanya katarak? Sahabat gue Awan yang lembut dan manis sama musuh gue yang cool dan keren lagi ngerebutin gue. Pengen pingsan rasanya. Tapi kayaknya bakal ada peperangan."

"Lu berdua ngapain sih? Kayak anak kecil begitu. Gue bisa pulang sendiri. Mending lu berdua yang pulang."

"GAK BISA." ucap Arkan dan Awan.

"Dih, lu berdua stres ya."

"Lu gak bisa pulang sendiri. Biar gue yang anter."

"Arkan!! Erin biar gue aja yang anter. Lu pasti banyak tugaskan? Mending lu pulang duluan."

"Diem!! Lu berdua pulang sekarang! Gue mau pulang bareng Tae aja."

"Tapi..."

Erin langsung mengeluarkan handphonenya dan terlihat menelepon seseorang.

"Tae!! Jemput gue sekarang di jalan deket sekolah."

"Udah sana pergi. Ngapain lu berdua masih disini?" Sambungnya.

Arkan dan Awan terdiam kemudian mulai berjalan pergi dan menjauh.

"Akhirnya pergi juga. Padahal gue gak punya nomer teleponnya si Tae. Eh, kenapa gue gak punya nomer dia ya? Harusnya gue minta nomernya. Terus gue pulang gimana?"

Tiba-tiba sebuah motor berhenti dihadapannya, ya itulah Tae. Ia membuka helmnya dan tesenyum, seakan-akan ia bisa membaca pikiran Erin.

"Ta..tae? Ngapain lu di sini?"

"Tae pikir Erin gak jadi kerumah mamah mertua. Makanya Tae mau jemput."

Seketika Erin diam. Ia kemudian naik ke atas motor dan memegang baju Tae agar tidak terjatuh. Hari itu ia merasa Tae selalu ada untuknya. Untuk kali pertama Tae berguna sebagai suami.

Matahari sudah terbenam dan langit menjadi gelap. Rumah yang begitu besar terasa sangat sepi. Ibu Tae tak pernah menampakkan dirinya, ia selalu mengurung diri di dalam kamar. Ayah Tae jarang sekali ada di rumah. Hanya Tarran, Tae dan dirinya yang selalu terlihat. Para asisten rumah tangga tak terlihat di malam hari karena pekerjaan mereka telah usai ketika malam. Terasa sepi dan dingin. Kehangatan yang biasa Erin rasakan kini tak pernah ia dapatkan setelah menikah.
Apa seperti ini kehidupan Tae? Kesepian?

"Apa ibu mertua gak pernah keluar kamar?"

"Dia jarang keluar kamar. Kalau lu mau liat dia samperin aja ke kamarnya." Jawab Tarran.

"Mau lihat mamah? Ayo Tae anter."

Erin dan Tae pun berjalan menuju kamar ibunya. Ya, ibu Viana yang selalu mengurung diri. Erin tak pernah tau kenapa ibu Tae seperti itu. Tapi untuk pertama kalinya ia harus menyapa ibu mertuanya walau ia tak ingin.

Pintu mulai terbuka. Terlihat seorang wanita paruh baya sedang duduk di atas kasur sembari melihat album foto.

"Ma...mah. Ada yang mau bertemu mamah." ucap Tae.

Wanita itu pun melihat ke arah mereka. Sungguh cantik, benar- benar wanita yang cantik. Pantas saja Tae dan Tarran memiliki wajah yang luar biasa, itu karena ayah dan ibunya yang cantik dan tampan. Tapi ibu Tae terlihat sedikit tak terawat. Rambut nya tak rapi dan memakai baju seadanya. Pemandangan yang tak lazim ditemui di rumah seperti istana, sang ratu yang tak terawat. Sebenarnya apa yang terjadi?

"Tae. Tae mau ketemu mamah ya? Ini siapa? Wanita yang kamu nikahi itu?" ucapnya seraya tersenyum.

Erin mendekat dan mencium tangan ibu mertuanya. Ternyata ibu mertuanya sangat baik dan hangat. Ia selalu tersenyum dan mengelus-ngelus rambut Erin.
Hingga tiba-tiba Tae menarik Erin menjauh dari ibunya. Erin terkejut, apa yang dilakukan Tae?
Ibunya hanya melihat Tae dan kembali tersenyum.

" Tae, mamah punya sesuatu untuk kamu. Mendekatlah." Ucap ibunya.

Tae pun mendekat. Ibunya terlihat mengambil sesuatu dari lemari.

"Ini baju baru buat Tae."
Ibunya memperlihatkan sebuah baju bergambar tokoh superhero anak-anak.

"Bajunya baguskan?" ucapnya sembari melihat baju yang dikenakan Tae. Tae saat itu menggunakan kaos putih polos dengan celana panjang dari bahan katun. Seketika ibunya berubah. Ia terlihat marah dan langsung menjambak rambut Tae. Ia seperti tak suka dengan apa yang Tae kenakan. Bukan hanya itu, tapi ibunya seperti membenci Tae.

Erin benar-benar takut ketika Tae disakiti ibunya. Erin mencoba menghentikan ibu mertuanya. Namun dia berbalik arah menyerang Erin. Tae langsung memeluk Erin yang hendak di pukul ibunya. Ia kemudian menariknya keluar kamar. Pintu langsung ia tutup dan dikunci. Masih terdengar suara ibunya yang berteriak-teriak.
Tae terlihat gemetar dan lemas. Matanya berbinar dengan air mata menggantung.
Ia terdiam dan menyandar dipintu kamar ibunya.

Erin hanya bisa melihat suaminya seperti itu. Ia bingung apa yang harus dilakukan.
Tarran terlihat panik dan berlari ke arahnya.

" Tae!!" teriak Tarran dan langsung memeluk Tae yang terlihat ketakutan. Tae mencoba menahan air matanya namun itu sangat sulit, hingga akhirnya ia menangis dipelukan adiknya.

Sesuatu yang baru ia sadari. Tae ternyata tertekan dengan sikap ibunya. Ia ketakutan. Kekurangan Tae yang memiliki kelainan seperti anak kecil ternyata terjadi karena hal itu. Erin menyadari, bahwa syndrome Peterpan yang Tae alami bukan bawaan dari lahir melainkan karena ibunya.

"すでにお話しました。お母さんがまたあなたを傷つけないようにしてください。"
"(Sudah aku bilang. Jangan biarkan ibu menyakitimu lagi.) " ucap Tarran yang terlihat khawatir kepada kakaknya.

Erin hanya diam dan tak mengerti apa yang mereka bicarakan.

My Idiot Husband [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang