"Tae! Apa lu bisa liat gue? Luka lu masih sakit? Tunggu sebentar gue panggil dokter dulu."
Begitulah reaksi Erin ketika Tae mulai membuka matanya. Ia masih terlihat sangat lemas. Wajahnya yang pucat dengan penuh luka dan perban di sekujur tubuh.Dokter tergesa-gesa memasuki ruangan Tae dan segera memeriksanya. Kesadarannya belum pulih seperti semula. Ia berusaha melihat Erin yang berdiri jauh dengan pandangannya yang masih kabur.
"Dia sudah sadar, kita bisa memindahkannya dari ruang ICU."
Ia mencoba bergerak, perlahan tangannya ia angkat seakan-akan ingin menggapai Erin. Tapi, Erin hanya berdiri diam. Ia tak menghampiri Tae. Dokter yang berada di samping Tae berjalan menuju Erin dan menariknya mendekat.
Namun, tiba-tiba Tae berteriak kesakitan. Ia memegang kepalanya dan menjambak rambutnya sendiri seolah-olah ada rasa yang amat sakit di kepalanya.
Erin gemetar ketakutan. Apa yang terjadi pada Tae? Ia pun diminta keluar ruangan. Sangat ingin rasanya berada di dalam sana untuk menemani Tae.Sementara itu Tarran memasuki rumah dengan tergesa-gesa. Ia berlari dan mencari sesuatu, hingga akhirnya ia mengambil stick golf ayahnya.
"何を探しているの? (Kamu sedang mencari apa?)" tanya Tuan Takumi menuruni tangga.
"Wah gak bisa di percaya. Istri dan anaknya hampir sekarat dia malah enak-enakan nyantai di rumah." gerutu Tarran sambil melirik ayahnya dengan sebelah mata.
"Ada apa denganmu Tarran?"
"Aku mau papah mencabut semua tuntutan Tae. Dia gak salah. Tarran yang udah nusuk mamah!!" teriak Tarran yang membuat ayahnya terdiam sejenak.
"Apa? Jangan asal bicara kamu! Tae sudah mengaku kalau dia yang menusuk ibumu."
"Papah percaya? Wah, benar-benar orang tua bangka yang bodoh. Aku tau papah masang CCTV kan di kamar mamah? Itu bisa dijadiin bukti supaya Tarran bisa dipenjara. Tarran bakal nyerahin diri kepolisi dan ngelaporin papah karena udah nyiksa Tae!"
"Jangan bodoh Tarran!! Tae sudah mengaku dan menanggung semua perbuatanmu. Jadi diam saja."
"Gila ya? Kenapa kita berdua harus dilahirin dikeluarga seperti gini? Cabut semua tuntutan atau Tarran yang nyerahin diri!! Bisa gak papah bersikap adil sekali aja? Tae jadi kayak gitu karena siapa hah? Karena kalian berdua!"
"Ibumu jadi gila memang ulah siapa? Itu karena saudara kembarmu yang tak tahu diri, berani sekali dia membunuh saudaranya sendiri. Kalau aku tak ingat dia anakku, sudah aku buang dari dulu. Dia memang pantas dianggap orang gila. Pembunuh seperti dia tak boleh hidup tenang."
Kemarahan Tarran meradang. Masa lalu yang diungkit kembali membuat Tarran tak bisa menahan emosinya. Ia tak terima saudaranya dianggap sebagai pembunuh. Rahasia yang sejak dulu ia sembunyikan berimbas pada kehidupannya saat ini.
"Jaga mulutmu tua bangka!!" teriak Tarran seraya melayangkan stick golf yang dipegangnya. Namun, ia tak berani memukul ayahnya. Amarahnya tertahan.
"Aku cuma ingin papah mencabut semua tuntutan. Atau aku akan menjadi penerus real estatemu dan menghancurkannya." ucap Tarran dan bergegas pergi.
Suatu ancaman yang mungkin akan berhasil. Tuan Takumi seorang pengusaha real estate terkenal dan sangat tergila-gila dengan usahanya. Tarran sudah ditunjuk sebagai boneka penerus bagi perusahaannya. Anak lelaki yang sangat ayahnya bangga-banggakan kini menjadi seorang pembangkang karena Tae.
...
"Tarran? Lu dari mana aja? Lu abis main golf atau tawuran? Sticknya berdarah gitu."
"Ini stick golf yang dipake buat mukulin Tae kemarin, iya kan?" tanya Tarran. "Ini benda yang selalu dipake papah buat nyiksa Tae. Gue harus buang benda laknat ini."
"Lu dari rumah? Lu gakpapa? Lu gak dipukulin juga kan?" tanya Erin khawatir.
"Gue ini anak emasnya. Mana mungkin gue dipukulin."
"Syukurlah. Tadi Tae udah siuman tapi dia tiba-tiba teriak kesakitan sambil megang kepalanya. Gue takut banget dia kenapa-kenapa. Tapi dokter udah nanganin dia. Apa Tae punya penyakit? Apa jangan-jangan dia punya penyakit ka..kanker otak?"
"Jangan ngaco. Dia gak punya penyakit kayak begitu. Itu karena traumanya. Lu tau self-injury? Gangguan kejiwaan karena trauma psikologis. Dia bakal nyakitin diri sendiri setiap emosi atau lagi tertekan. Bahkan Tae lebih parah dari itu, dia bakal nyoba bunuh diri setiap kali traumanya kambuh. " jawab Tarran.
Erin tercengang mendengar hal itu. Apa Tae punya trauma psikologis separah itu? Kehidupan Tae yang tak pernah Erin ketahui perlahan mulai terkuak. Sakit rasanya mendengar orang yang paling dekat dengan kita mengalami hal seberat itu.
"Selain syndrome peterpan dia juga punya trauma yang membuat dia jadi self injury. Gue gak tau mau bilang apa."
"Syndrome peterpan cuman akal-akalan gue buat nutupin rahasia keluarga. Tae normal Rin. Dia bukan orang idiot kayak yang lu liat sekarang."
"Maksud lu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Idiot Husband [END]
Подростковая литератураTAHAP REVISI [Bahasa no baku] "Mukanya sih cakep kagak ketulungan. Kulit putih, idung mancung, tinggi kek tiang listrik, apalagi bibirnya itu loh, ukhhh merah menggoda. Tapi sayang idiot. Idiot dan bikin gue stres. Begitulah bentukan suami gue. Cowo...