02 | Penyelamat

4.9K 503 7
                                    

Vote comentt hehe.
.
.
.
.
.

Bulan menghentikan jemarinya yang sedang mengetik, ia menatap orlan dan delvin yang sedang melakukan pertemuan dengan orang tua kelsa. Mengapa mereka yang mengurus? SMA venus milik ayahnya bulan, tidak ada mengetahuinya kecuali kedua sahabatnya tersebut.

Ia diberi kepercayaan untuk menindak siswa yang sering membully ataupun yang suka merundung siswa lain, bulan beranjak dari kursinya ia duduk tepar didepan orang tua kelsa. Bulan meletakkan sebuah amplop berwarna putih diatas meja.

"Surat peringatan pertama, masih memilik 2 kesempatan." Ucap bulan dengan datar.

Ayah kelas mengambil surat tersebut lalu memasukkannya kedalam saku jas nya. "Masalah apa yang anak saya buat?"

Bulan menautkan kedua tangannya didepan. "Perundungan dan pembullyan."

Ayah kelsa tampak menghela nafasnya. "Baiklah, saya permisi." Ucapnya kemudian berjalan keluar dari ruangan mereka.

Bulan kembali kebangkunya ia melanjutkan kegiatan mengetiknya. "Do, naskah novel gue udah lo kirim?"

"Udah tadi malam."

"Lo kenapa pakai nama samaran sih lan?" Tanya delvin sembari memperhatikan bulan yang masih mengetikka dimejanya.

"Suka-suka gue."

Delvin berdecak kesal. "Dih, ditanya juga."

"Gue gak cari ketenaran, gue cuman nuangin ide-ide gue kedalam sebuah karya." Jelasnya.

"Penulis jenius gini nih."

Bulan berdeham singkat. "Keliling lo sana. Jangan ganggu konsentrasi gue."

Delvin dan orlan mengumpat pelan, bisa-bisanya bulan mengusir mereka. "Untung sahabat gue." Ucap orlan sembari menarik lengan delvin keluar dari ruangan.

Bulan menatap pintu ruangannya yang perlahan tertutup, ia kembali fokus pada laptopnya hari ini semua kelas sedang free karna para guru sedang mengadakan rapat tahunan. Bulan memijit pangkal hidungnya sejenak mencoba mencari ide untuk bab novel barunya.

Ia mengerutkan keningnya tatkala mendengar suara bentakan dari luar sana, ia menajamkan pendengaranya memastikan.

"Cupu aja belaguk!"

"Aku cupu emang kenapa!?"

"Lo berani sama gue!?"

"Gara-gara lo gue dapat surat peringatan!"

"Itu salah kakak sendiri!"

Brak!

Bulan segera berlari keluar dari ruangannya ketika mendengar suara benturan yang sangat kencang itu, ia mencari sumber suara.

Bulan membulatkan matanya, ia menatap kelsa dengan kedua temannya yang sedang menyiram seorang siswi dengan air bekas pel-an ditambah dengan telur yang kereka lempsrkan ketubuh siswi tersebut.

Bulan menggeram kesal, ia menghampiri mereka tangan kelsa yang ingin menampar terhenti ketika bulan menahannya.

"Masih belum puas dengan peringatan pertama?" Ucap bulan dingin dengan penuh penekanan.

Bulan menatap siswi yang dibully oleh kelsa, ia menghempaskan tangan kelsa lalu berjongkok. "Mentari?"

Dia mentari siswi yang dibully kelsa, mentari menahan tangisnya ia tersenyum paksa. "Aku gakpapa."

Kelsa mengumpat pelan, bagaimana ia bisa ketahuan sungguh sial! Bulan berdiri kembali ia menatap wajah kelsa dengan tajam. "Lo besok cari sekolah baru, jangan masuk kesekolah ini lagi!" Ucap bulan pada kelsa dan kedua temannya.

Bulan & Mentari [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang