Vote comment readers:) Happy Reading
.
.
.
.
.Mentari mengusap keringat yang mengalir dikeningnya, ia memijat sejenak bahunya yang terasa pegal sedari tadi pengunjung caffe tiada hentinya masuk kedalam caffe mengharuskan mentari untuk siap siaga. Mungkin karna hari ini hari minggu.
Mentari karyawati baru disini, ia sengaja meninggalkan pekerjaan lamanya karna waktu yang tidak efisien untuk ukuran anak sekolah seperti dirinya. Dan disini ia caffe dengan nuansa klaksik modern berlantai 2 yang sangat terkenal dikalangan remaja, mahasiswa dan juga orang dewasa. Waktu kerjanya pun tidak sampai larut malam, anak sekolah seperti dirinya hanya akan ada dicaffe sampai jam 9 malam.
Mentari tersenyum hangat sesaat menaruh pesanan mereka keatas meja, "Silahkan."
Ia kembali kedapur caffe, menunggu pesanan yang lain untuk diantarkan. Ia tersenyum tatkala melihat arysa dam irsya sedang beradu mulut, memang kembaran yang tak pernah akur.
"Arsya! Muka gue kena sabun!" Irsya berteriak geram saat arsya sengaja menyolek busa sabun dan mengenai irsya.
Arsya tertawa, "Bodo amat! Biar tambah cantik ir,"
"Kurang ajar! Kembaran laknat gue aduin ayah baru tau rasa lo!"
"Tukang ngadu!"
Mentari hanya terkekeh kecil, kembaran ini tidak pernah akur ada saja yang didebatkan. Ia bersyukur bisa diterima disini, ia mendapat teman walaupun hanya irsya dan arsya yang dekat dengannya.
"Mentari! Jangan temenin arsya," Mentari menunjukkan jari jempolnya.
"Dih, malah kerja sama. Nih anterin kelantai atas, meja 29." Arsya menyodorkan sebuah nampan makanan dengan isi paket lengkap pada mentari.
Mentari mengambilnya, "Tumben ada yang diatas,"
Arsya menghendikkan bahunya. "Orang special."
"Special?" Beo mentari heran.
"Jangan banyak protes udah sana anterin!" Sahut arsya lagi lalu meninggalkannya untuk melakukan pekerjaannya yang lain.
Mentari mengangguk, ia membawa nampan tersebut keluar dari dapur lalau menaiki tangga menuju lantai atas. Ia mengedarkan pandangannya mencari meja nomer 29 yang tergantung tepat diatas meja, ia melangkahkan kakinya menuju meja yang berada tepat dipojok dekat pagar pembatas.
"Pesanannya kak," Ucap mentari sembari meletakkan makanan dan minumannya diatas meja tersebut.
"Beneran mentari?"
Mentari mendongakkan kepalanya, menatap pelanggan yang menyebeut dirinya. Ia tersenyum kikuk, ternyata bulan dan kedua temannya.
"Silahkan." Ujar mentari lagi kemudian berbalik hendak meninggakan meja mereka.
"Mentari!"
Mentari berhenti ia membalikkan tubuhnya dengan canggung. "Ada yang mau dipesan lagi?"
"Gak ada sih, ngobrol bentar lah disini bareng kita." Ucap orlan dengan senyumnya.
"Jangan buru-buru, sesekali kek lo ngobrol. Disekolah kan lo sendiri mulu," Tukas delvin sambil memakan kentang gorengnya.
Mentari menggaruk tengkuknya canggung, "Lain kali ya kak, aku masih ada jam kerja." Tolak mentari halus.
"Duduk. Masalah kerja gampang." Kini bulan juga ikut menimpali.
"Tapikan--"
"Udah duduk, tenang aja. Percaya kata bulan." Orlan meyakinkan mentari.
Mentari mengangguk kemudian ia iku bergabung dengam mereka ia duduk disofa yang dekat dengan bulan, ya karna itu satu-satunya yang tersisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan & Mentari [ Terbit ]
Teen FictionFollow dulu sebelum baca ! Cover by Amaris_selene Mentari Febiola Khaelsi, gadis lugu kelewat polos yang selalu dibully dan jadi korban perundungan teman sekelasnya bahkan kakak kelasnya juga tidak jarang mengerjainya. Hari-hari sekolah ia selalu di...