15 | Aletha vs Sinta

2.9K 353 7
                                    

Vote comment !
.
.
.
.
.
.

Bulan menatap langit luar dari jendela kamarnya, membiarkan Orlan dan Delvin yang sedang penasaran dengan pelaku yang meletakkan coklat dimotor Orlan. Bulan menghela nafasnya sejenak lalu bergabung dengan Orlan dan Delvin.

"Anjir lah! Kok lo bisa dapet coklat?" Ujar Delvin sambil membuka coklat didepannya.

Orlan menghendikkan bahunya, coklat yang ia dapat semakin hari semakin bertambah yang awalnya satu sekarang sudah tujuh. "Gue penasaran sama orangnya."

"Gue juga Do! Gak nyangka lo punya secret admirer!"  Sahut Delvin.

Bulan berdeham kecil, ia ikut mengambil satu coklat membuka bungkusnya lalu memakannya dengan lahap. Ya, dia sangat menyukai coklat. "Coba tanya satpam yang jaga parkir, mungkin tau." Ujar Bulan.

"Bener juga, kenapa gue gak kepikiran," Ujar Orlan.

"Ya lo, mikirin siapa pelakunya mulu!" Sahut Delvin sambil menoyor kepala Orlan.

"Jangan ditoyor juga kepala gue!" Balas Orlan dengan kesal.

"Besok kita pantau  parkiran gimana?" Saran Delvin.

"Hmm, boleh juga tuh saran lo." Ujar Orlan sambil mengusap dagunya.

"Gue ngikut," Ujar Bulan sembari mengambil 2 batang coklat milik Orlan lalu menaruh coklat tersebut kedalam kulkas kecil yang ada sudut ruang kamarnya.

"Do, makasih coklatnya."

Orlan menatap coklatnya yang sengaja ia letakkan dilantai, matanya membulat sempurna terkejut. "Anjir! Coklat gue sisa 1, kurang ajar!"

■ ■ ■ ■ ■

Bulan berjalan mondar-mandur didepan siswa-siswi yang terjaring razia atribut sekolah didepannya. Ia menghembuskan nafasnya sejenak melihat betapa banyaknya mereka yang tidak memakai atribut sekolah, benar-benar tidak disiplin.

Bulan memperhatikan para anggota MPK yang sedang mencatat satu-persatu nama mereka dan juga kesalahan mereka. Ini sudah hampir 2 jam tapi belum juga selesai, apa sebanyak itu? Memang sebanyak itu! Bahkan lapangan saat ini didominasi oleh mereka.

"Apa kalian terbiasa begini?" Ujar Bulan membuat mereka hening seketika.

Bulan berdecak pelan. "Tidak disiplin! Kalian tidak membaca aturan sampai berbuat seenaknya seperti ini hah?!" Teriaknnya dengan kesal. Mereka semua hening tidak ada yang berani berbicara ataupun mendongakkan kepala menatap Bulan.

"Tanamkan sikap disiplin kalian dari sekarang! Atau kalian akan menyesal!" Bulan memanggil salah satu petugas MPK. "Hukuman terserah kalian, gue pergi." Ucapnya sembari melangkahkan kaki meninggalkan lapangan.

Bulan menyusuri koridor sekolah dengan emosi yang masih tidak stabil, tidak menyangka sekolah elite milik ayahnya didominasi oleh siswa tak tahu aturan dan suka bertindak semaunya. Ia bersumpah akan menindak para berandalan sekolah.

Bulan menyandarkan tubuh pada pagar pembatas didepan kelasnya menarik nafasnya sejenak lalu membalik tubuhnya menatap para kerumunan siswa-siswinyang terkena razia tadi sedang membersihkan sekolah. Hari ini, ia memang sengaja mengadakan razia agar ia tahu siapa yang benar-benar disiplin dan tidak.

Bulan & Mentari [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang