Readersku vote dulu sebelum baca !
Jangan siders ya, vote dan comment kalian sangat berarti buatku :)
.
.
.
.
.
.
.Mentari menutup buku fisikanya, ia meregangkan otot-otot tubuhnya merasa pegal. Ia memandang sekelilingnya seperti biasa dapur caffe selalu ramai dengan suara yang saling sahut menyahut seperti mengucapakan pesanan, suara piring yang berdenting dipencucian dan suara gesekan antar spatula dan wajan masak.
"Udah selesai Ri?" Irsya yang sedang lewat bertanya ketika Mentari sudah memasukkan bukunya kedalam tas.
Mentari mendongakkan kepalanya seraya mengangguk, ia memang meminta waktu untuk istirahat sejenak karna haru menuntaskan tugasnya. "Udah, ada yang diantar kemeja pelanggan?"
Irsya menunjuka nampan yang tersusun rapi diatas meja dengan berbagai macam makan dan minum pesanan pelanggan. "Minta tolong ya hehe, nomer mejanya tertera disitu kok,"
Mentari mengangguk paham, ia beranjak dari duduknya mengambil satu nampan untuk membawanya tidak mungkinkan sekaligus dua.Mentari berjalan menuju meja bernomer 27 yang berada diluar caffe, pemilik caffe baru saja menambahkan meja untuk diluar dengan untuk para remaja ataupun mahasiswa yang sering mengerjakan tugas ataupun nongkrong.
"Kak Bulan?" Gumamnya saat matanya tak sengaja melihat Bulan yang berada diujung sana.
Mentari melanjutkan langkahnya kembali, mencari nomer meja yang ia tuju. Ternyata meja yang ditempati Bulan, kenapa kebetulan sekali?
"Pesanannya kak," Ujar Mentari sembari meletakkan sebuah nasi goreng hati dengan ice coffe diatas meja Bulan.
Bulan berdeham singkat tanpa menoleh pada Mentari, ia terfokus pada ponselnya mengirim pesan pada Orlan dan Delvin yang teramat lama untuk sampai kesini.
Mentari tersenyum singkat sebelum membalik badan untuk kembali masuk kedalam caffe, tangannya dicekal tepat didepan pintu caffe membuatnya terkejut lantas menoleh.
"Bikin kaget!" Ketusnya sesaat setelah mengetahui pelakunya, yang tak lain adalah Bulan.
Bulan melepas cekalannya, menatap wajah Mentari yang terlihay tirus dan lingkar hitam dibawah mata. "Ikut gue," Ujarnya singkat.
"Gak bisa, aku masih kerja!" Tolak Mentari seraya mendorong pintu caffe dan masuk kedalam.
Bulan ikut masuk kedalam caffe, ia berhenti sejenak dibagian kasir dimana Arsya yang sedang berjaga disitu. "Ar, Mentari pulang cepet hari ini. Bilang aja kalau dia perlu istirahat yang cukup." Ucapnya pada Arsya.
"Siap bos!" Arsya memanggil karyawan yang lain untuk menggantikannya sebentar, sedangkan Bulan berjalan keluar dari caffe menuju mobilnya yang terparkir diparkiran caffe.
Rencana nongki dengan Orlan dan Delvin gagal karena mereka mempunyai kesibukan lain, ia merasa kesal karna mereka baru saja memberitahu. Dari pada gabut, ia memilih mengajak Mentari jalan-jalan hari ini.
Entahlah, kenapa ia begitu peduli pada Mentari. Awalnya hanya rasa kasihan tapi semakin kesini ia makin penasaran dan mempunyai perasaan. Lebih baik dipendam dulu sampai perasaannya memang benar adanya.
"Mentari!" Panggilnya saat Mentari lewat dihadapannya dengan wajah begitu lelah.
Mentari menolehkan kepalanya, mengertukan keningnya sejenak lalu menghampiri Bulan yang bersanda disamping mobil. "Ada apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bulan & Mentari [ Terbit ]
Подростковая литератураFollow dulu sebelum baca ! Cover by Amaris_selene Mentari Febiola Khaelsi, gadis lugu kelewat polos yang selalu dibully dan jadi korban perundungan teman sekelasnya bahkan kakak kelasnya juga tidak jarang mengerjainya. Hari-hari sekolah ia selalu di...