04 | Tidak tenang

3.6K 435 10
                                    

Jangan lupa vote coment:)
.
.
.
.

Mentari meringis saat kapas yang sudah diberi alkohol itu mengenai luka dikeningnya, bulan berdecak pelan baru kali ini ia menemui manusia seperti mentari dibully tapi tidak berbuat apa-apa.

Bulan meletakkan kapasnya, ia beralih mengambil obat merah dengan penutup luka.

"Kak, sakit." Cicit mentari pelan dengan mata terpejam.

Bulan hanya berdeham, ia menempelkan penutup luka berwarna biru langit itu dengan perlahan. "Selesai!"

Mentari memegang keningnya, lalu tersenyum kikuk pada bulan yang menatap datar padanya. "M-makasih kak,"

"Hmm."

Hening beberapa saat, canggung. Mentari melirik takut pada bulan, ini ketiga kalinya bulan menyelamatkannya dari pembullyan. Ia memikirkan nasib teman sekelasnya yang harus diskors, bagaimana dengannya? Sendiri dikelas?

Mentari beranjak dari bankar uks, bulan mengernyit. "Emm, aku keluar dulu."

Bulan menahan lengan mentari membuat sang empu meringis kembali. Ah sial! Bulan memegang luka yang berada dilengannya. Bulan menarik lengan seragam mentari keatas, bulan semakin membelalakan matanya mendapati sebuah luka gores yang cukup dalam.

"Lo kenapa?"

Mentari menarik lengannya, ia menggeleng pelan. "Gakpapa, aku duluan!" Mentari berlari kecil meninggalkan bulan yang dilanda tanda tanya besar dikepalanya.

Bulan semakin penasaran dengan mentari, Bulan sadar! Jangan urus orang lain, pikirin lo sendiri aja. Nyatanya itu tidak dapat membuatnya tenang, ia berjalan keluar dari uks. Mencari keberadaan mentari.

"Woy lan! Mau kemana?" Orlan menghentikan langkah kaki bulan ia menoleh menatap orlan yang membawa kotak.

"Cari mentari." Ujar bulan singkat.

"Pdkt lo?"

Bulan berdecak, "Gak!" Bulan melangkahkan kembali kakinya meninggalkan orlan yang bingung.

🍭

Bulan bersedekap didepan kelas mentari, matanya terus mengikuti pergerakan mentari yang duduk dipojok sana. Sedangkan teman-temannya semakin menjadi menjahili mentari, dirasa tidak kapok dengan hukuman yang diberikan pak alif.

Mentari hanya diam, rasanya sangat kesal mendengsr temannya yang selalu menghinanya tanpa tau perasaan mentari seperti apa. Ia menulikan pendengarannya dengan memasang earphone ditelinganya mendengarkan lagi kesukaannya.

Brak!

Mentari tersentak kaget saat devan sipentolan kelas datang menggebrak mejanya diikuti antek-anteknya yang berada dibelakang devan.

Mentari menatap datar, ia sudah biasa diperlakukan seperti ini. Ia mengalihkan pandangannya keluar jendela tidak menghiraukan devan dengan antek-anteknya yang menatap nyalang padanya.

Devan menarik kerah bajunya dengan kasar, mentari terkejut bukan main. Ia berjinjit karna devan mencekik dirinya.

"Lo pembawa sial!" Devan berucap dengan tatapan membunuh.

"Semua masalah alasannya karna lo!"

"Lo itu cuman beban disekolah ini!"

Devan berdecih, ia menyeringai. Teman sekelasnya yang lain asik memotret fan memvideo kejadian ini. "Lo dalang dibalik semua masalah yang muncul! Harusnya lo yang dihukum bukan kita."

Bulan & Mentari [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang