08 | Teman Baru

3.2K 417 42
                                    

Vote comment gaes:)

Happy Reading♡
.
.
.
.
.


Mentari menatap langit pagi dari jendela kelasnya, ia menghirup dalam udara pagi hari ini. Seperti biasa, paginya diawali dengan kejahilan Devan yang masih menaruh dendam padanya.

Mentari memungut semua kertas yabg dilemparkan Devan padanya, dengan helaan nafas panjang ia beranjak dari bangkunya hendak membuang sampah keluar. Namun, kaki panjang Devan mengait betisnya membuatnya tersengukur dilantai.

"Mampus! Rasain haha," Ejek Devan sebelum meninggalkan kelas.

Mentari menatap sinis Devan, ia benar-benar merasa terhina sekarang. Ia jua memiliki batas kesabaran, ia berdiri membersihkan roknya yang kotor. Bukannya kelùar dari kelas untuk membuang sampah, Mentari menuju meja Devan memasukkan semua kertas yang ia ambil tadi kedalam kolong meja Devan.

Persetan dengan balasannya nanti. Mentari kembali duduk pada tempatnya, bel sudah berbunyi seluruh penghuni kelas masuk dan duduk ditempatnya masing-masing.

Mentari bersikap acuh saat Devan mengumpat melihat mejanya penuh dengan kertas.

"Selamat pagi!" Suara bariton milik pak Anton seraya masuk kedalam membuat mereka duduk dengan rapi didtenpatnya.

"Pagi pak!" Jawab mereka serempak.

Pak Anton guru yang paling sangar dan susah diajak bercanda ini memilili tingkat kedispilanan tinggi beliau selalu membawa rotan pendek yang digunakannya untuk memukul siswa berandal.

"Pagi ini kita--"

"Pak jamkos kapan sih?" Potong Alwin membuat seluruh penghuni kelas menatapnya sinis.

Lain halnya dengan mentari, ia hanya diam dan mengamati pak Anton.

Pak Anton menatap Alwin datar, "Tidak ada jamkos dikamus saya,"

"Kalo dikamus bapakkan gak ada jamkos, tapi dikamus saya ada jamkos pak." Ucap Alwin lagi.

"Kamu mau jamkos win?" Tanya pak Anton dengan nada datarnya.

Alwin mengangguk semangat, "Pasti dong pak!"

"Keluar dari kelas saya sekarang!" Teiak pak Anton.

Alwin menyengir dengan jari membentuk huruf 'V' ia menggaruk tengkuknya, "Bercanda pak,"

Pak Anton tak menanggapi, ia kembali pada topik awal yang ingin dibicarakan. "Kita kedatangan murid--"

"Cowo atau cewe pak?" Potong Alwin lagi, pak Anton mengelus dada sabar muridnya yang satu ini paling bisa membuatnya naik darah.

"Saya belum selesai bicara win," Ujar pak Anton datar.

"Heheh, lanjut pak."

"Masuk nak!" Titah pak Anton dengan sedikit keras.

Seorang gadis dengan rambut sebahu itu masuk dengan senyum manis dibibirnya, baju yang sedikit kebesaran dengan rok dibawah lutut dan juga riasan tipis membuat mereka menatap gadis tersebut remeh. Tapi lain dengan Mentari ia terlihat senang, sekian lama ia duduk sendiri akhirnya ada yang akan menemaninya.

"Perkenalkan dirimu," Ujar pak Anton.

Gadis tersebut mengangguk kecil, ia menarik nafasnya lalu menatap mereka semua. "Nama saya Aletha Putri, pindahan dari Banjarmasin. Semoga bisa berteman baik." Ucapnya diakhiri dengan senyum tipis.

"Temenan sama lo? Tampang cupu cocoknya sama Mentari tuh," Celetuk Sinta debgan tatapan sinisnya.

Pak Anton melayangkan tatapan dingin pada Sinta, "Kontrol ucapanmu!" Geram pak Anton.

Bulan & Mentari [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang