03 | Bully Again

3.9K 479 10
                                    

Vote dong gaess:(
.
.
.
.

Mentari mengusap keringatnya yang mengalir dipelipisnya, ia menatap arloji tangannya sudah hampir tengah malam. Ia segera menyelesaikan pekerjaannya, mentari meletakkan kain lapnya diatas meja dapur kemudian mengganti bajunya.

Ia menenteng totebagnya keluar dari caffe seraya melambaikan tangannya pada teman kerjanya yang masih didalam sana. Mentari melakukan pergerakan kecil sejenak untuk menghilangkan rasa lelah yang menyerang.

Mentari terdiam sejenak ketika sudah berada dihalte, ia menoleh kekanan dan kekiri sama seperti biasa sepi. Ia segera mengeluarkan ponselnya memesan ojek online. Cukup sulit untuk menemukan ojek online dijam selarut ini. Tak lama setelah memesan, ojol yang dipesan mentari sampai dengan segera mentari naik kejok belakang sepeda motor siojol sembari memakai helmnya.

Untuk sampai kerumah mentari cukup memakan banyak waktu hingga akhirnya si ojol memberhentikan motornya tepat didepan ruamh mentari. Mentari mengeluarkan selembar uang berwarna hijau kemudian menyodorkan pada si ojol.

"Makasih mas." Ucap mentari sembari tersenyum.

Mentari menatap rumahnya sejenak, kemudian masuk kedalam dengan perlahan. Ia segera masuk kedalam kamarnya sebelum ayahnya memergokinya pulang sangat larut seperti ini.

Mentari membuka kamarnya, ia terkejut mendapato sang ayah yang sudah berada didalam kamarnya dengan tangan memegang sebuah rotan. Mentari meneguk ludahnya, selamat tinggal tidur nyenyak malam ini, batinnya.

"Dari mana?" Tanya sang ayah sembari berdiri.

Mentari menundukkan kepalanya, tidak mungkin ia mengatakan sehabis bekerja. "Kerja kelompok yah."

"Selarut ini!?"

Mentari memejamkam matanya mendengar suara tinggi sang ayah. "M-maaf,"

"Hadap belakang!"

Mentari meneteskan air matanya, ia berusaha menahan suara tangisnya. Malam ini tidurnya tidak akan nyenyak.


🍭



Mentari berlari menyusuri jalanan, sesekali ia melirik arloji ditangannya karena persoalan tadi malam ia sampai bangun kesiangan.

Mentari menarik nafasnya sejenak, pagar sekolah sudah ditutup bagaimana caranya ia masuk? Mentari melompat-lompat didepan pagar berharap ada satpam yang melihatnya.

"Kok gak ada satpam."

Mentari tergelonjak kaget ketika bulan dan orlan tiba-tiba muncul dibalik pagar, ia menetralkan mimik wajahnya. "Kak bisa bukain?"

"Kenapa bisa telat?" Tanya bulan dengan wajah datarnya.

"Telat bangun."

Bulan tidak menanggapi alasan mentari, ia membukakan pagarnya. "Cepet masuk!" Titah bulan.

Mentari tersenyum simpul, dengan cepat ia masuk. "Makasih kak! Hukumannya nanti aja!" Ujar mentari sembari berlari meninggalakan bulan dan orlan yang masih didepan pagar.

Bulan menatap mentari tak percaya bisa-bisanya ia kabur, "Mentari! Berhenti disitu!" Teriaknya memebuat genna menghentikan larinya.

Mentari membalik badannya menghadap bulan dan orlan yang sedang berjalan kearahnya. "Lo gak bisa kabur."

"T-tapi--"

Bulan menarik lengan mentari membawa ketengah lapang yang sudah sepi karena bel sudah berbunyi. Mentari meringis pelan karena bulan memegang lukanya dibalik seragam lengan panjangnya.

Bulan & Mentari [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang