16

64 8 1
                                    

THE BRIGHTEST LION|16

***


Ini sudah pekan ke empat Rey terbaring diatas brankar rumah sakit, tanpa ada niatan membuka matanya. Tubuh gagah yang selalu melindungi Bella kini banyak kabel yang melekat disana untuk menunjang kehidupannya. Wajahnya yang terpahat sempurna bak dewa kini harus terdapat perban dan luka disana. Selang infus dan Pulse Oximeter kini terpasang di kedua tangan yang biasanya menggenggam dan memainkan jemari Bella.

Bunda dan Ayah datang-pun Rey tidak berniat membuka matanya. Sudah banyak Bunda mengeluarkan air mata meratapi malangnya nasib putra semata wayangnya yang terpasang banyak kabel hanya untuk menunjang hidupnya.

Bella tidak pernah absen mengunjungi Rey, Ia selalu menceritakan apapun yang di lakukannya kepada Rey. Seolah tidak bosan Bella membisikan,

"Rey cepet bangun. Semua kangen Kamu."

Pagi ini Bella sudah ada di ruangan dimana Rey berada, Ia datang sendiri karena adiknya harus merawat kakinya yang kemarin jatuh dari tangga. Patah tulang yang dideritanya belum sembuh total sekarang ditambah jatuh dari tangga, bahkan kini Lean harus berjalan dengan tongkat walau Lean masih kadang bandel tidak ingin memakai tongkat. Katanya harus dibiasakan jangan dimanja.

Bella duduk di kursi besi menatap tangan Rey yang Ia genggam,

"Hai Rey." Sapa Bella dengan manisnya.

"Aku hari ini dateng sendirian loh." Bella mulai bercerita.

"Lean kepleset di tangga terus akhirnya jatuh," Bella menerawang seolah mengingat Lean terjatuh kemarin, "Kamu tau posisi Lean jatuh mengenaskan banget." Bella terkekeh kecil.

"Padahal udah aku bilang biar aku aja yang ambil hadiah Ku sendiri di bawah eh Lean keukeh dia yang mau ngambil. Gak taunya Lean kepleset ada air ditangga. Daddy ngamuk dong ke semua maid karena singa kecilnya harus jalan pake tongkat cuma gara-gara air di tangga. Untung Mommy bisa nenangin Daddy, kalo gak bisa di pecat kali semua maid dirumah." Cerita Bella panjang.

Bella terdiam lalu menghela nafas memaksakan senyumnya,

"Kemarin ulang tahun aku yang ke-17 loh. Kamu inget kan. Aku seneng karena dikasih surprise sama temen-temen sama keluarga." Bella tersenyum senang namun hanya sedetik setelah akhirnya wajah cantiknya menampilkan ekspresi yang sangat nanar, "Tapi aku sedih, karena sweetseventeen aku gak ada kamu."

"Kamu cepet bangun dong, gak kangen Bunda apa? Gak kangen Ayah? Gak kangen sama temen-temen? Gak kangen sama aku?" Suara Bella mulai bergetar.

"Aku di sekolah digangguin mulu sama Dio sama gengnya," adu Bella cemberut.

"Aku pengen denger suara kamu nyanyiin aku lagi lho." Tanpa terasa Bella mengeluarkan air matanya lagi.

Merakasan air matanya menetes, dengan cepat Bella menghapus dan menerbitkan senyum manis dari bibirnya walaupun sulit.

Bella merebahkan kepalanya di pinggiran brankar, membimbing pelan tangan Rey tanga terpasang jarum infus untuk memegang pipinya. Bella mencoba tersenyum ketika tangan dingin Rey menyentuh kulit pipinya walaupun sebenarnya Ia sangat ingin sekali menangis sekarang.

Sementara Lean sekarang Ia sedang terduduk malas di ranjang king size miliknya matanya menatap iba pada kaki kanannya.

Cukup lama bergelut  dengan kesendiriannya, suara pintu terbuka membuat Lean mengalihkan pandangannya.

Ken berjalan santai dengan jas hitam melekat pad di tubuhnya. Ia berjongkok menyamakan posisinya dengan Lean.

"Masih sakit?" Lean menggeleng.

THE BRIGHTEST LION [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang