3. Dihukum, dong.

397 44 24
                                    

"Eh? Nggak, Bu ini barusan ada cicak lewat. Kan katanya membunuh cicak dapat pahala, kebetulan cicaknya jalan ke arah Theo, jadi saya ngintip di mana cicaknya mau saya bunuh," ucap Rafi mengelak. Alasan yang terdengar tidak dapat diterima oleh otak normal itu membuat bu Istu menggeleng pelan.

Kenapa dia harus memiliki siswa semacam Rafi? Sebenarnya dosa apa yang sudah dia perbuat?

"Alasanmu sangat bagus, Rafi. Hanya orang idiot yang percaya pada alasan aneh kamu. Ke luar kelas dan hormat ke tiang bendera!" seru bu Istu. Rafi membelalak mendengar hukuman yang paling dia benci. Kenapa tidak ada hukuman membersihkan UKS, tidur di UKS, atau mengisi kekosongan kasur UKS, Rafi akan merasa terhormat jika mendapatkan hal itu.

"Kok hormat di lapangan, sih, Bu?" komentar Rafi.

"Memang ini hukuman yang cocok untuk kamu."

"Padahal saya maunya hukuman membersihkan UKS," sahut Rafi lagi. Bu Istu semakin geram dibuatnya. Andai Rafi anak kambing, sudah dipastikan dia menjadi sate atau gulai sekarang. Tapi, Rafi anak manusia, anak sultan pula. Siapa yang berani mengganggu keturunan Aldebaran? Nothing.

"Cepat, jangan buang waktu! Jam istirahat nanti kamu harus ke ruang guru, untuk ujian susulan," putus bu. Istu bulat.

"Ujian di ruang guru? Serasa remidi gue. Apa gue minta Refi aja, ya, gantiin gue?" ucap Rafi sambil merapikan alat tulisnya, lalu berdiri.

"Jangan macam-macam! Ibu tahu yang mana Rafi dan yang mana Refi," ucap bu Istu.

"Iya, Bu, iya. Padahal gue mau tidur," ucap Rafi pelan. Dia melangkah pergi ke luar kelas untuk melaksanakan hukuman, walau hanya beberapa menit mungkin.

Rafi hormat ke tiang bendera, dengan pak satpam yang diperintahkan bu Istu untuk mengawasi Rafi.

"Nyebelin, gue gak bisa kabur. Apa gue pura-pura pingsan aja, ya? Biar bisa rebahan di UKS tanpa ada tuntutan," ucap Rafi bermonolog sambil tersenyum jahil.

"Tunggu lima belas menit lagi, deh. Kalau sekarang ketahuan boongnya," ucap Rafi saat melihat jam tangannya yang menunjukkan, bahwa dia baru 5 menit berdiri di sana.

Terlihat satpam yang menjaga tengah memainkan ponselnya sambil menari-nari juga lipsing mengikuti sebuah lagu.

"Satpam aja main tik tok," gumam Rafi memutar bola matanya jengah. Dia langsung menurunkan tangannya, membuat satpam yang tengah memainkan aplikasi tiktok itu berdiri.

"Hey, hormat!" serunya. Rafi tak menghiraukan, lalu merobohkan dirinya ke atas lantai lapangan. Dia salah menjatuhkan diri, membuat punggungnya terasa sedikit nyeri. Dia harus pergi ke tukang pijat nanti.

Pak Dadang yang merupakan satpam itu langsung kaget saat tubuh Rafi ambruk menerjang lantai lapangan. Pak Dadang merasakan nyeri di punggungnya saat melihat hal itu. Rasanya sedikit sakit, tapi ....

"Bu Istu. Itu, Rafinya pingsan," ucap pak Dadang pada bu Istu. Dia memilih untuk menghampiri bu Istu ke kelas.

"Biarkan saja. Rafi itu bukan laki-laki selemah itu, dia hanya pura-pura. Jadi, Bapak juga berpura-pura tidak tahu saja," ucap bu Istu. Pak Dadang mengangguk, dia langsung kembali ke tepi lapangan, dan duduk di kursi yang tadi dia bawa.

"Saya kira beneran, mengganggu saya lagi main tik tok aja. Saya kan mau terkenal seperti artis tik tok lainnya," ucapnya. Pak Dadang langsung melanjutkan kembali membuat video tik tok yang sempat terhenti tadi dengan lagu yang berbeda.

"Eh buset, gila. Gue ditinggal tidur di lapangan gini? Gak mau diangkat ke UKS? Wah, bener-bener tuh bu Istu. Satpam alay itu lagi, bener-bener dah tuh. Gak mungkin gue bangun sekarang, nanti makin ketahuan kalau gue cuma pura-pura. Tapi, kalau gue gini terus kayak orang berjemur. Gila aja, ini bukan Bali," ucap Rafi dalam hati.

Clinomania Syndrome [ COMPLETED✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang