23. Cewek Sinting

95 12 17
                                    

Gak tahu. Otakku mumet dan lagi ga mood. Semoga aja nge-feel dan kalian suka. By the way di bagian yang Jeje sama Liya berantem di bab mana pun ga aku jabarin secara jelas. Karena, nanti itu ada di ceritaku yang judulnya Foreign Accent Syndrome. Di sini akan fokus ke kisah Rafi aja. Sementara di Foreign, akan fokus ke kisah Refi. Untuk kisah Retha, ada di Doorway effect Syndrome.

Happy reading 🌻🌻🌻

Best regards: Dafa Henderson.

_________________________________________

Rafi bersyukur saat jam pelajaran usai. Ia menghela napasnya lega saat bunyi bel menandakan dia bisa terbebas dari kungkungan gadis iblis yang duduk di bangku sebelahnya.

Berkali-kali Rafi merasa tak nyaman saat gadis itu terus menganggunya. Siapa lagi kalau bukan Liya? Gadis itu tak henti-henti memecahkan konsentrasi Rafi. Terlebih, saat guru tengah menjelaskan. Liya selalu mengganggu Rafi dengan melempar bulatan kertas kecil atau memanggilnya. Rafi sudah muak. Ia harus melabraknya sekarang.

"Lo kalau benci gue gak gini caranya. Gimana kalau gue dimarahin Bu Layla tadi? Dia itu galak banget. Please, gue gak ada hubungannya sama lo. Jadi, lo berhenti ganggu gue," ucap Rafi kesal. Liya hanya memasang smirk-nya dengan pandangan angkuh.

"Gue akan berhenti ganggu lo. Dengan syarat, lo harus bantu gue balikan sama Refi," sahut Liya. Rafi mengerang kesal membuat urat lehernya timbul.

"Perlu berapa kali gue bilang? Gue gak mau dan gak akan pernah mau bantu kelakuan busuk lo itu. Mending lo pergi jauh-jauh dari kehidupan Refi. Apa gak cukup lo lukai Refi di masa lalu sampai dia berubah kayak sekarang? Mending lo pergi aja. Kehadiran lo gak diinginkan." Rafi berlalu pergi saat mengatakan hal tersebut.

Ia tak ingin suasana kelas lebih memanas akibat pertengkarannya dengan gadis sinting itu. Sungguh, hal ini membuat hidup Rafi semakin rumit. Rafi melangkah kesal dengan tujuan utama, yaitu kelas Anya.

"Dia itu sebenernya siapa, Raf? Kenapa kayak ngebet banget gitu mau minta bantuan lo? Mantannya Refi, kan? Kok kayak ngarep banget balikan?" Theo bertanya secara beruntun membuat kepala Rafi semakin pening. Lelaki itu tak habis pikir kenapa hari ini sangat buruk untuknya.

Waktu di sekolah hari ini seolah lebih panjang dari biasanya. Hal itu membuat Rafi ingin bolos nanti. Tapi, ia akan mendapat hukuman dari Tama jika berani membolos. Ah, Rafi tak menyukai situasi ini.

"Iya, dia mantan Refi. Gak tahu juga kenapa ngebet banget mau balikan. Padahal, dulu dia sendiri yang ninggalin," ucap Rafi dan berbelok ke sebuah ruangan saat ia tiba di depan kelas Anya.

"Najisin banget," jawab Bian sambil bergidik ngeri mengingat betapa ambisiusnya Liya yang menginginkan menjadi kekasih Refi kembali.

"Gak tahu. Andaikan gue kayak Harry Potter, udah gue keluarin mantra avra kadavra untuk bunuh itu cewek," ucap Rafi. Ia masih merasa jengkel dengan tingkah Liya. Entah sampai kapan gadis itu akan terus mengganggunya. Mungkin, selama Refi belum kembali pada gadis itu.

"Ada saatnya gadis itu punah, Raf," ucap Alda sambil menepuk pelan pundak Rafi. Rafi hanya bersikap acuh atas semangat yang temannya berikan. Ia lebih memilih menghampiri Anya yang tengah membereskan alat tulis.

"Ke kantin, yuk. Gue lapar," ucap Rafi sambil menatap Anya yang tengah sibuk.

"Boleh. Gue lagi pengen roti selai coklat," ucap Anya sambil tersenyum. Rafi langsung berjalan bersama Anya juga teman-temannya menuju kantin.

Kantin kali ini cukup damai. Rafi tak melihat sesuatu yang membuat mood-nya lebih buruk. Ia hanya mendapati Jeje yang tengah makan bersama dua teman gadisnya tanpa Refi. Entah tengah ke mana lelaki itu. Mungkin, guru tengah membutuhkan bantuannya.

Clinomania Syndrome [ COMPLETED✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang