39. Ending

155 14 0
                                    

Hari yang dinanti akhirnya tiba. Rafi telah rapi dengan tuxedo hitam dan rambut disisir rapi pula, tidak seperti biasanya. Dia menuruni tangga bersiap menjemput Anya menuju lokasi pesta.

Dilihatnya Refi yang telah siap juga di bawah melangkah pergi menuju pintu. Laki-laki itu langsung menghampiri sang ibu untuk meminta izin sekaligus ingin menjaili Refi.

"Mama, Rafi berangkat dulu ke rumah Anya," ucap Rafi sambil melirik Dewa yang baru saja tiba. Refa dengan dress panjangnya terlihat anggun tengah mengikat rambut dengan rapi.

"Tumben kamu rapi banget, Raf? Biasanya acara penting tetep acak-acakan." Bukannya memberi izin, Refa malah mengomentari penampilan anaknya. Rafi sendiri langsung melihat penampilannya yang jelas sangat berbeda dengan hari biasa.

"Kamu lebih ganteng gitu kalau rambut rapi, jadi persis Refi," ucap Refa lagi. Rafi langsung menyugar rambutnya ke belakang dengan tampang sombong.

"Biar kayak Lee Min Ho, Ma, rambut Rafi rapi gini," sahutnya. Refa berdecih pelan sebelum akhirnya kembali berkomentar, "Lee Min Ho baru bangun tidur aja gak kayak kamu." Refa melangkah pergi meninggalkan ruang tamu meninggalkan Rafi yang memasang wajah masam.

Retha sendiri tertawa ringan sambil memeluk lengan Dewa. "Mampus lo! Sok pede banget, sih. Jemput Kak Anya sana! Kasihan dia nunggu pacarnya yang lelet ini," ejeknya lalu ke luar rumah bersama Dewa.

***

Setelah beberapa menit mengendarai mobil, Rafi akhirnya tiba di rumah Anya. Ya, dia telah memiliki SIM A setelah berkali-kali simulasi membawa mobil bersama Refa.

Rafi memarkirkan mobilnya di depan rumah gadis itu lalu mengetuk pintu menunggu pemilik rumah membuka. Harapannya dibukakan pintu oleh Anya kandas seketika saat seorang pria paruh baya

"Malam, Om," sapa Rafi lalu mencium punggung tangan Limo. Pria itu tersenyum ramah sebelum akhirnya berkata, "Mau jemput Anya, ya? Ayo, masuk dulu!" ajaknya. Rafi langsung tersenyum lalu mengikuti langkah Limo hingga ke dalam rumah.

"Kata Anya ada acara pesta ulang tahun perusahaan, ya? Perusahaan ayah kamu?" tanya Limo saat mereka duduk di sofa. Rafi hanya mengangguk kecil. "Iya, Om, sekaligus aniversarry pernikahan mama sama papa. Papa minta saya ajak Anya ke acara ini sebagai pendamping sekaligus agar lebih dekat dengan kerabat-kerabat yang baru datang dari luar kota," terang Rafi membuat Limo mengangguk paham.

Pria itu mengembuskan napas lalu kembali tersenyum. "Orang tua kamu merestui hubungan kalian?" tanya Limo tiba-tiba. Dengan sigap Rafi mengangguk.

"Mereka ... maaf, tidak berpikir jika nanti Anya akan menjadi beban? Bukan bagaimana, Rafi, anak saya hanya gadis biasa. Bahkan, saya sendiri bukan direktur utama, saya hanya karyawan biasa. Begitu pula istri saya, dia hanya mengurus katering. Apa tidak masalah bagi keluarga kamu yang terpandang ini?" Limo terlihat sendu membuat Rafi menelan salivanya susah payah.

Rafi sendiri tidak tahu harus menjawab apa. Secara logika, Tama dan Refa tak pernah memedulikan tentang harta. "Saya ... em ... dari pihak keluarga saya tidak masalah, Om. Bahkan, jika Om setuju bisa saja saya dengan Anya bertunangan malam ini. Mama sama papa gak pernah mikir ke situ, Om, asal anaknya bahagia dan sikapnya cocok," sahut Rafi pelan. Dia takut salah bicara nantinya.

"Alhamdulillah, saya bersyukur Anya mendapat kekasih yang keluarganya tidak mementingkan harta. Tolong jaga anak saya, ya. Saya tunggu di depan rumah sebelum jam sepuluh malam." Bertepatan dengan Limo mengucapkan itu, Anya menuruni tangga dengan dress selutut dan hightheels yang cukup tinggi. Terlihat sangat anggun dan feminim.

Rafi menghampirinya lalu menggandeng tangan gadis itu. Setelah berpamitan, mereka langsung pergi menuju lokasi.

***


Ruangan yang disewa sangat lebar. Dekorasi bernuansa putih biru terlihat begitu serasi dengan pakaian yang Refa dan Tama kenakan. Pasangan suami istri itu kini berdiri di atas panggung memberi sambutan saat Rafi baru tiba. Dengan cepat Rafi berlari menuju Refi yang duduk bersama Jeje, Retha, dan Dewa.

"Udah lama mulainya?" tanya Rafi saat dia baru saja duduk. "Baru dimulai, Kak," sahut Retha sementara Refi bersikap acuh. Rafi sendiri mengangguk lalu menyimak apa yang orang tuanya ucapkan dan ikut bertepuk tangan walau dia tidak paham sedikit pun.

"Sekarang mari kita ke acara inti, yaitu berdoa untuk kesuksesan Bapak Tama juga Ibu Refa yang juga akan dihibur oleh artis-artis yang telah diundang." Pembawa acara terlihat begitu bersemangat. Seluruh orang di sana memanjatkan doa untuk keluarga Aldebaran lalu mulai makan sembari menonton hiburan dari artis yang diundang.

"Ikut gue, yuk!" Rafi berbisik tepat di telinga Anya saat melihat Refi melenggang pergi bersama Jeje. Anya yang tengah menikmati hidangan langsung meraih tissue dan mengangguk singkat. "Mau ke mana tapi?" tanyanya saat mereka baru saja bangkit.

"Udah, ikut aja." Rafi membawa Anya menuju samping gedung di mana taman indah dengan lampu tumblr terlihat memanjakan mata. Awalnya dia ingin membawa Anya ke atap, hanya saja melihat Refi dan Jeje menuju ke sana membuat Rafi mengurungkan niat.

"Makasih udah tetep terima gue walau lo tau gue gimana," ucap Rafi hambar saat mereka duduk di taman. Anya menoleh ke arah kekasihnya dengan kening mengkerut mendengar Rafi seserius ini.

"Jujur, gue gak tahu kenapa bisa suka sama lo. Lo adalah cewek yang selalu ngetawain gue saat susah, bahkan lo gak pernah ngejar gue sekali pun. Gak kayak cewek-cewek lainnya. Gue tahu gue playboy, tapi selama gue pacaran sama lo gue gak pernah selingkuh, kok. Serius, deh, walau gue dulu playboy gue setia sama lo sampai detik ini ga punya niatan selingkuh. Walaupun muka gue ganteng gini gue ga ada rasa pengen mendua. Beneran, Nya, makanya gue nanti mau kuliah bareng lo aja. Lo mau kuliah di mana? Jangan di univ yang kece banget, ya, gue takut gak lolos seleksi. Papa gak mau nyogok, dia maunya gue usaha sendiri." Anya tetap menyimak sepanjang apa pun kalimat Rafi.

Anya memiringkan badannya menatap Rafi penuh. Gadis itu mengembuskan napas sebelum memulai pidatonya. "Rafi, gue juga gak tahu kenapa mau nerima lo terus. Apa lo pelet gue, ya? Gue tahu lo gak selingkuh, kok. Gue posesif, lo jangan lupa itu, gue selalu awasi lo walau gak ketemu hehe. Satu lagi, gue udah nentuin PTN mana yang bakal jadi tempat gue sama lo daftar. Semoga aja kita keterima," sahut Anya diakhiri senyum lebar.

Rafi ikut tersenyum lalu membawa gadis itu ke dalam dekapannya. "Makasih, tapi gue gak pelet lo. Kegantengan gue yang bikin lo tertarik ... mungkin." Anya memukul keras Rafi saat mendengar ucapan laki-laki itu. Lihatlah, baru beberapa waktu lalu dia serius, sekarang sikap aslinya kembali. Menyebalkan memang, tetapi Anya menyayanginya.

Keduanya menikmati pesta di luar sambil bercanda tawa. Tak peduli apa yang terjadi di dalam, mereka memilih untuk bercanda dengan selera sendiri dan mendiskusikan mengenai pendidikan berikutnya.

Ya, pada akhirnya Anya-lah yang mampu mengubah sedikit sikap Rafi. Gadis itu yang membuat Rafi tak lagi mempermainkan perasaan wanita. Walau sindromnya yang pecinta kasur belum banyak berubah, tetapi setidaknya Rafi tidak pernah lagi menolak ajakan Anya saat malam minggu tiba.

- THE END -






Alhamdulillah udah tamat xixi ><. Ya, memang happy ending. Ini kan cerita SoL, jadi konflik ringan dan endingnya ga berat ahak-ahak. Terima kasih 1.05K-nya. Ini pencapaian yang cukup baik selama aku nulis biasanya tamat dulu baru 1K ehek. Semoga kalian terhibur sama tulisanku. Vote sama komennya jangan lupa. ❤

Best regards.

Fania Zein.

Instagram:

faniazei17_
&
dafahenderson

Clinomania Syndrome [ COMPLETED✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang