40. Epilog

163 15 5
                                    

"Anya, tunggu gue!" Rafi berteriak kencang dari koridor lantai tiga. Dia yang melihat Anya sudah berada di lantai satu langsung meneriakinya tanpa malu. Seluruh mahasiswa fakultas Bahasa pun menoleh ke arahnya dengan tatapan aneh.

"Apa lo pada liat-liat?" sinisnya lalu menyusul Anya yang pura-pura tidak mendengar di bawah.

"Lo kok gak nunggu gue, sih?" tanya Rafi dengan napas tersengal saat dia berhasil menyusul Anya. Gadis itu menoleh lalu mengetuk kepala Rafi keras. "Lo gak liat anak fakultas lihatin semua? Malu tau! Gue tadinya mau nyusul lo, tapi lo teriak bikin gue malu dilihatin orang fakultas lo. Mana gue kayak mahasiswa nyasar lagi," omel Anya kesal.

Rafi terkekeh pelan lalu mengacak rambut gadis itu yang baru saja dipotong. "Ya, kan gue minta lo nunggu di taman univ. Salah siapa lo malah ke sini? Kan gue kira lo mau balik duluan jadinya. Gimana di Kimia? Seru?" tanya Rafi berusaha mengubah mood buruk Anya. Gadis itu hanya mengedikkan bahu.

"Seperti biasa, sama aja. Tadi gue males banget pas dosen dikte materi sampai tangan gue merah semua. Lo sendiri gimana? Udah cocok di Bahasa?"

Ya, Rafi memilih fakultas Bahasa Indonesia. Dia tidak memiliki niatan melanjutkan perusahaan ayahnya, malah lebih ingin membangun usahanya sendiri. Sementara Anya, gadis itu memilih fakultas Kimia di mana pelajaran itu paling tidak Rafi sukai.

"Cocok banget, dong. Gak ada Matematika, enak banget hidup gue. Tentram, aman, damai, dan nyaman. Bahkan, gue udah mikirin planning ke depannya mau bangun usaha apa," sahut Rafi bangga. Keduanya menyusuri koridor diiringi canda tawa menuju parkiran. Ya, setelah ini kebetulan Anya dan Rafi tidak ada mata kuliah lagi. Maka dari itu, keduanya memutuskan untuk pulang.

Terlebih, Rafi harus membantu di rumah merapikan barang mengingat besok Refi pulang dari Inggris karena tengah libur musim panas.

***

Pada akhirnya, kau yang tetap bersamaku. Dari sekian banyak wanita, entah mengapa kau yang menjadi tempat terakhir. Kala di luar sana banyak yang lebih baik, takdir memilihmu untukku.

Entah berapa lama aku harus menemukanmu. Bahkan, saat kau hadir di depanku tak membuatku langsung memilihmu. Perlu banyak pengalaman yang aku dapat untuk belajar mengenai kesetiaan. Hari ini, aku benar-benar mengubah diri.

Aku bukan lagi Rafi yang mempermainkan wanita setiap hari, bukan lagi Rafi yang selalu melawan pada guru atau dosen. Ya, walau aku memang tetaplah Rafi yang selalu membuat kerusuhan bahkan kehebohan di tempat belajar. Dan jangan lupa, aku tetaplah Rafi yang susah meninggalkan kasur. Ya, meski aku sendiri sadar bahwa aku sekarang lebih memilih wanita daripada kasurku.

Haha, opini yang lucu memang saat kasur lebih kucintai. Pada nyatanya, ada yang mampu menarik perhatianku selain kasur, yaitu dirimu.

Jakarta, xx Agustus 20xx

Teuku Rafian Aldebaran

______________________________________

Halo, kenapa di tanggal Agustus, padahal sekarang Desember? Nah, ini kan cerita fiksi. So, waktunya pun fiksi. Di sini setting waktu aku pake Agustus karena libur musim panas di Inggris itu antara bulan Juni, Juli, Agustus.

Sekian dari aku. Makasih udah baca sampai ending🌻see you. Jangan lupa mampir ke kisahnya Refi, judulnya Foreign Accent Syndrome.

#abaikan peringatan memo penuh ;v

Bye ....


Instagram:

faniazei17_
&
dafahenderson

Clinomania Syndrome [ COMPLETED✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang