21. Si Pengganggu

88 16 12
                                    

"Jadi, itu pacarnya Rafi? Semoga aja Refi belum punya pacar. Gue yakin, dia akan kaget sama kedatangan gue," ucapnya dan berlalu pergi meninggalkan parkiran.

Sementara itu, Rafi mengantar Anya hingga ke kelas. Sepanjang perjalanan, Rafi dan Anya tak ada yang berbicara. Rafi terlalu larut dengan pikirannya tentang apa yang dilakukan gadis itu di sekolah ini.

Apakah dia menjadi murid baru di SMA Rajawali? Jika iya, Rafi yakin ini hanya mimpi. Sejenak, Rafi teringat pembicaraannya dengan gadis itu melalui telepon kemarin.

"Gue akan jadi murid baru di SMA Rajawali, tempat lo sama Refi sekolah."

Oh, tidak. Ini kabar buruk untuk Rafi, terutama Refi. Mengapa gadis itu harus kembali lagi? Harusnya ia pergi saja tak perlu kembali. Kehadiran dia hanya menyusahkan.

"Makasih," ucap Anya membuyarkan lamunan Rafi. Rafi menatap ruangan bertuliskan XII IPA 2, kelas Anya. Rafi benar-benar tidak sadar bahwa dia sudah tiba di kelas Anya.

"Eh? I-iya. Lo belajar yang rajin, ya. Gue ke kelas dulu," ucap Rafi sambil tersenyum canggung. Rafi hendak mengusap puncak kepala Anya, namun gadis itu menepisnya kasar sebelum Rafi berhasil melakukan hal itu.

"Lo kenapa?" tanya Rafi bingung.

"Gak papa. Lo ke kelas aja sana! Gue mau masuk kelas," ucap Anya dan langsung berlalu pergi meninggalkan Rafi yang masih mematung bingung.

"Kenapa semua cewek itu nyusahin?" tanya Rafi frustasi. Dia langsung melangkah lebar menuju kelasnya di lantai 3.

Saat tiba di kelas, Rafi langsung duduk di bangkunya. Dia melempar kasar tas sekolahnya, lalu duduk sambil memejamkan mata dengan kedua kaki yang naik ke atas meja.

Dia butuh waktu untuk menenangkan pikirannya sejenak, atas apa yang menimpa ia akhir-akhir ini. Kedatangan gadis itu, Rafi tak pernah menduganya. Sungguh, Rafi pikir gadis itu sudah meninggal di luar negeri. Kenapa dia harus kembali?

Untuk apa gadis itu kembali? Mengacau hidupnya lagi? Atau untuk mengambil Refi? Oh, tidak. Rafi tudak akan membiarkan hal-hal itu terjadi. Cukup masa lalu saja yang membuatnya belajar, bahwa gadis itu termasuk di dalam daftar orang-orang harus dijauhi.

"Woi! Masih pagi udah tidur." Sebuah suara membuat Rafi membuka kembali matanya. Rafi langsung menurunkan kedua kakinya dari atas meja, lalu menatap malas ketiga temannya.

"Gue gak tidur," ucap Rafi.

"Lo kenapa? Gue denger-denger ada murid baru, cewek. Gue tadi ketemu dia di koridor. Cantik banget, kayak bule." Alda berbicara membuat Rafi mengangkat sebelah alisnya.

"Maksud lo cewek yang seragamnya dari sekolah Singapura itu?" tanya Rafi pada Alda.

"Iya, bener. Lo udah ketemu dia? Cantik, ya?" tanya Alda meminta pendapat.

"Iya, dia cantik. Tapi ...." Rafi menggantungkan ucapannya, membuat Alda kembali angkat suara. Namun, suara seorang wanita paruh baya sudah mendahuluinya.

"Selamat pagi, Semua," ucap Bu Istu.

"Pagi, Bu."

"Pagi ini kalian kedatangan murid baru. Silahkan perkenalkan diri kamu," ucap Bu Istu ramah. Rafi tak memperdulikan apa yang ada di depannya. Dia hanya mencorat-coret bukunya tanpa memiliki niat untuk menyimak.

"Nama saya Anastasya Aprilliya. Saya asli Jakarta, hanya saja dua tahun lalu saya harus pindah ke Singapura, karena pekerjaan orang tua." Rafi tercekat mendengar suara, juga nama yang sangat dia kenali.

Rafi berharap, dia salah mendengar. Rafi mendongakkan wajahnya berusaha menatap gadis yang kini berdiri dengan senyum ramah di depan kelas. Rafi tidak bodoh, itu hanya keramahan yang palsu.

Clinomania Syndrome [ COMPLETED✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang