15. Ketika Rafi Bucin

112 20 11
                                    

Kring kring kring

Bel istirahat berdering begitu indah menelusuk ke gendang telinga seluruh siswa-siswi SMA Rajawali, termasuk seorang laki-laki yang tengah tertidur nyenyak di UKS.

Jika kalian berpikir laki-laki itu sakit, kalian salah. Tapi jika kalian berpikir dia pemalas, bisa dikatakan begitu.

"Udah istirahat rupanya," ucap Rafi sambil menguap lebar. Semenjak Andre mengumumkan bahwa para guru akan rapat sampai jam istirahat usai, Rafi langsung meninggalkan kelas. Tujuan utamanya adalah UKS, ruangan yang memiliki kasur empuk.

"Gue ke kelas, apa langsung ke kantin aja, ya?" tanya Rafi. Dia melirik jam tangan merk rolex-nya yang menunjukkan pukul 10 pagi.

"Dua curut itu ke ma—" Belum sempat Rafi menyelesaikan kalimatnya, sebuah teriakan membuatnya terpaksa berhenti berbicara.

"Rafi, yuk ke kantin," ajak Alda dengan wajah berbinar.

"Boleh, gue pengen ketemu Anya juga. Tapi, nanti gue tetep mau makan di sini. Kalau makan di meja itu kurang nyaman, lebih enak makan di kasur," ucap Rafi sambil bangkit dari posisi duduknya di atas kasur.

Hal itu bukan lagi sesuatu yang luar biasa bagi teman-teman Rafi. Jika Rafi sehari saja tidak menyentuh kasur, maka itu menandakan bahwa Rafi tengah sakit atau ada masalah.

Rafi berjalan menuju kantin yang jaraknya cukup jauh dari UKS. Dia berjalan beriringan dengan tiga temannya sambil bercanda sepanjang jalan.

Tanpa sengaja, Rafi bertemu Refi yang baru saja keluar dari sebuah kelas bertuliskan XI IPA 1.

"Lo ngapain di kelas sebelas? Bukannya lo anti banget, ya, kalau harus masuk ke kelas sebelas atau sepuluh? Masuk kelas seangkatan aja lu gak minat, kenapa lu tiba-tiba masuk ke kelas sebelas?" tanya Rafi beruntun. Refi hanya menatapnya datar sambil memegang kotak bekal berwarba biru kesayangannya.

"Lo makan di kelas ini? Ngapain? Kok gak ma—"

"Mau ke mana?" Rafi langsung membelalakkan matanya saat Refi mengacuhkan dia. Di sana, Refi lebih memilih bertanya pada seorang gadis dengan rambut sebahu yang digerai dengan poni layaknya kartun Dora yang membuatnya terlihat imut dan manis.

Tunggu, siapa gadis itu? Dari tanda pengenal angkatan, gadis itu adalah adik kelasnya. Lalu, kenapa Refi menyapa gadis itu, terlebih menanyakan hendak ke mana?

"Gue mau ke perpustakaan, Kak," ucap gadis itu sambil tersenyum sangat manis, membuat teman-teman Rafi gemas melihatnya.

"Hati-hati, gue mau ke kelas dulu. Nanti gue nyusul," ucap Refi sambil tersenyum tipis.

"Kakak hati-hati juga," ucapnya dan berlalu pergi setelah memamerkan gigi gingsulnya membuat teman-teman Rafi menganga takjub.

"Jangan berani sentuh dia, atau kalian berhadapan sama gue," ucap Refi datar dan berlalu pergi meninggalkan Rafi beserta teman-temannya. Refi pergi bersama seorang laki-laki yang tingginya hampir setara dengannya.

"Dia siapanya Refi? Manis banget," ucap Alda. Rafi langsung menjitak keras kepala temannya itu, karena mengingat kata-kata Refi yang cukup mengancam.

"Jangan macem-macem! Gak denger kembaran gue barusan bilang apa?" tanya Rafi dan berlalu pergi meninggalkan teman-temannya.

***


Rafi berdiri di depan stand bakso saat dia tiba di kantin. Kini, dia menatap tempat di mana dia antre yang bisa dibilang cukup panjang.

"Bisa sampe subuh gue kalau antri di sini," ucap Rafi sambil memperhatikan banyaknya orang yang antre di sana.

Rafi yang berniat pergi mencari makanan lain langsung berbinar saat melihat seorang gadis yang berdiri sampai barisan paling depan. Terlihat jelas dia tengah memesan bakso yang terdiri dari beberapa mangkuk.

Clinomania Syndrome [ COMPLETED✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang