19. Refi dan Adik Kelas

84 14 15
                                    

Pagi telah tiba. Rafi baru saja bangun dari tidurnya, setelah teriakan Refa yang menggema di seluruh ruang kamar laki-laki itu.

Rafi melangkah cepat menuju kamar mandi, karena waktu hanya 15 menit lagi, maka dia akan ditinggalkan oleh Refi.

Sebenarnya itu bukan masalah. Dia bisa membawa motor, bukan? Tapi, Rafi sangat malas untuk berkendara sendiri. Dia lebih suka duduk manis di jok belakang sambil menunggu tiba di tujuan.

Rafi memasukkan asal buku pelajarannya, lalu kembali mengecek isi tas untuk memastikan bahwa dia tidak melupakan kotak kecil milik Refi.

Hampir saja Rafi lupa, jika Refi tidak mengingatkannya tadi. Demi apapun, Rafi lebih baik kembali pulang mengambil kotak itu daripada harus berurusan dengan Refi.

Kini, Rafi menatap ke arah jalanan yang cukup padat. Lampu lalu lintas tengah memberi isyarat berhenti, sehingga Rafi cukup bosan. Jam masih menunjukkan pukul 06.35, dan itu masih pagi menurut Rafi.

"Di sekolah ada apa, sih? Kenapa harus berangkat pagi?" tanya Rafi sebal. Tak ada sahutan sama sekali dari dua orang yang duduk di depan. Baik Refi maupun Retha, keduanya sama-sama tak menanggapi ucapan Rafi.

"Seharusnya gue masih tidur jam segini," ucap Rafi lagi. Untuk kesekian kalinya, Refi dan Retha masih nyaman dengan suasana yang hening. Dari sini, Rafi benar-benar diam. Percuma saja berbicara pada dua saudaranya yang tak memiliki niat membalas ucapan dia.

"Dia lagi?" tanya Rafi pada dirinya sendiri saat melihat seorang gadis yang tengah duduk di jok belakang mobil dengan kaca yang dibuka.

Gadis bersurai panjang itu menatap ke arah layar ponselnya dengan sangat fokus. Rafi mengusap matanya berkali-kali, berharap penglihatannya salah. Tapi tidak, ternyata penglihatannya benar. Itu adalah orang yang pernah hadir di masa lalu keluarga Rafi.

"Siapa?" tanya Refi datar sambil melajukan mobilnya.

"Bukan siapa-siapa," sahut Rafi sambil menghelas napasnya kasar. Dia terlampau kesal dengan Refi, sehingga dia malas untuk memberi tahu laki-laki itu.

Rafi sangat heran, kenapa Retha dan Refi suka sekali diam. Ayolah, suasana tenang itu membosankan.

***

"Rafi!" Sebuah suara membuat Rafi menoleh, saat dia baru saja turun dari mobil. Senyum Rafi mengembang, saat melihat seorang gadis bersurai hitam melangkah ke arahnya.

"Lo kapan dateng?" tanya Rafi sambil mengusap pucuk kepala Anya, gadis yang memanggilnya.

"Baru aja, setelah mobil lo masuk gerbang," sahut Anya. Rafi hanya mengangguk kecil, lalu merangkul Anya untuk mengajaknya ke kelas.

"Jangan lupa untuk kasih kotak itu ke Jeje. Awas aja," ucap Refi dan berlalu pergi.

"Iya-iya, santai aja," sahut Rafi santai tanpa melepas rangkulannya pada Anya. Dia menatap punggung Refi dan Retha yang mulai menjauh.

"Jeje siapa?" tanya Anya bingung.

"Adik kelas. Gue juga kurang kenal, tapi kayaknya dia calon pacar Refi," ucap Rafi.

"Masih pagi, jangan pacaran terus." Sebuah suara membuat rangkulan Rafi langsung terlepas. Dia mendapati Pak Aryo, guru BK SMA Rajawali.

"Eh, Bapak? Udah dateng, Pak? Selamat pagi," ucap Rafi sambil menampilkan deretan gigi rapinya.

"Ke kelas kalian masing-masing!" seru Pak Aryo dan berlalu pergi meninggalkan Rafi dan Retha yang bernapas lega.

***

Clinomania Syndrome [ COMPLETED✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang