29. Maaf Lagi, Dong

67 17 0
                                    

Bersamaan dengan suara gadis di ambang pintu, Rafi langsung mendorong kuat tubuh Liya. Gadis bersurai cokelat bergelombang sepunggung itu terhantuk ke salah satu meja yang berada di barisan paling depan. Rafi mendorongnya terlalu kuat.

"Shit," ucap Liya mengumpat. Dia menatap Rafi yang menghampiri Anya dengan terburu-buru. Selalu saja begitu.

"Ini gak kayak yang lo lihat, Anya. Jangan marah, ya," ucap Rafi membujuk Anya. Gadis itu hanya diam, lalu pergi meninggalkan kelas Rafi. Rafi mendengus sebal lalu menyandarkan tubuh pada pintu.

"Bodoamat dulu lah. Gue lapar mau ke kantin," ucap Rafi. Lelaki itu berjalan ke arah yang berlawanan dengan Anya. Tak peduli pada gadis bersurai hitam legam bergelombang yang tengah merajuk. Rafi lebih mementingkan cacing-cacing di perutnya yang tak bisa menunggu.

Rafi melangkah menuju kantin. Rafi tak sekali pun menoleh ke arah Anya di belakang sana. Dia bisa menyelesaikan itu nanti. Rafi berkali-kali menoleh ke setiap sudut ruang kelas berharap menemukan Theo dan yang lain. Namun, teman-temannya itu seolah telah hilang. Rafi tak menemukan mereka di mana-mana.

"Theo, Bian, sama Alda ke mana, sih? Mereka ngilang gitu aja ninggalin gue," ucap Rafi sebal. Dia tak menghiraukan pandangan-pandangan siswa-siswi yang aneh. Tidak, ini bukan tatapan yang biasanya mereka suguhkan. Pandangan kali ini seolah-olah ada pertanyaan yang ingin mereka lontarkan. Namun, Rafi tak tahu apa itu. Sepanjang koridor dia mendapati tatapan penuh selidik seolah ingin menginterogasi. Ada apa sebenarnya? Ayolah, Rafi tak memiliki pemikiran jauh untuk menerka-nerka apa yang ingin mereka tanyakan.

Beberapa lama kemudian, Rafi tiba di kantin. Dia mendapati Theo dan teman-temannya tengah makan di sudut ruangan. Lelaki itu langsung memesan mie ayam di salah satu stand, lalu duduk di meja tempat Theo dan yang lain berada.

"Kalian ngapain ninggalin gue, Anjay." Rafi langsung duduk di samping Theo membuat lelaki itu secara spontan bergeser.

"Lo kelamaan drama sama Liya, sih. Kita udah lapar," ucap Bian mewakili yang lain. Rafi mendengus sebal sambil memutar bola mata jengah. Mengingat drama Liya membuat dia ingin mengamuk. Hal itu mengingatkannya pada kemarahan Anya.

"Eh, iya, by the way lo udah dengar kabar yang terbaru di SMA Rajawali apa belum?" tanya Alda. Lelaki paling tahu kabar paling up to date tentang seluruh kejadian di SMA Rajawali itu mulai angkat suara siap memberikan informasi hangat.

"Emangnya ada apa? Tadi sepanjang koridor banyak yang natap gue kayak mau nerkam gitu," ucap Rafi sebelum memasukkan siomay ke dalam mulutnya. "Gak ada hubungannya sama gue, 'kan?" tanya Rafi pada Alda yang telah menatapnya serius.

"Gak ada hubungannya sama lo. Tapi, ini ada hubungannya sama saudara kembar lo," ucap Alda sambil membenarkan posisi duduknya. Rafi tak terlalu berminat mendengarkan berita baru jika menyangkut Refi. Bukan ada apa-apa. Hanya saja, semua informasi yang berhubungan dengan Refi sejauh ini hanya tentang prestasi, ketauladanan, dan semacamnya.

"Refi kenapa?" tanya Rafi sebagai respons atas ekspresi Alda yang menunggu pertanyaan darinya. Lelaki itu mendorong sedikit piringnya yang kosong, lalu meraih es jus jeruk yang dia pesan.

"Refi putus sama Jeje." Rafi secara spontan langsung menyemburkan esnya. Beruntung tak ada orang lain yang duduk tepat di depannya. Jika ada, mungkin orang itu telah basah kuyup.

"Jangan ngaco lo. Siapa yang bilang kalau Refi putus sama Jeje?" tanya Rafi. Dia mulai berminat dengan topik gosip yang Alda bawa. Rafi tak habis pikir. Ada apa dengan mereka berdua? Berpacaran hanya hitungan bulan dan kandas tanpa alasan yang tak dia ketahui. Entah memang Refi dan Jeje yang putus tanpa sebab, atau Rafi yang terlalu kurang update.

"Gue lihat sendiri tadi pagi kalau gak salah. Gue pas mau ke toilet waktu kalian konser itu. Nah, gue lewat di lapangan. Di sana kelas Refi sama Jeje lagi olahraga dan baru selesai. Gak tahu gimana ceritanya tiba-tiba Liya ada di sana dan ngerusuh. Ya, lo tahu, lah pasti Jeje cemburu dan minta putus. Setelah itu Refi iyain aja, terus pergi gak tahu ke mana," ucap Alda menjelaskan. Rafi hanya diam menyimak, sementara yang lain telah melontarkan berbagai pertanyaan pada Alda.

"Gue mau ngejar Anya dulu, deh. Dia ngambek tadi. Kalian lanjut ghibahnya aja gue sekalian mau cari Refi," ucap Rafi. Tanpa menunggu pertujuan teman-temannya, lelaki itu langsung bangkit meninggalkan kantin setelah membayar pesanan.

Rafi melangkah lebar menyusuri koridor. Dia bingung di mana akan menemukan Anya. Di pikirannya terbesit beberapa tempat di sekolah, yaitu taman, perpustakaan, kelas, kantin, dan toilet perempuan. Namun, Rafi tak menemukan Anya di semua tempat itu. Rafi menyandarkan tubuhnya ke tembok memaksa otaknya berpikir di mana tempat yang paling pas untuk menyendiri saat sakit hati. Bagi Rafi yang belum pernah merasakan sakit hati tentu saja hal ini sangat sulit.

"Ke mana lagi, ya?" tanya Rafi pada dirinya sendiri. Lelaki itu tengah bersandar pada tembok toilet perempuan. Tak peduli lalu-lalang gadis-gadis yang menatapnya aneh karena berada di tempat yang tak seharusnya.

"Apa lo semua lihat-lihat?" tanya Rafi ketus. Dia melangkah tanpa tujuan. Tak tahu harus pergi ke mana. Lelaki itu bahkan tak memperdulikan jam yang menunjukkan pukul 10.25. Itu artinya lima menit lagi bel masuk.

Rafi hanya melangkah mengikuti kata hatinya, sehingga dia tiba di tangga tang terletak di dekat gudang sekolah. Tangga yang cukup tinggi menghubungkan ke rooftop itu membuat Rafi mendongak.

"Emangnya Anya bisa ke rooftop?" tanya Rafi entah pada siapa. Setelah berpikir hampir satu menit, Rafi melangkah dengan ragu menaiki satu per satu anak tangga. Entah mengapa feeling-nya menunjuk ke tempat ini. Tempat yang biasanya dihuni oleh siswa-siswa pemalas belajar seperti dirinya.

Setelah menaiki lebih dari dua puluh anak tangga, akhirnya Rafi tiba di ambang pintu roof. Ternyata orang yang dia cari tengah duduk menikmati angin menghadap lurus ke depan—membelakangi Rafi. Rafi melangkah perlahan, lalu berdiri tepat di belakang gadis itu.

"Gue minta maaf," ucap Rafi singkat. Anya menoleh sebentar, lalu kembali memalingkan muka.

"Udah berkali-kali lo selalu ulangi kesalahan, Rafi. Maaf terus gue sampai bosan," ucap Anya. Rafi mendengus sebal, lalu beralih duduk berjongkok di depan Anya.

"Gue tahu gue emang selalu salah dan ceroboh, Anya. Lo bosan? Mau putus kayak Refi sama Jeje? Gue gak akan iyain kalau lo minta itu," ucap Rafi. Anya terlihat sedikit kaget, sebelum akhirnya gadis itu kembali pada ekspresi biasa.

"Gue gak bilang minta putus," ucap Anya pelan. Rafi tersenyum tipis, lalu berdiri membelakangi matahari.

"Jadi, lo maafin gue, 'kan?" tanya Rafi. Anya tersenyum tipis, lalu mengangguk singkat.

"Nah, gitu dong. Ayo, masuk kelas. Lo duluan aja biar gue di sini sebentar," ucap Rafi membuat Anya ingin memukulnya.

"Lo mau bolos, huh? Ayolah, Rafi, jangan gini terus. Gimana, sih, jadi siswa kok kayak gak niat banget gitu. Berubah, dong," ucap Anya.

"Mau berubah jadi apa? Jadi ultraman?" tanya Rafi dengan wajah dramatis yang dibuat-buat.

"Gue serius, Rafi," ucap Anya. Gadis itu telah berdiri dengan tinggi yang hanya mencapai dada Rafi. Kepalanya mendongak dengan wajah menantang. Rafi tersenyum, lalu menunduk untuk menyetarakan tingginya dengan Anya.

"Gue juga serius sama lo, Anya. Lo satu-satunya cewek yanh gue seriusin," ucap Rafi, lalu mengecup singkat bibir Anya sebelum akhirnya lelaki itu melangkah pergi terlebih dahulu. Anya memegang bibirnya, lalu beralih pada kedua pipi yang memanas. Wajahnya mungkin semerah tomat sekarang.

"First kiss gue," ucap Anya lirih. Namun, tak dapat dipungkiri bahwa dia merasa bahagia seolah-olah dibawa terbang melayang ke angkasa.

"Jangan ngelamun terus. Gue akan replay adegannya. Ayo, masuk ke kelas, terus belajar biar pintar," ucap Rafi yang sudah berada di ambang pintu.

TBC

Satu minggu ga update berasa lama banget, ya? Aku dari kemarin lusa lagi garap cerita baruku yang Dear A. Itu daily event soalnya >< jadi, aku baru update hari ini. Sebenarnya kepalaku lagi pusing, kayaknya anemia kambuh hehe. Doain aja semoga aku bisa update terus tanpa drama-drama wkwkwk.

See you next time 🌻🌻🌻

Ig: faniazei17_

Clinomania Syndrome [ COMPLETED✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang