2. Teuku Rafian Aldebaran

941 59 64
                                    

Byuurrssss...

"HUJAN! BOCOR! BOCOR!" Rafi berteriak heboh saat air mengguyur wajahnya. Refi, sang kembaran yang melakukan itu. Refi diam menatap kembarannya dengan tatapan jijik. Dia langsung melempar gayung merah yang dipegangnya ke arah Rafi.

"Aduh," ringis Rafi sambil mengusap keningnya.

"Sialan. Siapa, sih, yang lempar gayung ke gue. Awas aja, gue bakalan bu-"

"Mau apa?" Suara itu membuat Rafi tersadar. Dia langsung menoleh ke arah Refi, lalu menampilkan deretan gigi rapinya.

"Gak jadi. Ngapain lo di sini?" tanya Rafi kesal.

"Bangun. Lihat jam! Lo mau gue tinggal?" tanya Refi. Rafi tak peduli, dia langsung merebahkan kembali tubuhnya.

"Lo tuh, dasar Kukang! Bangun! Gue tinggal nih," ancam Refi.

"Iya-iya gue bangun," ucap Rafi. Refi langsung duduk di sofa kamar tersebut menunggu Rafi. Jika terlalu lama, dia berniat akan meninggalkan orang menyebalkan itu.

Refi melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 06.20. Untuk seorang Refi yang berangkat bersama Rafi, dia harus membangunkan kembarannya itu sejak pukul 6 pagi. Bagaimana tidak? Rafi yang pemalas itu membutuhkan waktu lebih 30 menit untuk siap berangkat ke sekolah.

Dia samar-samar mendengar suara dari dalam kamar mandi. Refi memutar bola mata jengahnya saat mendengar suara itu adalah suara Rafi. Hal yang paling membuatnya malas, itu suara nyanyian.

"Walau kau gendot, pipimu tembam, tetap kusuka padamu. Walau kau bulat, perutmu buncit, tetap kusayang padamu." Suara nyanyian itu terdengar jelas dari kamar mandi yang terdapat Rafi seorang di dalamnya.

Dordordor

Refi menggedor pintu putih kamar mandi Rafi saat dia mendengar nyanyian aneh yang dinyanyikan oleh saudara kembarnya itu.

"Buruan atau gue tinggal," ancam Refi.

"Bentar, Ref, gue lagi rekaman," sahut Refi dari dalam.

"Si vous n'êtes pas rapide, vous en connaissez les conséquences ( Jika kau tidak cepat, kau tahu konsekuensinya )." Refi mengancam dengan bahasa Prancis. Sudah dapat diprediksi, penderita Foreign Accent Syndrome itu sudah kumat.

"Kumat penyakitnya," ucap Rafi dari dalam. Refi memutar bola matanya jengah. Dia berjalan ke luar kamar Rafi.

Rafi tidak menghiraukan Refi yang dia duga sudah ke luar dari kamarnya, karena mendengar suara derap langkah yang menjauh. Rafi benar-benar tidak mempedulikan hal itu.

"Lah? Kok shower-nya mati?" tanya Rafi yang masih memoles tubuhnya dengan sabun. Dia mengutak-atik shower-nya, namun nihil.

"Eh gila. Kerjaan siapa, nih?" Rafi langsung memasang handuknya sampai pinggang, lalu membuka pintu kamar mandinya.

"Ma, kok listriknya mati?" tanya Rafi yang berada di ujung tangga. Refi hanya melirik ke arahnya sambil menikmati nasi goreng di piring.

"Mandi di kamar mandi tamu sana! Pakai gayung, jangan konser!" seru Refi sebal. Dia benar-benar menyesal, kenapa harus memiliki kembaran seperti Rafi.

"Jangan-jangan lo matiin listriknya," ucap Rafi. Refi tak menjawab, dia memilih fokus pada nasi goreng di depannya. Hal itu membuat Rafi sebal. Dia langsung berjalan menuju kamar mandi tamu, dan menyelesaikan mandinya di sana.

Baru saja Rafi hendak sarapan, Refi sudah menyodorkan kotak berisi nasi goreng dan telur mata sapi serta ayam suir di sana.

"Buat apa?"

Clinomania Syndrome [ COMPLETED✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang