11

37 7 0
                                    

-Jika kekurangan itu lebih menarik dari kelebihan, apa gue pantes hanya tertarik sama kelebihan? Bukan nya itu nggak adil?
- Arka

------------------------------

"Eh" Arin dan Darma mendongak menatap orang yang saat ini tengah menahan tangan Arin.

"Arka" pekik Arin.

"Lo ngapain Ka disini?" Tanya Darma dengan aneh nya.

"Mm.. lo di suruh Pak Saiful buat tanda tangan konsumsi Futsal" jelas Arka.

Arka tidak berbohong, memang benar jika ia tadi di suruh Pak Saiful guru olahraga sekaligus pembina eksul futsal, untuk mencari Darma guna menanda tangani konsumsi demo ekskul besok.

"Serius lo?" Ragu Darma.

"Hm"

"Oh yaudah ntar gue kesana"

"Pak Saiful nyuruh nya sekarang" sahut Arka.

"Ck! Lo sendiri udah tanda tangan?" Tanya Darma pada Arka.

Arka pun hanya mengangguk.

"Rin lo obatin sendiri ya, tapi jangan harap lo bisa lolos dari gue. Ngerti?!" Darma mencoba untuk memperingati Arin, sebelum meninggalkan nya.

Sementara Arin pun hanya memberengut kesal, bagaimana bisa Darma dengan gamblang nya berucap seperti itu di depan Arka. Walaupun Darma kemarin sudah bilang sih, jika ia telah menjelaskan kepada teman-temannya antara hubungan Darma dan Arin yang hanya sebatas teman. Tapi kan tetap saja, saat ini status Arin adalah pacar Arka. Eh iya nggak sih? Iya aja Kali ya.

"Yaudah, yok Ka" ajak Darma kepada Arka.

"Gue ada urusan Dar, lo duluan aja" tolak Arka.

"Oh oke, byee"

Saat Darma telah pergi barulah Arin bernafas lega, saat ia juga ingin pergi dari tempat itu, lagi-lagi tangan nya ditarik dengan begitu keras oleh Arka.

"Aduh apalagi sih Ka?" Kesal Arin.

"Mau kemana?"

"Ke..ke..kelas lah, lo pikir kemana lagi?" Ini kenapa si Arin jadi gugup gini sih, heran.

"Ikut gue!" Tanpa ada persetujuan dari Arin pun, Arka langsung menarik paksa Arin untuk ikut dengan nya.

Sampailah mereka di ruang UKS, walaupun tadi sempat ada sedikit penolakan dari Arin yang bilang jika ia bisa mengobati luka nya sendiri.

Arka pun tengah sibuk mengeluarkan kapas, revanol, dan betadine dari dalam kotak P3K.

"Sini tangan lo" pinta Arka.

"Nggak mau ah, gue bisa obatin sendiri" tolak Arin sembari memeluk tangan nya yang terluka akibat cakaran yang di berikan oleh teman-teman Lisa.

"Arin" entah kenapa setiap Arka memanggil nama Arin membuat Arin menurut begitu saja, jadi mau tidak mau Arin menyerahkan tangan nya kepada Arka.

Kemudian Arka pun mulai serius mengobati Arin.

Arin pun menghela nafas ketika ingin berbicara kepada Arka.

"Gue nggak ngerti Ka, kenapa lo kemarin ngajak gue pacaran" ujar Arin yang membuat Arka mendongak menatap nya, tetapi sedetik kemudian ia kembali fokus untuk mengobati luka Arin.

AR [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang