"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam!" Fakri yang baru saja tiba dari terminal, tersenyum pada Saida dan Bakri yang menyambutnya. Fakri tersenyum mengucapkan terima kasih pada bapak-bapak yang mengantarnya pulang, bapak itu berucap sama-sama kemudian berlalu bersama motornya.
"Kenapa lama Fak?" tanya Bakri menyambut tangan Fakri. Fakri tersenyum setelah mencium punggung tangan Saida.
"Iya bah, tadi di terminal ada kecelakaan kebetulan warga kampung sebelah dan temannya anak Pak Kades, jadi Fakri sekalian ikut mengantar ke rumah sakit."
"Innalillahi.. baik-baik saja kan keadaan nya nak?" tanya Saida.
"Alhamdulillah baik-baik saja mak, cuman luka-luka sedikit. Anak Pak Kades juga ngga jadi berangkat ke Bandung." jawab Fakri yang lalu diangguki oleh Bakri dan Saida. Fakri lalu mengerut mendengar ramai-ramai dari dalam rumahnya.
"Ada tamu ya bah?" Bakri menganggukkan kepalanya.
"Iya. Sahabat mamak sama om Khairul, sama anaknya juga loh Fak." ucap Saida menjawab Fakri.
Fakri tersenyum lalu mengangguk saja. Lantas mereka bergerak memasuki rumah, mengucapkan salam yang dibalas oleh Indah, Khairul dan Sahna serempak.
"Fikri mana bah, belum pulang ya?"
"Sudah lama pulang, bareng sama abah. Dia lagi dikamarnya, tadi ada yang menelpon." ucap Bakri.
"Fakri, ini kenalin Sahna. Sahna ini anak mamak, namanya Fakri, dia ini lahir duluan dari Fikri jadi bisa dibilang dia kakaknya." Fakri tersenyum tipis kemudian menggabungkan kedua tangannya menatap Sahna.
"Kembar ya mak?" tanya Sahna membuat Saida dan semua orang terkekeh.
"Iya kembar, tapi ngga identik jadi kamu ngga susah bedainnya." ucap Saida. Sahna mengangguk lalu melihat Fakri yang menatap pada Saida dengan senyuman manis laki-laki itu.
"Fakri, sudah pulang?" tanya Fikri yang sudah ikut bergabung.
"Iya Fik. Oh ini, ada surat dari Fasha buat kamu," Fikri menerima kertas putih dari tangan saudaranya itu. Fakri tersenyum dan mengucapkan mohon maaf karena mau kekamar untuk bersih-bersih.
Sahna menatap dua saudara yang berada dihadapannya, dua-duanya sama-sama tampan, sama-sama seorang Ustadz yang baik dan sopan serta ramah, Sahna yakin kedua saudara itu juga sangat menyayangi dan mencintai kedua orangtuanya, mereka juga terlihat saling menyayangi dan perhatian satu sama lain. Terlihat dari Fakri yang mengambilkan nasi untuk Fikri dan Fikri dan menuangkan kuah sayur labu kedalam piring Fakri. Semua pergerakan Fakri dan Fikri lantas tidak luput dari mata Sahna. Sahna tersenyum, apakah salah satunya adalah jodohnya, semoga saja, doanya dihati.
'Sahna sayangku, baru dua hari kamu pergi aku udah kangen!'
Sahna tertawa melihat para sahabatnya yang berada diluar negeri itu, Sahna terkikik melihat salah satu sahabat lainnya yang merebut layar itu dan menampakkan wajahnya. Jangan salah, bukan berarti sahabat Sahna itu orang yang berbahasa asing karena dari luar negeri, para sahabatnya itu juga orang Indonesia yang sangat kebetulan atau tidak menjadi sahabatnya sejak ia mulai menetap di luar negeri untuk kuliah, dan lagi ternyata mereka satu universitas dan akhirnya sampai sekarang persahabatan itu terjalin.
'Sahna kapan nih kamu kesini lagi?'
"Ngga tau Wen, mungkin bulan depan atau ngga lagi kesana?"
'Yahh kenapa Na? Kamu mau nikah, atau apa?'
"Ngga Liy, aku kasian sama mama aku, jadi aku rencananya mau menetap di Indonesia dan cari kerja disini sekaligus nemenin mama sama papa aku disini."
'Bakal sepi dong kalau kamu disana. Seengganya kamu ada mau kesini ngga?'
"Kayaknya ngga ada deh, Wen. Tapi nanti aku kabarin kalian lagi kok, nanti aku telpon kalau mau kesana."
'Oke-oke kita tunggu ya Na. Semoga aja kamu kesini lagi walaupun cuman liburan. Oh iya, kita mau pergi dulu nih, mau belanja bahan bulanan di apart abis hehe, kan biasanya kamu yang belanja, sekarang ngga ada kamu, kita-kita harus mandiri, sekalian sih cuci mata liat yang ganteng-ganteng.'
'Astaghfirullah Ana. Ini nih Na, ngga ada kamu sih yang ceramahin dia, kerjaannya dia setiap hari ngintilin dekan duda kita itu. Haha!'
'Iih apa sih Liy, fitnah deh. Siapa juga yang ngintilin.'
"Haha, udah-udah nanti berantem loh. Aku juga mau udahan nih, nanti kita chattan aja ya." Sahna tersenyum mendengar seruan bersama sahabatnya itu. Lalu Sahna mematikan handphonenya. Rasa rindunya kepada sahabat-sahabatnya itu akhirnya sedikit terbayarkan walau hanya lewat video call saja tetapi Sahna sangat bersyukur sahabatnya disana baik-baik saja.
"Sahna, maaf. Kamu dipanggil sama tante Indah." Sahna mengerjapkan matanya, tersenyum kecil, Sahna berdiri satu meter dari jaraknya dan Fakri.
"Terima kasih Fakri."
"Sama-sama." Sahna menundukkan kepalanya menutupi rona merah dipipinya. Senyum Fakri sangat tidak sehat untuk jantungnya yang tiba-tiba saja berdetak kencang.
Apa ini pertanda.
BERSAMBUNG
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Ustadz Kembar (SELESAI)
General Fiction" Cover by @RahmatunNufus3 " Diantara sebuah tirai kita terpisah antara laki-laki dan perempuan. Hukumnya haram saat sentuhnya menghalalkan segala cara agar memalingkan wajah menatap sinarnya yang cantik. Menghitbah diantara shalat tahajud sepertiga...