"Mas."
"Iya sayang?"
"Aku mau sate, satu tusuk." Fikri menganggukkan kepalanya. Mengusap perut Fasha yang sedikit membuncit karena kehamilannya. Setelah lima bulan Sahna hamil, Fasha pun ikut menyusul kehamilannya. Dan sekarang usia kandungan Fasha sudah dua bulan dan Sahna sudah tujuh bulan, dua bulan lagi Sahna akan melahirkan.
"Abang!" seru Sahna dengan berjalan membawa perutnya menuju Fakri yang duduk disamping Fikri.
"Iya Sahna." Fakri membawa istrinya itu duduk disampingnya.
"Aku mau minum kuah asam udang, bang." Fakri mengernyit lalu melihat pada Fikri dan Fasha.
"Abang."
"Iya-iya. Nanti kita beli ya," entah mau beli kemana yang penting cari saja dulu, sekarang jaman sudah modern sudah canggih apapun pasti ada didunia ini. Demi kebahagiaan istri dan calon anaknya.
"Maunya sekarang bang." Sahna menarik-narik tangan Fakri, suaminya itu dengan sigap memeluk pinggang Sahna takut mereka terjatuh dan membahayakan kandungan Sahna.
"Aku juga mas. Maunya sekarang." kata Fasha ikut-ikutan menarik tangan Fikri.
Kedua perempuan itu terus menarik tangan suami mereka, sampai sebuah suara menghentikan aksi tarik menarik itu. Sahna mencebikkan bibirnya lalu berjalan cepat menuju Indah dan menangis, begitupun dengan Fasha yang melepaskan tangan Fikri lalu berlari memeluk Qori.
"Mama."
"Ibu."
"Abang jahat."
"Mas Fikri jahat."
Fakri dan Fikri sama-sama tertawa diikuti tawa Bakri, Saida, Khairul dan Ridwan. Mereka menatap Fasha dan Sahna yang masih menangis didalam pelukan sang ibu.
"Mak, Sahna ngidam kuah asam udang. Mamak bisa bikin ngga," Saida tersenyum pada Fakri, mengangguk mantap. Sudah lama ia tidak memasak kuah asam. Dulu, saat masih kecil Saida sering dimasakkan kuah asam oleh almarhum ibunya dengan berbagai macam-macam kuah asam, ada asam sayur, ikan, udang, sampai ayam juga ada. Dan sekarang menantunya mengidamkan makanan itu, Saida sangat senang.
"Iya mamak bikinkan. Fikri, istri kamu mau makan apa?" Fikri menatap Saida.
"Cuman mau sate mak, satu tusuk saja. Nanti biar aku keluar carikan,"
"Mas Fikri."
"Iya sayang." Fasha kembali pada Fikri memeluk suaminya itu erat.
"Mau sate nasi."
"Huh?"
"Tuh tuh kan. Aduh-aduh menantu - menantu kesayangan mamak," gemas Saida mengusap kepala Fasha dan Sahna.
Sahna juga kembali pada Fakri, duduk dipangkuan Fakri memeluk leher suaminya itu dan menenggelamkan wajahnya kedalam ceruk leher Fakri. Fakri tersenyum geli menatap tak enak pada semua keluarga yang hanya menggelengkan kepala melihat tingkah manja kedua ibu hamil itu.
"Sahna ngga jadi kuah asam udang bang." ucap Sahna.
"Terus mau apa?" tanya Fakri lembut.
"Mau makan abang."
"Apa Sahna?" Sahna mencebikkan bibirnya.
Cup
"Ayo bikin anak bang." semua yang disana tertawa mendengar penuturan Sahna. Fakri menggelengkan kepalanya berdecak gemas pada istrinya itu.
"Kan udah jadi, Sahna." usapnya pada perut Sahna. Sahna memalingkan wajahnya merajuk, menatap Indah dan Khairul berkaca-kaca.
"Yaudah yaudah kita bikin." Sahna memekik senang langsung menarik tangan Fakri menuju kamar mereka dirumah Indah dan Khairul itu.
Semua yang melihat tingkah Sahna masih tertawa, Saida menggelengkan kepalanya mengusap air yang jatuh disudut matanya.
"Ada-ada saja menantu ku." kata Saida mendapat kekehan semua orang.
Fasha dan Fikri lalu saling menatap. Fasha mengerjapkan matanya memeluk leher Fikri.
"Fik Fik, cepet tuh bawa istrimu kekamar." Fikri tertawa kecil lalu menganggukkan kepalanya pamit pada Bakri, Saida, Indah, Khairul, Qori dan Ridwan yang sudah terkekeh geli melihat mereka.
"Anak-anak kita."
BERSAMBUNG
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Ustadz Kembar (SELESAI)
Художественная проза" Cover by @RahmatunNufus3 " Diantara sebuah tirai kita terpisah antara laki-laki dan perempuan. Hukumnya haram saat sentuhnya menghalalkan segala cara agar memalingkan wajah menatap sinarnya yang cantik. Menghitbah diantara shalat tahajud sepertiga...