Sudah satu tahun berlalu, hari ini tepatnya bulan januari tanggal 3 hari kamis, keluarga Bakri akan bergerak menuju kerumah orangtua Fasha. Niat Fikri akhirnya terlaksana, setelah menjalani ta'aruf yang cukup lama, laki-laki itu kini sudah mantap untuk melamar Fasha sebagai istrinya. Fikri dan Fasha sempat bertemu beberapa kali, itupun hanya sekedar berpapasan dijalan tanpa banyak berbicara hanya sejenak mengucap salam dan selesai, dan selebihnya mereka hanya bersapa lewat surat seperti jaman dulu.
Fakri menemani Fikri selalu, Fakri tepat berada disisi Fikri seperti saat ini mereka sudah sampai dipekarangan rumah Fasha. Bakri dan Saida yang berjalan didepan menyambut hangatnya pelukan orangtua dari Fasha. Kemudian Fakri dan Fikri menyusul mencium punggung tangan kedua orangtua Fasha.
Suasana diruang tamu saat ini cukup menegangkan, apalagi untuk Fikri yang sedari tadi terus berdoa didalam hati meminta pada yang kuasa diperlancar semuanya.
Tidak lama Fasha datang digandeng oleh ibunya. Fasha memberikan senyuman manis pada semua keluarga Fikri, Fikri menghembuskan nafasnya pelan, tidak menatap Fasha, ia takut akan jatuh kedalam zina mata. Sebelum ia benar-benar menghalalkan Fasha sebagai istrinya.
Lalu semua sudah lengkap berkumpul diruang tamu. Bakri dengan penuh wibawanya kemudian menyampaikan niat mereka datang kerumah orangtua Fasha tersebut.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.."
"Pak Ridwan dan Ibu Qori. Sebenarnya maksud dari kedatangan saya dan sekeluarga kesini, ingin menyampaikan niat putera saya Fikri untuk melamar putri bapak. Saya mewakili putera saya untuk menjadikan Fasha sebagai istri dunia akhirat untuk Fikri. Jadi, nak Fasha bersedia engkau menerima lamaran Fikri, anak saya?" Fasha meremas tangannya. Fasha tersenyum melihat Ridwan dan Qori yang juga tersenyum menganggutkan kepala mereka.
"Bismillah.. saya, bersedia abah. Saya menerima lamaran Mas Fikri." Fikri tersenyum berbahagia dihatinya. Matanya menatap sebentar Fasha yang sudah menitikkan airmatanya.
"Alhamdulillah." ucap semuanya serempak. Fakri lalu dengan erat memeluk bahu Fikri dan mengucapkan selamat pada Fikri.
Bakri dan sekeluarga sudah kembali kerumah mereka. Fakri tersenyum menatap handphonenya yang berdering, Sahna menelpon nya mungkin ingin menanyakan tentang lamaran Fikri.
"Assalamualaikum Fakri."
"Waalaikumsalam Sahna. Apa kabar kamu?"
"Alhamdulillah aku sehat. Kamu gimana, sehat kan? Aku kangen sama kamu Fak."
Fakri tidak menutupi rasa senang dihatinya itu mendengar guyonan kangen Sahna padanya. Perempuan itu sekarang sedang berada diluar negeri untuk memberikan undangan pernikahannya dan Fakri kepada sahabatnya disana. Ya, satu tahun lalu niat Fakri yang hendak melamar Sahna dua tahun lagi harus dihapuskan. Fakri tidak bisa berlama-lama menunggu sampai dua tahun padahal dia sendiri yang mengatakan seperti itu, bilang saja kalau Fakri itu tidak konsisten. Karena ia dengan tegas meminta Bakri dan Saida melamarkan Sahna untuknya. Dan syukurlah disetujui oleh Indah dan Khairul walau sempat ada halangan karena Sahna yang masih mau mengenal Fakri. Tapi akhirnya dengan bujukan Indah dan segala macam ancaman Indah mengatakan bahwa Fakri akan mencari perempuan lain kalau Sahna tidak segera menerima lamaran laki-laki itu. Tentu saja, Sahna sangat takut bahkan perempuan itu sampai menelpon Fakri dan menjawab iya dengan keras.
"Aku juga alhamdulillah sehat. Iya aku juga, sudah kamu berikan semua undangannya pada sahabatmu?"
"Sudah dong. Mereka semua kaget dan ngga percaya, iyalah aku balik kesana malah bawa undangan. Oh iya, mereka penasaran sama kamu, aku tunjukin muka kamu ke mereka, ngga papa kan."
"Iya ngga apa-apa. Tapi aku ngga mau tanggung jawab nanti?"
"Maksudnya?"
"Iya. Kalau sahabat kamu naksir sama aku." senyum Fakri diakhir kalimatnya.
"Fakri. Ngga akan aku biarin mereka naksir kamu. Ish, kamu jangan bicara gitu."
"Iya maaf ya. Kamu sudah makan belum?"
"Iya dimaafkan. Sudah, kamu?"
"Iya sudah."
"Fakri."
"Iya Sahna?"
"Gimana lamaran Fikri, lancar kan?"
"Alhamdulillah lancar, dua bulan lagi pernikahannya."
"Waahh selamat ya, aku titip salam salam Fikri, abah sama mamak."
"Iya nanti aku salamin. Sahna, aku mau berangkat ke masjid dulu ada ceramah di masjid, aku yang mengisinya. Nanti aku sms kamu."
"Iya Fakri. Hati-hati dijalan ya, aku tunggu."
"Iya. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Fakri tersenyum lalu memasukkan handphonenya kedalam kantong baju kokonya, lantas segera bergegas menuju ke masjid.
BERSAMBUNG
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Ustadz Kembar (SELESAI)
General Fiction" Cover by @RahmatunNufus3 " Diantara sebuah tirai kita terpisah antara laki-laki dan perempuan. Hukumnya haram saat sentuhnya menghalalkan segala cara agar memalingkan wajah menatap sinarnya yang cantik. Menghitbah diantara shalat tahajud sepertiga...