Hebohnya Para Ustadz

875 84 0
                                    

Fikri memanggil istrinya Fasha, terlihat Fasha yang masih memakai gaun tidur sambil mengucek matanya melihat kearah suaminya yang dengan gerakan cepat langsung menghampirinya dan memeluk pinggangnya.

"Sayang, kita kerumah sakit sekarang."

"Huh? Ngapain mas, aku masih lama lahirannya." ucap Fasha mengusap perutnya.

"Sayang, Sahna dirumah sakit, dia mau lahiran malam ini. Ayo kita susul, semuanya udah disana."

"Apa? Serius mas. Ayok mas ayo, cepetan." Fasha menarik kuat tangan Fikri baru sampai dipintu rumah. Fasha meringis memegangi perutnya.

"Mas. Anak Fasha mau keluar!"

"Apa?! Sayang, ayo kerumah sakit." dengan sigap Fikri menggendong Fasha dan sedikit berlari keluar rumah.

Dirumah sakit. Suasana sedikit menegangkan, Fakri yang berada didalam ruangan tidak pernah absen merapalkan zikir dan doa untuk istri dan calon anaknya. Dan Fikri yang berada diluar dengan lembut menenangkan sang istri yang kesakitan karena kontraksi diperutnya.

"Mas Fikri."

"Iya sayang. Masih sakit, kata dokter kamu masih belum mau lahiran, sakitnya cuman wajar." ucap Fikri mengelus lembut dan mengecup perut Fasha.

"Mas, Fasha mau foto sama Sahna."

"Apa sayang?"

"Kamu ngidam Fasha?" Fasha menatap Qori, dengan perlahan ia menganggukkan kepalanya mencebikkan bibirnya.

"Sayang, Sahna lagi didalam nggak bisa kita masuk."

"Ngga mau. Aku mau foto sama Sahna sekarang mas." ambeknya lalu memalingkan tubuh membelakangi Fikri.

Fikri mengusap wajahnya, ia melihat pada Bakri, Khairul dan Ridwan yang tersenyum geli. Lalu menatap pada Saida, Indah dan Qori yang memberikan senyuman semangat.

Tak jauh berbeda dari luar ruangan, didalam Sahna menangis mencubiti lengan Fakri, Fakri yang hanya pasrah memejamkan matanya menahan sakit terkena kuku istrinya itu.

"Abang, aku mau pup."

"Iya, sebentar Sahna, kata dokter masih belum bisa."

"Abang, aku nggak tahan. Abang! Ih ih."

"Sabar ya sayang, sabar. Istighfar Sahna istighfar. Astagfirullah.."

"Bapak, bisa saya periksa dulu ibunya."

"Iya dok iya silahkan." Fakri menggeser tubuhnya membiarkan dokter memeriksa Sahna.

"Persalinan bisa kita mulai sekarang pak. Sus?" suster yang berada disamping dokter itu dengan patuh langsung menyiapkan segala perlengkapan bersalin. Fakri menggenggam tangan Sahna mengecup kening Sahna lama. Membisikkan doa ditelinga istrinya itu.

Setelah melewati persalinan yang menegangkan. Akhirnya Sahna bisa bernafas lega. Perempuan itu tersenyum geli melihat pada Fasha yang duduk dikursi samping brankar nya.

"Mas Fikri itu jahat. Aku tuh lagi ngidam nggak dikabulin sama dia. Gimana nggak kesel," kata Fasha mendumel.

"Fasha ih sama suami sendiri. Ya iyalah Fikri nggak ngabulin, masa kamu mau foto sama aku pas aku lagi berjuang melahirkan anak aku, yang ada aku gigit kamu."

"Sahna.." Sahna terkekeh mengusap bahu Fasha.

Tidak lama dua laki-laki memasuki ruangan, Fakri yang tersenyum manis menatap Sahna, ditangannya menggendong bayi mungil yang sudah bersih dibalut kain.

"Abang, anak kita."

"Anak kita, Sahna. Mirip sama kamu," Sahna mengusap pipi merah bayinya itu, bayi mereka laki-laki namun sangat mirip dengan Sahna hanya rambut saja bagian untuk Fakri.

"Sayang." Fikri menghampiri istrinya, mengusap perut Fasha.

"Maafkan aku ya.." Fasha mencebikkan bibirnya. Lalu tiba-tiba perempuan itu memeluk Fikri walau tidak bisa terlalu dekat karena perutnya yang besar.

"Maaf ya mas. Hiks.."

"Ssstt ngga apa-apa sayang." usap Fikri pada kepala Fasha.

"Mas. Aku mau pisang keju."

"Iya-iya kita beli." Fikri menggenggam tangan Fasha. Menatap pada Fakri dan Sahna yang tersenyum menatapnya.

"Fakri, Sahna. Aku keluar dulu mau mengabulkan keinginan anakku." Fakri terkekeh menganggukkan kepalanya.

Fakri dan Sahna tersenyum saling menatap. Setelah membalas ucapan salam Fikri dan Fasha. Sahna menatap wajah bayi mungil yang dipelukannya, bayi itu sedang meminum susu asinya dengan rakus, Sahna meringis lalu tertawa kecil mencubit pipi merah anaknya.

Fakri tersenyum lebar, memandang istri dan anaknya yang begitu ia cintai serta sayangi.

"Ayah mencintai kalian." ucap Fakri. Sahna mendongak merona pipinya.

"Kami juga mencintai ayah. Ayah Ustadz."






SELESAI

Ustadz Kembar (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang