"Fakri." Fakri menoleh sebentar pada Sahna yang tiba-tiba memanggilnya. Mereka berdua sekarang sedang berjalan-jalan disekitar kawasan rumah Sahna, sebenarnya tidak berdua, ada banyak orang yang berlalu lalang ditempat itu dan membuat Fakri merasa aman.
"Iya Sahna?"
"Aku mau bicara jujur sama kamu,"
"Bicara apa?"
"Ini tentang aku, aku dulu itu sebenarnya pernah pacaran, aku juga pernah saling bersentuhan dengan laki-laki yang bukan mahram ku tapi hanya sebatas tangan.. aku jujur sekarang sama kamu, aku ngga mau menutupi apapun rahasia ku, kamu berhak tahu."
"Sahna, maaf kita kan belum menikah. Saat ini aku masih laki-laki asing untuk kamu, dan kita tidak akan tahu masa depan seperti apa nantinya. Jaga rahasia kamu, jangan mudah membeberkan nya pada laki-laki lain ataupun orang lain, itu privasi kamu." ucap Fakri yang berada satu meter dari Sahna.
"Tapi aku sudah yakin Fak, sama kamu." Fakri tersenyum menganggukkan kepalanya.
"Kalau begitu aku tidak bisa menghalangi kamu lagi. Itu hak kamu,"
Sahna tersenyum merona, mereka masih berjalan walau tidak saling dekat. Sahna terus mengajak Fakri untuk berbicara, mereka kadang membahas tentang hobi atau kisah saat dulu, makanan dan minuman favorit sampai surah Al-Qur'an yang paling disukai.
"Fakri."
"Iya?"
"Aku boleh tanya tidak?"
"Boleh."
"Dulu, apa kamu pernah dekat dengan perempuan lain?" Sahna deg-degan menunggu Fakri menjawab. Laki-laki itu tersenyum melihat kearah anak-anak yang sedang bermain lompat tali dengan tawa mereka.
"Tidak pernah. Tapi.. ada satu perempuan yang sangat aku sayangi dan cintai sampai aku tutup usia nanti." Sahna merasakan buram dimatanya, jawaban Fakri membuatnya cemburu.
"Fakri, kamu kalau jawab yang benar. Kalau bilang tidak pernah, tapi kamu bilang ... akh, Fakri!" Fakri mengernyit dalam melihat Sahna yang nampak frustasi.
"Sahna. Jangan cemburu..."
"Bagaimana aku tidak cemburu, aku cemburu dan marah. Kamu mempermainkan aku Fak," Fakri tersenyum melihat Sahna yang mengusap airmata dipipinya.
"Kamu jangan cemburu, perempuan itu sangat berharga untuk aku Sahna..."
"Fakri. Udah cukup." rasanya Sahna ingin menenggelamkan dirinya ke laut saja daripada mendengar kalimat Fakri yang membuat hatinya remuk.
"Masa kamu cemburu sama calon mertua kamu." Sahna seketika terdiam, mengangkat wajahnya menatap Fakri yang menatap kearah lain.
"Maksud kamu?"
"Mamak aku, perempuan itu mamak."
"Fakri. Kamu makanya kalau bicara itu jangan berbelit coba, aku kan jadi salah paham."
"Maaf. Kamu selalu memotong ucapan aku Sahna, kamu tidak mengijinkan aku untuk menyelesaikan ucapan ku," Sahna menundukkan kepalanya.
"Maaf Fakri."
"Sudah. Sebaiknya kita kembali kerumahmu, kamu harus banyak istirahat. Aku juga harus pulang nanti keburu malam." Sahna tersenyum mengangguk cepat.
"Eh?" Sahna meruntuki tangannya yang tiba-tiba saja melayang kearah tangan Fakri. Untung saja laki-laki itu dengan cepat menahannya sebelum tangan mereka bertautan.
Mereka sampai didepan rumah Khairul, Sahna yang langsung pamit menuju kamarnya tidak lagi menoleh pada Fakri. Saking merasa malu karena tercyduk hendak menggenggam tangan Fakri.
Fakri tersenyum dalam hati. Kalau sudah halal, tidak akan Fakri lepaskan perempuan itu.
Sebentar berbincang dengan Khairul dan Indah, Fakri lalu berpamitan pulang ke kampung Seri, sudah terlalu lama ia dikota dan lagi menghindari jalanan dimalam hari, berjaga-jaga saja karena dia sendirian berkendara.
Indah memanggil Sahna untuk turun karena Fakri akan kembali ke kampung. Sahna lalu turun sekarang perempuan itu hanya memakai baju tidur lengan panjang dan jilbab instan dikepalanya.
"Om tante, aku pulang dulu."
"Iya Fakri, salam sama abahmu ya. Nanti kapan-kapan kami akan ke kampung mengunjungi abah dan mamakmu." Fakri mengangguk. Lalu Indah memberikan tas besar yang didalamnya ada semacam buah-buahan dan kue kering.
"Oleh-oleh untuk mamakmu dan abah juga Fikri."
"Terima kasih tante. Jadi ngerepotin nih."
"Haha, sama-sama, ngga ngerepotin Fak. Makasih juga ya udah mau jenguk Sahna, dia emang manja banget kalau lagi sakit."
"Iih, mama." Indah tersenyum geli melihat Sahna yang menundukkan wajahnya malu.
"Iya tante sama-sama juga." Fakri beralih sejenak pada Sahna.
"Aku pulang. Jangan sakit lagi Sahna."
"Emang kenapa?"
"Aku khawatir."
Deg.
BERSAMBUNG
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Ustadz Kembar (SELESAI)
General Fiction" Cover by @RahmatunNufus3 " Diantara sebuah tirai kita terpisah antara laki-laki dan perempuan. Hukumnya haram saat sentuhnya menghalalkan segala cara agar memalingkan wajah menatap sinarnya yang cantik. Menghitbah diantara shalat tahajud sepertiga...