Kita Ta'aruf Saja

1K 100 0
                                    

Hari ini keluarga Khairul akan pulang kerumah mereka. Sekarang Indah dan Saida sedang memeluk satu sama lain, Saida melepaskan pelukannya lalu menatap Sahna dan memeluk Sahna erat.

Bakri dan Khairul pun sedang memeluk ala laki-laki, Bakri menepuk bahu Khairul lalu menyuruh Fakri dan Fikri menyalami Indah dan Khairul.

"Fakri, sebenarnya tante sungguh-sungguh ingin kamu dan Sahna menikah. Tapi tante dan om juga ngga mau maksa kamu, seandainya saja kamu mau kita bisa bertahap saja menjalaninya." ucap Indah. Fakri menatap wajah Bakri dan Saida. Terlihat kerut diwajah itu sudah sangat nampak dipandang.

"Iya Fak, kalian juga banyak yang mau menjadikan kalian suami mereka, banyak yang datang untuk melamar kalian untuk anak perempuan mereka. Tapi, kalian berdua malah menolak, ada apa Fakri, Fikri? Apa kalian sudah ada calon sendiri?"

Fakri menoleh menatap Fikri yang juga alih menatapnya.

"Semuanya cantik-cantik dan baik," ujar Fikri, sang adik yang terlahir terakhir.

"Tapi kita berdua hanya mau, istri kita juga kembar." sambung Fakri.

"Astaghfirullah. Fakri, Fikri!"

Fakri tersenyum lalu melihat Sahna yang menundukkan kepalanya.

"Tapi.. kalau memang jodoh, Sahna akan aku jadikan istriku. Tapi tidak sekarang, aku ingin ta'aruf seperti Fikri dan Fasha. Setidaknya dua tahun cukup untuk aku mengenal dan memahami Sahna, begitupun Sahna."

"Tapi tadi kamu bilang cuman mau yang kembar. Fikri juga..."

"Mak, dulunya memang gitu. Tapi sekarang tidak. Maaf kalau Fikri tidak memberitahukan tentang Fasha sama mamak dan abah, Fikri hanya ingin memastikan lagi benar-benar pilihan Fikri. Dan Alhamdulillah Fikri mendapatkan jawabannya, Fikri akan melamar Fasha awal tahun depan."

Fikri memeluk Saida yang sudah menangis, Bakri tersenyum mengusap punggung Fikri.

"Jadi tidak ada perjodohan?" semua mata tertuju pada Sahna yang melihat kepada Fakri dan Fikri.

"Tidak. Kita ta'aruf saja Sahna. Mau?" Sahna tersenyum merona, ia menenggelamkan wajahnya kedalam punggung Indah. Malu. Membuat semua disana tertawa geli.

Fikri mendekati kembarannya itu lalu memeluknya.

"Selamat ya Fak. Cepat menyusul."

"InsyaAllah. Kamu juga jangan hanya kata tapi buktikan dengan nyata."

Fikri menganggukkan kepalanya memeluk lebih erat Fakri.

Indah melambaikan tangannya pada Saida dan Bakri, mobil yang dikemudi oleh Khairul pun berlalu meninggalkan pekarangan rumah Bakri sekeluarga.

"Alhamdulillah mamak akhirnya punya menantu."

"Masih calon mak," Saida tersenyum kemudian memeluk kedua puteranya. Mengusap rambut Fakri dan Fikri, mengecupnya sayang.

"Terima kasih ya nak."

"Sama-sama mak." peluk mereka pada Saida. Bakri pun turut mengulas senyumnya, ada rasa bahagia juga dihatinya. Walau sebelumnya ia sudah mewanti-wanti kalau Fakri atau Fikri menolak Sahna, Fikri yang rupanya menolak karena laki-laki itu sudah memiliki calon sendiri. Dan Fakri yang lantas menerima walau lewat ta'aruf.

Hari sudah berlalu senja, Fakri dan Fikri berjalan menuju ke masjid untuk menunaikan shalat maghrib. Ditengah jalan Fikri mengajak saudaranya itu yang sedang bersenandung kan shalawat untuk mengobrol.

"Menurut kamu Sahna itu bagaimana Fak?" Fakri berhenti bershalawat. Langkahnya bergerak pelan.

"Dia perempuan yang cantik,"

"Terus?"

"Baik, manis, sopan."

"Kamu menyukainya?"

"Rasa suka itu pasti ada, itu normal pada laki-laki ke perempuan. aku juga tahu kamu menyukainya kan." Fikri tersenyum miring, tertawa kecil.

"Aku itu nanya kamu, kenapa bawa-bawa aku."

"Aku menyukai Sahna, tapi belum mencintainya. Doakan saudara mu ini, semoga yang kuasa cepat-cepat menggerakkan hatiku dan memberikan sepenuhnya untuk Sahna, satu-satunya perempuan yang akan aku nikahi dan dekap dalam pelukanku."

"Amiinn. Allah mendengar doamu."





BERSAMBUNG
...

Ustadz Kembar (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang