BAB 4

1.6K 188 9
                                    

Ketika dirimu telah di sakiti
Maka kamu tak akan
Sama lagi

-HELP ME-

Wajah Jihan semakin pucat, segala macam pikiran memenuhi otaknya. Ingin pergi menuju rumah sakit, akan tetapi hatinya menolak.

Takut. Jika itu adalah penyakit yang besar, akhir-akhir ini Jihan lebih banyak diam.

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan, Jihan dengan cepat membukakan dan terlihatlah ibunya yang melotot tajam.

"Kamu dari mana saja? Apa sudah tuli sekarang?!"

"Dari tadi Ibu di sini berdiri, apa kamu sengaja tidak mendengarkan Ibu?!"

"Dasar anak durhaka!" Perempuan paruh baya itu masuk dengan menghentakkan kaki, kesal.

"Maaf Bu, tadi Jihan beneran tidak dengar kalau Ibu mengetuk pintu."

"Halah, alasan! Sana buatkan Ibu makanan!" Jihan mengangguk patuh, sayur tadi sore yang ia masak masih bersisa. Sengaja untuk sang ibu jika pulang.

Jihan berdiri menghadap Tari--ibunya, menautkan kedua jari karena sedikit takut. Melihat gelagat Jihan, Tari merasa terganggu.

"Bu ... ehm, Ji-jihan bo--"

"Uang? Tidak ada! Dan jika pun ada, Ibu tak akan memberimu sepeser pun!"

"Tapi Bu, sekarang aku aku sangat membutuhkan uang," ucap Jihan pelan, Tari menatap Jihan murka.

"Kalau mau cari alasan itu yang bagusan dikit kek!  Kalau begitu Ibu bisa pertimbangkan. Walaupun Ibu tidak akan pernah memberimu uang!"

"Ini untuk membayar uang bulanan, Bu."

"Dasar sekolah sialan! Selalu menyusahkan orang, panggil gurumu untuk datang ke rumah! Atau Ibu tidak akan memberimu uang."

"Tapi tid--" Tari mencekik leher Jihan, hingga gadis itu tidak dapat melanjutkan omongannya. Air mata turun, namun Tari tidak sedikit pun merasa kasihan.

"Kamu itu anak pembawa sial! Selalu menyusahkan, anak penghambur uang!"

"Mengapa aku harus melahirkan anak seperti kamu! Seharusnya kamu mati saja, agar bebanku berkurang!"

-HELP ME-

Hari dengan cepat berganti, menimbulkan rasa senang di hati tapi tidak dengan Jihan. Setiap pagi dia akan datang ke neraka keduanya setelah rumah, tempat di mana para iblis berkumpul dan menyiksanya.

Jihan berjalan secepat yang ia bisa, dan hari ini juga memutuskan untuk pergi ke rumah sakit.

"Siput!" Jihan berhenti, gerbang sekolah hanya tinggal beberapa langkah lagi. Melihat ke belakang, Abian berdiri dengan tangan melambai mengarah ke arah Jihan.

"Tungguin!" Jihan berdecak malas, sembari terus berjalan walau pelan. Abian itu ketua OSIS yang dulunya Jihan berpikir cool, ramah, dingin dan tidak pecicilan. Karena imagenya mengatakan semua itu.

Tapi, lihat sekarang. Abian itu menyebalkan, banyak omong, banyak tanya dan selalu saja membuat Jihan sakit kepala.

"Kamu lebih baik, jauh-jauh dari aku."

Help Me || TAMAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang