BAB 15

1.1K 110 11
                                    

Sekarang bukan lagi perihal waktu.
Mau cepat ataupun lambat,
Jika hatimu menuju hanya kepada dia
maka aku bisa apa?

-Help Me-

sesosok dengan sepasang matanya yang kelam, menatap tajam kedua insan yang kini tertawa bahagia menatap senja di tepi pantai. Pupus sudah, harapannya hancur. Mau cepat ataupun lambat, jika seseorang yang ia cintai tidak mencintainya dia bisa apa?

Dia ... bisa menghancurkannya, benar. menghancurkan hingga titik terendah yang ia bisa. Dan jika diperlukan, melenyapkan Jihan akan ia lakukan. Ahh ... hanya demi Farel ia seperti ini.

Lelaki yang mampu membuatnya tersenyum-senyum sendiri, ketika melihat segala tingkah konyol yang sengaja ia perbuat. Betapa manisnya pemuda itu, sayang ... Farel lebih tertarik dengan Jihan.

Gadis menyedihkan, gadis dengan segala kehidupan mirisnya. Seakan-akan semesta saja tidak mengizinkannya untuk bahagia.

"Walaupun teman, jika soal perasaan. Aku sanggup membunuhmu," ucapnya dengan sunggingan senyum cerah.

-Help Me-

Bau-bau asap kendaraan yang menyesakkan dada sanggup membuat semua orang menutup hidung beserta mulutnya, bagi yang memakai masker merasa beruntung karena terselamatkan oleh asap hitam yang sangat tidak sehat.

Seorang gadis merasa jenuh, sedari tadi kendaraan yang  ia tuju masih belum terlihat. Cuaca menggelap, alamat hujan pasti akan turun membasahi jagat raya hari ini.

"Lama banget," ucap jihan pelan. Sedari tadi ia duduk tanpa siapapun di sampingnya. Tentu saja menunggu bus.

"Jaraknya jauh lagi ... apa jalan kaki aja, ya?" Monolognya, saat ini sangat enggan untuk sekedar menapaki aspal.

"Iya deh, jalan aja!" Hanya berbalut rok putih sepanjang betis, tas selempang tak lupa dengan rambut yang diikat.

"Seandainya saja, uangku cukup untuk membayar taksi. Ahhh cuma pangandaian!"

Benar saja, bulir-bulir air turun dengan perlahan. Aroma petrikor langsung menguap melewati hidung, sangat menenangkan buat Jihan. Akan tetapi tidak sekarang, Jihan harus segera berteduh dimanapun agar tubuhnya tidak basah kuyup.

"Dimana-dimana?!"

"Good!" Kaki mungil yang dipenuhi luka itu berlari ke gubuk tua di persimpang jalan, cukup sunyi ... menurutnya.

Bagaimana tidak? Hanya ada dirinya dan juga pohon beringin yang tampak menyeramkan di depan maupun kanan dan kirinya.

"Jihan, kamu harus tenang. Nggak ada masalah! Harus yakin, berdoa aja agar hujan cepat reda."

"Hujan! Cepat reda ya!" Teriaknya, jangan kaget jika gadis pendiam itu berteriak. Tempat itu sepi, tidak ada orang yang lewat. Walaupun di persimpangan karena hujan mungkin saja mereka enggan melewati jalan itu saat ini.

"Hujan nggak akan cepat reda," balas seseorang. Jihan terperangah, matanya membulat sempurna hingga menit berikutnya gadis itu tersenyum.

"Astaga Din! Buat aku kaget aja, ish!" ucap Jihan sedikit cemberut. Andini hanya cengengesan hingga raut wajah itu seketika berubah menjadi serius.

Help Me || TAMAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang