Aku bingung harus pilih apa,
Karena keduanya sama-sama
Menyakitkan
🌱<<♤>>
🎶
When somebody loved me
Everything was beautiful
Every hour spent together
Lives within my heartAnd when she was sad
I was there to dry her tears
And when was happy so was I
When she loved me
🎵Jihan tertunduk, menikmati alunan lagu sendu di bawah pohon mahoni sembari berhalu, menerawang ke masa depan untuk melihat senyuman sang ibu juga ayah, senyuman kebanggaan karena telah memiliki Jihan.
"Ketika seseorang mencintaiku, segalanya menjadi indah," ucap Jihan pelan, kemudian tertawa hambar. Siapa yang akan mencintainya?
"Ibu, ayah, sahabat? Ahh ... tepatnya bukan sahabat tapi iblis bertubuh manusia."
Gadis berambut kelam itu hendak bangkit, namun kembali meringis. Luka di jari serta kakinya masih basah, walaupun begitu tetap saja memaksakan. Hari sudah hampir gelap tapi ini belum waktunya pulang ke rumah. Jika pulang sebelum jam yang ibunya tentukan, maka siap-siap saja siksaan bak sinetron azab akan Jihan dapatkan.
Jihan tertawa miris, hingga bulir-bulir bening memenuhi kelopak mata. Ambruk, menjatuhkan diri ke atas tanah, lelah. Menjerit pilu, karena beban terlalu berat.
Memeluk kedua kaki, membenamkan wajah di antara kedua lutut. Jihan terisak.
"Cukup ...."
"Sudah cukup ... aku gak kuat lagi, lukanya belum sembuh dan sudah ditambah lagi."
"Ayah, aku butuh pelukan. Jihan lelah tolong ... tolong Jihan ayah," ujarnya pilu, sesak di dada belum juga hilang.
"Kenapa harus pergi, kenapa ninggalin aku sendiri kaya gini?!"
Suasana semakin sendu, angin bertiup sepoy-sepoy. Sesekali Jihan mengusap air matanya kasar. Tidak ada gunanya menangis, Jihan tau itu. Tapi rasanya sesak, kehidupannya terlalu berat.
"Tuhan ... doaku masih tetap sama seperti tiap harinya, semoga ibu berubah dan kembali menyayangiku ...."
-HELP ME-
Rabu, adalah hari yang selalu Jihan masuk 'kan ke dalam list neraka. Pertama rumah, sekolah dan ketiga adalah hari rabu.
Sangat menyedihkan, dengan cepat gadis itu memakai pakaian olah raga yang hampir usang. Sudah beberapa kali Jihan meminta kepada Tari agar mau mengganti pakaiannya. Beberapa kali juga Jihan hanya mendapatkan luka lebam yang semakin bertambah di tubuhnya.
Bagi segenap murid sekelas Jihan, mendapatkan pelajaran olah raga pada jam pertama adalah bonus, tidak ada panas dan matahari karena masih tergolong pagi.
Hari ini belajar mengenai bola basket, bagaimana cara memegang dan lainnya. Pak Tarno--selaku guru menjelaskan tentang bola yang berwarna orange tersebut. Tentang bagaimana cara memegang yang baik dan benar.
"Baiklah, Bapak sudah menjelaskan secara rinci cara memegang bola basket dan juga mempraktek 'kannya."
"Sekarang Saya mau, kalian semua melakukan pemanasan sebelum mencoba apa yang saya praktek 'kan tadi, setelah di coba saya akan menagmbil nilai kalian."
"Mengerti?!"
"Mengerti Pak!" jawab mereka semua dengan lantang, kecuali Jihan yang memelan.
Semua sibuk memegang bola dan melalukan perintah sang guru. Hanya Jihan yang melamun sambil menahan sakit di tangannya.
Terik matahari sudah mulai terlihat, kondisi Jihan sekarang demam. Tubuhnya lemas.
"Woi!" Seseorang memanggil, Jihan hanya diam. Karena 'tak merasa.
"Hey, anak miskin! Mulai tuli lo sekarang?!"
"A-aku?"
"Iyalah, elo! Emang di sini yang miskin siapa lagi?!" Kata-kata itu menusuk hati Jihan, sakit namun 'tak berdarah. Ingin memaki namun tidak berdaya.
"Iya, kenapa?"
"Sana, masukin bola-bola ke dalam keranjang!"
"Kenapa aku?"
"Karena kita-kita mau pergi ke kantin goblok!"
"Cuma masukin doang kok, gak susah! Jangan sok lemah deh lo!"
"Cepetan miskin! Jalan lo lama banget."
"Iya," balasnya lemah, sembari berjalan menjauhi gerombolan teman sekelasnya.
Jihan berjongkok, memegang satu persatu bola dan memasuk 'kannya.
Buaghk!
Brak!
"Hey! Jangan lempar ke aku."
"Emang kita peduli hah?!"
"Bola basket doang! Gak akan sakit anak haram, jangan lemah!"
Sekali lagi, Jihan berdiri untuk menghindar. Namun satu bola mengenai wajahnya.
"Aku mohon hentikan!" Jeritan Jihan tak di dengarkan.
"Hentikan, aku mohon!"
Mereka berhenti, menatap Jihan sinis. Berdecih.
"Cih! Dasar lemah."
"Kalian Iblis!" Gadis itu berlari kencang, menangis sesegukan.
"Lo anjiing!"
-HELP ME-
Jihan berlari menuju toilet, pukulan keras membuatnya pusing dan nyeri itu kembali datang.
"Sakit banget, aku harus gimana?" Perlahan tangannya membuka sedikit celana. Meraba cairan berwarna merah, sungguh itu bukan darah kotor.
Jadwal untuk datang bulan telah selesai, dan sekarang ia bingung dan bimbang harus bagaimana? Apakah harus tetap ke rumah sakit?
Maaf kalau gak nge feel ya
Maaf juga karena
pendek, lagi sibuk soalnya
😞
Besok aku up panjang
Insya Allah
Kuy tinggalkan jejak
Dengan
Vote
Komentar
Lovyu all💕💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Help Me || TAMAT
Teen FictionTentang Jihan yang hampir gila karena permainan semesta. "Vibes Jihan kek anak-anak haram gitu nggak sih? Upss ... canda anak haram!"