BAB 18

672 92 29
                                    

📽Gagal itu ketika lo 'nggak bisa jagain wanita yang berarti dikehidupan lo sendiri

.
.
.
Farel

Cinta itu jahat, benar-benar jahat. Buktinya sebuah hubungan persahabatan akan hancur begitu saja jika menyangkut tentang sebuah rasa.

Farel membenci kata "Cinta"

Cowok beralis tebal itu kini sedang murung, dengan sebuah cahaya matahari yang masuk lewat pentilasi-pentilasi kecil kamarnya. Ruangan ber cat hitam serta sedikit berantakan, ya, saat ini Farel sedang berada di titik terendah.

Hidupnya hampa, jiwanya setangah mati rasa. Matanya menatap kosong bola dunia yang terpampang besar di atas meja belajarnya.

"Han, kalau besar nanti kita jalan-jalan yuk?"

"Ayo, kita mau kemana?"  sahut Jihan antusias, saat ini mereka sedang bermain di halaman rumah Farel.

"Kemana aja, asal kamu suka. Kita nanti keliling duniaaa ... naik kapal terbanggg ... makan cokelat. Minta duit sama pesawat, nangkepin belut di sawah, kemana aja. Kemana aja yang kamu suka bakalan aku bawa."

Farel merasa gagal, melindungi sahabat yang paling ia sayang. Menjadi sahabat saja dia tak becus bagaimana bisa dia berharap agar Jihan menganggapnya lebih dari sahabat?

Lingkaran hitam di mata, begitu terlihat jelas. Farel frustasi, setiap saat otaknya memutar keadaan dimana Jihan terbaring lemah.

"Gue gagal Han, gua cowok yang ga pantes diakui sebagai sahabat lo. Maaf han maaf ...."

"Walau kata maaf engga bisa buat lo sadar hari ini, walau kata maaf engga bisa buat lo ngelupain semua rasa sakit yang lo rasain saat ini. Walau ... kata maaf engga bisa buat lo muter waktu untuk engga selalu nangis. Tapi, dari hati terdalam gue, gue bener-bener minta maaf karena sekedar ngejagain lo aja gue  udah gagal. Maaf Jihan ...."

"Gue emang cowo yang engga guna sama sekali, karena gagal ngelindungin wanita yang sangat berarti bagi kehidupan gue!"

-Help Me-

Degub jantung wanita di ujung pojok kantin, semakin memburu. Semenjak Jihan tidak masuk, hari-harinya selalu buruk. Tidak ada lagi yang menyebutnya sebagai siswi kebanggaan sekolah, atau para lelaki yang memujanya sampai melupakan sikapnya. Andini sangat risih sebenarnya, dengan pandangan-pandangan tajam yang menusuk. Seolah-olah ia merasa ditelanjangi begitu saja.

Walaupun begitu ia tetap tersenyum manis menatap layar gawainya. Menunggu rencana akhir dari patner yang kadang membohonginya dan selalu membuat darah Andini mendidih. Contohnya kejadian saat ini, untung saja sekutunya itu mempunya kartu AS-nya. Jika tidak, liat saja apa yang akan dilakukannya.

Walaupun sedari tadi, Andini ingin angkat kaki dari tempat yang dimana dulu adalah tempat favoritnya.

"Duh, liat-liat ada Andini tuh di sana. Ga punya malu banget anjir! Bisa-bisanya dia senyum-senyum kaya engga ngelakuin dosa!"

"Itu anak, emang ga punya otak banget gilakkkk sihhh!"

"Apa yang goodloking rata-rata emang gitu? Mentang-mentang cantik, jadi bisa semena-mena sama orang?"

"Cantik doang, engga punya otak sama urat malu buat apa!"

"CANDA CANTIKKKK!"

Andini mendengar itu semua, mendengar kalimat-kalimat pedas yang tertuju secara terang-terangan untuknya. Tidak sungkan-sungkan mereka menggosipi dirinya walaupun ada ia disana.

Akan tetapi, ahhh sudahlah. Toh Andini sudah kebal dengan itu gosip-gosip murahan itu.

Mereka-mereka itu cuma iri kan sama dirinya?

Andini yang cantik, otak yang pintar. Juga ... kaya, papa yang selalu memberinya fasilitas mewah yang mungkin sering diimpikan murid-murid lainnya.

Kurang apa lagi coba dia?

Hanya satu.

Yaitu cinta yang entah mengapa selalu menolak Andini dan malah membuatnya patah dan menjadi manusia paling menyedihkan.

"Pelan-pelan, Farel bakalan suka sama gue. Dan gue percaya itu."

-Help Me-

Terkadang cuma iri aja, walaupun perbuatan iri itu engga baik, aku engga bisa larang otak aku supaya engga iri. Suka sedih, ketika temen atau orang lain yang tiba-tiba cerita tentang keharmonisan keluarga mereka di depan aku yang ... dimana aku engga pernah ngerasain itu semua. Engga pernah ngerasain yang   ... mereka bilang kalau pelukan ibu itu hangat banget, kalau pelukan ibu adalah cara mereka untuk tenang dalam mengatasi keribetan yang disebabkan oleh faktor pendewasaan dan skenario semesta yang sedikit keterlaluan. Beda banget sama aku yang kalau untuk tenang aja harus nangis dikamar sendirian, harus nanganin ketidaktenangan dengan kalimat-kalimat kuat yang aku buat sendiri. Kalimat kalau aku bisa ngelewatin semua ini, kalimat kalau aku itu kuat walau sendiri, kalimat kalau aku itu selalu disayang ibu walau ibu mukul setiap harinya. Kalimat kalau ayah selalu rinduin aku di surga sana. Walau otak terus mikir, kenapa sih harus aku yang selalu dipukul ibuku sendiri sedangkan ibu temen-temenku meluk mereka dengan erat. Kenapa ibu mereka begitu perhatian sedangkan aku selalu dimaki tanpa alasan.

Kenapa ... kenapa harus aku Tuhan? Kenapa kehidupanku engga bisa kaya mereka yang bisa dipeluk ibu? Aku juga mau kaya gitu, ngerasain gimana rasa khawatir seorang ibu jika anaknya terluka. Bukan malah disumpah agar mati setiap harinya. Jihan juga pengen kaya mereka ... apa ga bisa? Kalau engga bisa banyak, Jihan juga terima walau dikit aja. Hanya ... sedikit aja kok, engga papa.

Catatan Jihan:
Untuk semesta, maaf ya
malam ini sedikit
lepas kendali:(

24 Januari 2021
22:52
Keadaan dimana ibu
Mukul aku lagi sampe
berdarah:)

Thanks for 5 bulan hiatus:)
Dan masih ada aja yang baca
Plus koment buat lanjut cerita ini:)

Sayang kalian banyak"👉💞
Ga tau kenapa, dan baru sadar udah 5 bulan aja. Xixixi ...
Makasih yang udah follow aku✍
Luvyu for readers;)

@Ruanghalu

Help Me || TAMAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang