BAB 7

1.5K 155 12
                                    

Orang asing, adalah hal yang sangat aku takutkan hari ini.
Karena perlahan-lahan akan timbul rasa ingin memiliki namun setelah  mengetahui maka ia akan
pergi

-HELP ME-

<<♤>>

"Kamu pulang aja, lagian sekarang udah larut banget. Aku juga udah di rumah." Abian terdiam, kakinya malas untuk melangkah meninggalkan Jihan sendirian. Gadis itu butuh pelukan dan tempat berkeluh kesah. Mereka berdiri di depan pintu saat ini, keadaan yang sepi mengharuskan Jihan agar mengusir Abian secepatnya.

"Gue mau nginep aja, di sini."

"Otak kamu di mana? Masih waras 'kan?" tanya Jihan sarkas, ia tidak ingin berlama-lama berbicara kepada orang asing. Jihan juga takut akan komentar pedas oleh para tetangganya yang nyinyirnya mungkin sudah level enam.

"Han, kondisi lo sekarang gak bisa di katakan baik. Lo gak bisa selamanya untuk tetap kelihatan kuat, gak bisa Jihan! Mungkin karena itu, Tuhan ngirim gue agar selalu berada di samping lo."

"Abian, aku baik-baik aja. Hal seperti ini udah biasa buat aku, hal-hal yang menyakitkan di mata kamu sama aku itu udah gak ada artinya lagi. Selama ini aku di tempah untuk enggak merasa sedih walaupun semua orang selalu mencaci dan nyakitin aku terus Abian ...."

"Aku udah kebal dengan itu semua, sampai-sampai air mata udah habis untuk tangisin perbuatan ibu dan juga manusia lainnya. Jadi tolong ... jangan buat pertahanan aku roboh dengan adanya kamu Bi," jelas Jihan menahan air mata yang hampir lolos, tidak untuk saat ini.

Jihan tidak mau menangis di depan seseorang, ia tidak mau membuat orang itu bersedih hanya karena tangisannya.

Jihan harus memendam semuanya sendiri dan itu harus, tidak boleh lemah hingga waktunya pulang tiba.

"Tolong ngerti, Jihan, gue cuma mau nguatin lo. Gue mau jagain lo, gue takut kalau besok gue gak ngelihat lo lagi."

"Maksud kamu aku mati, gitu?"

"Bukan, entah kenapa perasaan gue gak enak untuk malam ini, dan itu menyangkut pasal lo Jihan!"

Gadis bermanik cokelat itu tertegun, mengapa perasaannya dengan Abian?

"Ingat, Bi. Kamu masih aku anggap sebagai orang asing, walaupun kamu sudah tau sedikit tentang diriku. Tapi untuk selanjutnya aku gak akan biarin itu," ujar Jihan pelan, tenaganya hampir habis saat ini. Raganya lelah dan hampir ambruk jika Abian tidak ada di depannya.

"Kamu pulang, jangan khawatirin aku. Karena kita bukan siapa-siapa, teman juga bukan. Jadi ... pulanglah."

Abian menerima pasrah, hendak memaksa ia paham siapa dirinya untuk sekarang. Hanya orang asing dan tidak lebih.

"Oke, gue pulang. Kalau butuh sesuatu jangan sungkan untuk nelpon gue, sini HP lo!"

"Buat apa?!" Jihan mengernyit heran, tidak tau apa yang dipikirkan Abian lelaki menyebalkan mengalahkan Farel.

"Buat nyimpen nomer gue, tenang aja gak akan gue ambil kok HP lo," jawab Abian letih, selain jutek Jihan juga banyak tanya dan cerewet pikirnya.

"Jangan di apa-apain hp gue!"

"Kagak elah."

Cukup beberapa detik, untuk mengetik. Abian berpamitan untuk pulang dan Jihan mengelus dada pelan.

Help Me || TAMAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang