"Sudah seiman pun, kita tetap saja tidak bisa bersama. Kamu dengan nisanmu dan aku dengan doaku."...
'Setelah tidak denganku, semoga harimu lebih menyenangkan. Temuilah seseorang yang lebih keras memperjuangkanmu. Yang lebih tabah memahamimu, melebihi segala hal yang pernah kulakukan untukmu. Semoga tidak luka yang kamu dapatkan. Tidak kesedihan yang berkepanjangan.'
'Setelah tidak dengan ku, semoga kamu bertemu dengan seseorang yang mengerti ego mu, seseorang yg mengerti sifat mu hobby mu dan lagu favoritmu. Dan aku harap semoga kamu bahagia dengan nya.'
Tidak ada yang tersisa, akhirnya Jihan akan tetap ditakdirkan sendirian, tanpa pasangan, tanpa teman tanpa apapun yang menyayanginya. Semesta memang menciptakan Jihan untuk sendirian sepertinya.
Sekali lagi, Jihan melihat teman-teman tergantung. Bukan puas, Jihan malah merasa sepi.
Rekaman dimana Farel terjatuh dari atas gedung ini kembali berputar di otak Jihan.
"Aku ikut kamu ya Rel?" Jihan menggelengkan kepalanya pelan. Samar-samar ia melihat Farel diujung tembok penghalang. Tepat dimana ia terjatuh.
"Farel, kamu ga sendirian kok. Ada aku, aku selalu sayang sama kamu. Pokoknya aku ikut ya?"
Tanpa Jihan sadari ia sedari tadi telah memegang erat pisau sehingga tangannya berdarah sangat banyak.
Jihan menangis, sedang Farel yang berdiri tersenyum di tepi atap mulai merentangkan tangannya.
Jihan dengan cepat berlari ke arah Farel, hendak memeluk tubuh itu ... dingin, tubuh Farel dingin. Karena yang Jihan peluk adalah angin. Farel hanyalah ilusi, Jihan terjatuh dari atas atap, bisa ia rasakan kepalanya terbentur keras hingga bisa Jihan rasakan darah hangat mulai keluar dan menjalar ke tubuhnya.
Satu hal yang dapat Jihan liat sebelum matanya terpejam adalah Farel yang memanggil namanya ...
...
Jihan membuka matanya perlahan, berat. Cahaya putih yang begitu terang sedikit mengganggu matanya. Samar-samar ia mendengar suara yang ia kenal.
"Jihan?"
"Akhirnya anak mama bangun!"
"Mama nggak pernah putus asa buat berdoa, biar kamu bangun sayang. Sekarang kamu beneran bangun."
"Han?"
"Andini panggilin dokter dulu tante!"
"Cepat ya Din."
"Abian, bisa tolong ambilin tante minum yang disitu?"
"Sebentar Tante."
"Tante mau telfon papa Jihan dulu sebentar." Nada suara itu sangat bahagia, sedangkan Jihan terlihat bingung.
Wajah-wajah didepannya ini, bukannya sudah mati? Jihan sendiri yang membunuhnya.
"Hannn! Gue kangen banget sama lo, maaf-maafin gue ya. Karena malam itu ngebiarin lo pulang sendiri padahal lagi hujan."
"Clara?" ucap Jihan asal. Wajah didepannya bingung.
"Clara? Serius lo ngga kenal gue?"
"Lo Clara." Karena ucapan Jihan semua aktifitas bahagia itu terhenti.
"Bukan, gue bukan Clara. Gue Samara, Jihan. Sahabat baik Lo, sama kaya Andini, Velia, Farel pacar Lo, dan Abian abang Lo."
Tapi didepan Jihan saat ini, yang ia kenal dan yakini adalah Farel, Abian, Clara, Andini dan Jingga.
"Jihan baru bangun dari koma, kita jangan buat dia mikir aneh-aneh dulu deh Sa," ucap Andini.
"Maksudnya?"
"Lo kecelakaan mobil, dua tahun yang lalu karena gue ngga nganterin lo pulang. Lo kekeh banget malam itu buat pulang sendiri pake mobil Lo, padahal belum pinter banget naik mobil," jelas Abian panjang lebar.
"Tau tuh, gara-gara Lo pacar gue kecelakaan. Untung gue setia."
Jika ini nyata, maka penyiksaan yang selama ini Jihan rasakan? Itu hanyalah bunga tidur ketika ia koma selama ini. Tapi rasa sakit itu?
"Lo sering banget kumat Han, kumat disini maksudnya, lo sering banget kaya mau ninggalin kita semua. Kata dokter lo ngga ada niat untuk hidup. Maka dari itu setiap hari kita sempetin buat jenguk Lo dan ngasih semangat biar lo bangun."
"Asal Lo tau dek, mama papa dan kita semua sayang banget sama Lo."
"Kita semua sayang sama Lo, Jihan."
...
TAMAT
KAMU SEDANG MEMBACA
Help Me || TAMAT
Teen FictionTentang Jihan yang hampir gila karena permainan semesta. "Vibes Jihan kek anak-anak haram gitu nggak sih? Upss ... canda anak haram!"