Bab 23

451 53 19
                                    

"Permintaanku sederhana saja, semoga Tuhan memperbanyak orang-orang baik."

...

Saat ini, keadaan mading tiba-tiba saja menjadi ramai. Hampir semua siswi mengerubungi kaca besar yang di dalamnya terdapat banyak kertas warna warni. Bermacam-macam informasi ada di sana, akan tetapi yang paling menarik perhatian seluruh siswi adalah informasi jika Jihan dan Farel sudah menjalin hubungan. Mereka berpacaran, membuat rasa benci para warga sekolah semakin bertambah kepada Jihan.

"Lha serius ini?"

"Aaaa kenapa harus si miskin sih!"

"Ga rela banget, pangeran gua sama babu itu!"

"Anjinglah! gua kesel banget!"

Berbagai macam makian, mulai dari mengatakan jika Jihan parasit, babu, anak miskin, anak haram dan lainnya. Tanpa merasa jika mereka telah melakukan penghinaan terhadap seseorang.

Disisi lain, Jihan baru saja turun dari sepeda motor milik Farel. Gadis itu sangat merindukan sekolahnya, hanya sekolahnya. Para teman-teman sekelas Jihan tidak termasuk dalam daftar bahagianya.

"Kamu seneng?" tanya Farel. Jihan mengangguk antusias, Farel menatap lekat wajah Jihan yang masih sedikit pucat.

"Kamu ngga ngerasa apa gitu?" Jihan terkekeh, sungguh dia sudah benar benar baik. Walaupun sekarang tangannya harus diperban.

"Seriusss ... Farel, aku baik-baik aja. Enggak ada yang perlu kamu khawatirin. Okeh?"

"Iya deh, aku percaya. Tapi, kalau ngerasa sakit atau ngerasa ga nyaman langsung bilang ke aku. Aku ga mau kamu balik lagi ke RS," jelas Farel dengan wajah serius.

"Iya sayang. Ayo masuk, nanti kita telat."

Farel tertegun, dia tidak salah dengarkan? Iyakan?

"Kamu bilang apa tadi?" Alis sebelah kanan Jihan terangkat, gadis itu tidak mengerti.

"Apa?" tanya jihan kembali.

"Kata-kata kamu tadi, aku ga terlalu jelas dengarnya." Jihan tertawa, ia baru ingat.

Tersenyum, "Sayang?" ucapnya lembut, sambil melihat tepat ke arah mata Farel.

"Apa sayang? Hm?"

"Dih-dih! Kok jadi gini ihhh!" Jihan menutup muka dengan satu tangannya. Farel terbahak, pacarnya benar-benar menggemaskan.

"Ternyata gini ya?" monolog Farel, tangannya menyentuh pelan jari Jihan. Menggenggam erat dan mengelus lembut.

"Apa?"

"Enaknya punya pacar baik, sefrekuensi, dan yang paling utamanya itu, sehati." Jihan tersenyum.

"Hu'um, aku beruntung banget ya, punya kamu."

"Nggak, yang paling beruntung itu aku. Aku yang disatukan dengan cewe kuat, walau semesta udah sekuat tenaga buat dia putus asa, dengan cewe yang paling baik walaupun banyak orang yang mencacinya, dan yang paling tegar. Walaupun udah engga punya siapa-siapa."

"Tapi, kini cewe itu punya pacar yang akan selalu ngelindungin dia. Engga peduli mau sekeras apapun rencana semesta buat dia menderita, pacarnya akan selalu berdiri paling depan untuk memeluk dan jadi pahlawan untuk dia."

Jihan menangis, memeluk Farel. Menenggelamkan wajahnya ke dada bidang itu. Untuk kali ini, biarkan Jihan menangis sekeras-kerasnya. Biarkan Jihan memeluk satu-satunya orang yang sanggup mengerti dan menyayanginya.

Untuk kali ini saja, biarkan Farel bersamanya dengan waktu yang lama. Kepada semesta, untuk saat ini saja ... biarkan gadis dengan korban kehidupan kerasnya dunia, bahagia walau sebentar juga tidak apa-apa.

Help Me || TAMAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang