BAB 10

1.1K 144 9
                                    

Jangan sok manis di depan gue
Kalau di belakang aslinya
Lo munafik!

-HELP ME-

<<♤>>

Brak!

Jingga menggebrak meja dengan keras, hampir saja membuat jantung teman-teman sekelasnya copot.

"Ups! Maaf semua," ucapnya datar, semuanya hanya menggumam. Guru bahasa tidak masuk hari ini, hanya di beri tugas untuk mengerjakan soal-soal yang membuat mumet kepala.

Jihan sedari tadi hanya diam, Farel sudah menyuruh gadis itu untuk istirahat. Dengan alasan bosan Jihan diberi izin oleh si fuckboy untuk sekolah.

Sedari tadi Jingga mencoba menjawab soal, otaknya buntu sekarang. Biasanya tidak seperti itu, berhubung dia duduk dengan Jihan ... gadis pertama yang menarik perhatian Jingga. Jingga mencoba menjalin perteman.

"Hey, lo kenapa diam aja?" tanya Jingga, mata Jihan berkedip melihat Jingga.

"Kamu, bicara sama aku?" ucapnya polos, Jingga mengangguk antusias. Senyuman ia kembangkan semanis mungkin.

Jihan tampak tersenyum, matanya berbinar bahagia.

"Aku setiap hari, memang kaya gini," jelas Jihan, Jingga mengernyit heran. Gadis itu meniup-niup poninya, permen karet yang sedari tadi ia makan tak kunjung di buang.

Posisi Jingga saat ini sedang berhadapan dengan Jihan yang membaca buku, sedangkan murid lainnya mengerjakan tugas.

"Bodo amatlah! Gak ngerti gue sama soal yang satu ini, arggghhh ...!"

"Kamu nggak ngerti di bagian mana? Sini, aku bantu. Lagian tugasku udah siap." Jingga bertepuk tangan heboh, sekali lagi lirikan para teman sekelas tertuju padanya

"Lo berisik banget sih?!"

"Woi! Anak baru, enggak usah songong napa?!"

"Sekali lagi lo berisik, gue aduin ke guru!"

Jingga menyorot sinis, terhadap suara-suara sumbang yang di dengarnya.

"Iri, bilang Bos!" cercanya kuat, Jingga tidak peduli akan tatapan tajam teman-temannya.

Bruk!

"Awh!" Jihan mendesis, kepalanya terasa sedikit pusing. Pasalnya buku paket tebal jatuh mengenai kepalanya, Jingga yang melihat itu langsung emosi.

"Lo! Kerjain tugas gue, gue mau ke kantin. Bye-bye anak miskin, cih!" Dia Clara, duduk di kursi paling depan tepat di barisan Jingga dan Jihan.

Sebelum gadis berambut pendek itu pergi, Jingga menarik tangannya kasar.

"Apa, sih?!"

"Minta maaf sama Jihan, lo apa enggak merasa bersalah?" tanya Jingga. Jihan membulatkan matanya, tidak habis pikir akan kelakuan teman barunya itu. Andini saja tidak sampai begitu membelanya.

"Merasa bersalah? Sama Jihan? Ih ... najis!"

"Najis kata lo? Biar gue tunjukkin najis yang sebenernya!" Jingga mengambil botol airnya, membuka tutup dan segera menyiramkan ke lengan Clara.

Help Me || TAMAT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang