12

2.2K 311 14
                                    


Soal kemarin Mark yang menyatakan lamarannya ke Jaemin, ternyata Jaemin belum juga mengatakan ke ayah dan ibunya. Bukannya Jaemin lupa, tapi orang tua Jaemin sedang liburan bersama keluarga besar. Jadi Mark dan Jaemin harus menunggu sampai mereka sudah kembali.

Waktu itu sore hari. Mark mengajak Jaemin untuk ke rumahnya, karena di rumah Jaemin cuma sendiri dan merasa tidak enak kalau harus berduaan. Nanti yang ada malah menimbulkan fitnah.

Jaemin duduk mengobrol bersama ibu Mark di ruang tengah, sambil memakan kue kering buatan ibu Mark. Mereka sangat cocok omong-omong. Waktu mereka membicarakan entah apa itu juga terlihat menyambung. Mark jadi tidak tega mau menyela.

"Aku pamitin ke ayah kamu sekarang aja ya? Mumpung ada ibu juga biar jadi saksi"

"Pamit apa? Mau kemana?"

Setelah Mark menjelaskan kalau dia mau mengajak Jaemin untuk menonton konser di GOR, ibu Mark tidak masalah. Dan berakhir memberikan wanti-wanti karena membawa anak orang malam-malam.

Jantung Mark berdegup kencang menunggu sambungan teleponnya diangkat di seberang sana. Bahkan tangannya sampi berkeringat saking gugupnya. Padahal cuma mau izin mengajak Jaemin pergi keluar.

"Halo. Assalamualaikum"

Dan begitu panggilan benar-benar sudah diangkat Mark semakin gugup.

"Waalaikumsalam, pak. Apa kabar, pak?"

Mereka berbasa-basi cukup lama. Sampai ibu Mark mengangkat sebelah alis bingung, sebenarnya niat anaknya menelpon ayah pacarnya itu untuk apa.

"Anu pak. Saya mau minta izin, hari Sabtu nanti saya mau ngajak Nana keluar, nonton konser di GOR"

"Loh, kok Nana nggak bilang ya ke ayah"

Mark kembali gelapan, sebelum menarik napas dalam dia hembusakan perlahan.

"Anu pak. Saya yang sengaja mau minta izin langsung ke bapak. Karena saya yang ngajak Nana" lidah Mark sedikit menjulur keluar menjilat membasahi bibirnya yang kering.

"Saya akan tanggung jawab kalau sampai Nana kenapa-kenapa. Ada ibu saya juga yang jadi saksi"

Setelahnya ayah Jaemin bertanya ini itu, sampai Mark hampir di buat gemas karena pertanyaan yang dilontarkan intinya sama semua. Tapi Mark tetap sabar. Pun kalau akhirnya tidak diizinkan Mark tidak apa-apa, setidaknya dia sudah mencoba.

"Yasudah. Tapi hati-hati ya. Pulangnya jangan terlalu malam"

Setelah berkata iya dan mengucap salam, sambungan dimatikan. Mark tersenyum lebar.

...

Hallo :)

Seperangkat Alat Tulis [markmin] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang